Faktor Džeko dan Salah dalam Variasi Taktik AS Roma

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Faktor Džeko dan Salah dalam Variasi Taktik AS Roma

Berbelit, itulah yang terjadi pada proses transfer dua pemain anyar AS Roma yakni Mohamed Salah dan Edin Dzeko. Kedua pemain tersebut menjadi incaran sejak bursa transfer musim panas 2014.

Khusus Salah, ia kembali digoda kesebelasan berjuluk Si Serigala (I Lupi) ini pada Januari 2015, namun Roma akhirnya lebih memilih Seydou Doumbia dan Victor Ibarbo. Salah sendiri bergabung dengan Fiorentina dalam status sebagai pemain pinjaman dari Chelsea. Justru pemain asal Mesir tersebut tampil gemilang bersama kesebelasan berjuluk Viola selama sisa musim Serie-A 2014/2015.

Ia berhasil mencetak enam gol dan tiga asist untuk Fiorentina dari 16 pertandingan Serie-A musim lalu. Bahkan ia berhasil melepaskan 27 umpan kunci dari rataan 1,9 per laga walau hanya menikmati seragam Viola selama enam bulan. Sangat wajar jika Fiorentina berniat mempermanenkan Salah.

Salah juga sempat digoda Internazionale Milan untuk bergabung namun La Viola keberatan dengan aksi yang dilakukan Inter. Fiorentina tersinggung karena merasa dilangkahi oleh sebab mereka sedang bernegosiasi dengan Salah untuk mempermanenkan statusnya. Apalagi Wakil Presiden Fiorentina, Paolo Panerai, mengaku sudah membayar 700 ribu poundsterling kepada Chelsea untuk memperpanjang masa peminjaman jika ia belum bisa bergabung secara permanen.

Tapi Salah tidak kunjung memberikan jawaban kepada Fiorentina sehingga situasi tersebut dimanfaatkan Inter. Apalagi Salah sempat melemparkan sinyalemen bahwa dirinya ingin mencoba tantangan bersama kesebelasan Serie-A lainnya.

Di tengah simpang siur itu, justru Salah tidak memilih Fiorentina maupun Inter. Sang pemain malah mendarat di ibu kota Italia, AS Roma. Menariknya lagi, Salah bergabung dengan AS Roma bukan dalam status permanen, namun lagi-lagi dalam status sebagai pemain pinjaman. Hanya saja, dalam klausul peminjaman itu, Roma disebutkan berhak mempermanenkan Salah dengan nilai uang 20 juta euro.

Fiorentina jelas merasa kecele. Namun Salah tidak merasa bersalah. Ramy Abbas, agen Salah, menegaskan jika kliennya tidak membutuhkan persetujuan dari Fiorentina mengenai kepindahannya.

"Mohamed tidak membutuhkan persetujuan lain apapun dari Fiorentina. Hari terakhir kontrak dengan Fiorentina itu pada 20 Juni 2015 dan mereka tahu itu," ungkapnya.

Fiorentina mau tidak mau harus merelakan kepergian Salah. Mereka memang tidak bisa berbuat apa-apa. Hal yang bisa dilakukan La Viola adalah berusaha mendapatkan pemain pinjaman lain dari Chelsea.

Salah pun diresmikan kepada publik pada Kamis (7/8) malam waktu Indonesia. Si Serigala juga membayar uang 5 juta euro sebagai bagian dari klausul pertama. Mereka tinggal membayar 20 juta euro sisanya jika jadi mempermanenkannya.

Tapi Roma tak berhenti dengan Salah. Seiring peresmian Salah bergabung dengan Si Srigala, pada saat yang hampir bersamaan Edin Dzeko pun mendarat di Roma. Seperti Salah, proses transfer Dzeko pun cukup alot. Antara Roma dengan City sama-sama terus bernegosiasi terkait jumlah uang untuk memindahkan pemain asal Bosnia Herzegovina tersebut.

Semula The Citizens, julukan City, enggan melepas pemain bernomor punggung 10 itu di bawah harga 30 juta euro. Bahkan Sabatini yang sempat terbang ke Manchester pun harus balik lagi ke ibu kota Italia karena gagal menemukan kesepakatan.

