Expendables ala Juventus

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Expendables ala Juventus

Karya Dadan Resmana

Ketika Barney Ross ingin mengganti personil the Expendables yang dianggapnya sudah uzur dengan yang lebih muda, cepat dan berenergi, kemenangan rasanya menjadi hal yang mustahil diraih. Misi menjadi seperti tindakan bunuh diri karena sang antagonis bernama Stonebanks lebih cerdik dibandingkan Expandables muda yang dikomandoi Ross. Dia seperti