Hingga akhirnya Dzeko pun meradang kepada City karena membanderolnya terlalu mahal. Ia kesal karena dibanderol mahal namun tidak mendapatkan tempat utama dalam komposisi permainan Manuel Pellegrini, manajer City. Akhirnya The Citizens pun melunak dan bersedia melepaskan mantan penyerang Wolfsburg itu ke Roma dengan biaya 18 juta euro disertai wajib membayar bonus jika kinerjanya bagus.

Kedatangan Dzeko di bandara Fiumicino pun ramai disambut sekitar 3000 suporter Si Serigala. Ketika pemain yang dinantinya datang, mereka menyambutnya dengan sangat meriah. "Ole, ole, ole, oleeee. Dzekooo, Dzekoooo," nyanyian para suporter Roma terdengar menyambut. Sambutan itu juga bukan berarti tidak berlaku kepada Salah. Pemain yang dibesarkan FC Basel itu juga mendapat perlakuan serupa ketika mendarat di Bandara Roma pada 29 Juli.

Siapa Menjadi Tumbal?

Ada yang datang pastinya akan diiringi dengan kepergian. Salah mendarat terlebih dahulu dibanding Dzeko. Sebelum Salah, Iago Falque dengan posisi yang sama juga sudah lebih dahulu direkrut Si Serigala. Maka terjadi penumpukan penyerang sayap dalam skuat asuhan Rudi Garcia. Sebelumnya Roma punya sederet nama penyerang sayap seperti Gervinho, Juan Iturbe, Adam Ljajic, Alessandro Florenzi dan Victor Ibarbo yang bisa bermain melebar.

Jadi sekarang Garcia secara total memiliki tujuh pemain yang beroperasi sebagai penyerang sayap. Akan tetapi pelatih asal Prancis tersebut dalam satu musim belakangan mulai memaksimalkan peran Florenzi menjadi full-back kanan, walau jelas itu terlihat agak memaksakan karena minimnya kemampuan bertahan yang dimilikinya.

Menariknya lagi, Roma pun mengincar tiga pemain lain, masing-masing berposisi full-back kanan dan kiri. Nama yang diincar adalah Bruno Peres (Torino), Lucas Digne (Paris Saint-Germain) dan Arthur Masuaku. Jika berhasil mendaratkan dua posisi yang kini dibutuhkan Roma itu, tentu Roma harus mencuci gudang di posisi para penyerang sayap. Sebab butuh uang yang tidak sedikit tentu saja untuk mendatangkan pemain-pemain tersebut.

Pertanyaannya, siapa penyerang yang akan dijual?

Santer disebutkan bahwa dua nama yang siap dilego yakni Gervinho dan Ljajic. Sebelumnya Gervinho hampir pindah ke Al-Jaziira, kesebelasan dari Uni Emirat Arab. Namun kepindahan itu batal terkait daftar permintaan pribadi pesepakbola asal Pantai Gading tersebut yang dianggap merepotkan dan berlebihan. Galatasaray juga sempat berminat kepadanya, tapi belum ada tawaran serius sampai sekarang. Serupa juga dengan Ljajic yang sempat diminati Borussia Dortmund dan City namun belum ada penawaran secara resmi.

Posisi penyerang tengah juga sudah mulai bergejolak dengan persaingan menyusul kedatangan Dzeko. Roma memiliki stok penyerang tengah pada diri Francesco Totti, Seydou Doumbia, Mattia Destro, Ibarbo dan penyerang muda Antonio Sanabria.

Selain Totti dan Ibarbo, tiga nama penyerang tengah lainnya sudah dikatikan dengan berbagai kesebelasan lain. Doumbia dikabarkan akan kembali ke kesebelasan lamanya, CSKA Moskow, dan juga dikabarkan diincar Everton, West Bromwich Albion, West Ham United, dan Watford. Sedangkan Destro dikabarkan kian dekat dengan Bologna, begitu juga Sanabria bisa kembali berkiprah di Liga Spanyol bersama Real Betis atau Espanyol.

Bagaimana Garcia Mengatur Dzeko dan Salah

Dzeko bisa menjadi solusi atas salah satu kelemahan Si Serigala musim lalu di lini depan. Pada bursa transfer musim panas 2014, Roma memang luput membeli seorang penyerang tengah mumpuni karena fokus membenahi lini belakang sebagai respons atas kepergian Mehdi Benatia ke Bayern Munich serta cederanya Federico Balzaretti dan Leandro Castan.

Tidak heran jika deretan penyerang tengah mereka cuma mampu mencetak gol paling banyak delapan gol, itu pun melalui kaki pemain gaek, Fransesco Totti. Jumlah gol yang sama dengan raihan Totti juga ditorehkan Ljajic. Sebetulnya Destro bisa saja diandalkan di musim lalu. Namun ia keburu dipinjamkan ke AC Milan pada Januari 2015 ketika ia telah mencetak 5 gol. Sebagai ganti peminjaman Destro, Roma pun mendatangkan Dombia dari CSKA dan Ibarbo dari Cagrliari.

Tapi Doumbia tak bisa menjawab kebutuhan Roma. Ia cuma mencetak dua gol. Sementara penyerang lainnya, Ibarbo, bahkan tidak mencetak gol sama sekali. Ia hanya sempat membuat satu asist. Bisa dimaklumi karena di awal kedatangannya, Ibarbo langsung disambut cedera.

Maka kehadiran Dzeko diharapkan bisa menjawab kebutuhan Roma dengan lebih baik ketimbang para pendahulunya. Tapi untuk itu Si Serigala perlu mengubah beberapa hal agar bisa memaksimalkan potensi Dzeko. Rudi Garcia perlu memodifikasi taktiknya yang musim lalu terlalu dominan mengandalkan serangan dari sayap.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan strategi itu. Garcia hanya perlu melakukan sedikit perubahan pada gaya permainan anak asuhnya. Pelatih yang membawa Lille juara Ligue 1 2010/2011 itu mesti membedakan porsi memainkan Totti atau Dzeko.

Totti memang cocok dengan tugasnya sebagai poros serangan yang bersedia turun ke tengah kemudian mengalirkan bola kepada dua penyerang sayapnya. Maka dari itu penyerang sayap seperti Ljajic bisa menjadi paling subur dengan delapan gol, mengungguli Destro sebagai penyerang tengah.

Tapi jangan sampai Garcia menerapkan hal yang sama seperti Destro kepada Dzeko. Penyerang tengah anyarnya itu bertipikal eksekutor di dalam kotak penalti dengan menunggu umpan-umpan empuk dari rekan-rekannya. Ia cenderung statis bergerak dan lebih sering menunggu bola di pertahanan lawan. Namun ia memang memiliki penyelesaian akhir yang bagus dan tajam, terutama melalui duel udara.

Ya, duel udara di pertahanan lawan memang menjadi kelemahan Si Serigala dalam dua musim terakhir. Musim 2013/2014 setidaknya lebih baik karena memiliki Benatia dan Marco Borriello yang kuat dalam urusan menyundul bola. Tapi dua pemain itu sudah tidak berada di Roma lagi sekarang. Garcia kini bisa sedikit lega karena kehadiran Dzeko.

Maka Garcia pun harus pintar-pintar melakukan variasi taktik. Strategi mengalirkan bola dari Totti kepada kedua sayapnya mungkin bisa berjalan baik ketika Salah yang bermain, namun jika Totti harus digantikan Dzeko bukan tidak mungkin justru Salah dan penyerang sayap lainnya yang harus bekerja ekstra lebih keras menyuplai bola ke sepertiga akhir pertahanan lawan.

Apalagi harus diingat bahwa rata-rata kesebelasan Serie-A sudah paham betul permainan Garcia yang terus-terusan mengandalkan peran penyerang sayapnya. Kini pilihan ada di tangan Garcia, apakah dua pemain baru ini akan menjadi katalisator untuk menyusun taktik yang lebih variatif atau justru masih keras kepala memainkan strategi membosankan seperti musim lalu. Jika tetap bersikukuh dengan cara dan strategi musim lalu, siap-siap saja jika Roma tidak akan mendapatkan posisi lebih baik dari musim 2014/2015. Peringkat lebih buruk pun bisa saja malah menjadi nasib Roma di akhir musim.

Sumber: Football Italia, Roma Press, SB Nation, Squawka, Who Scored

Komentar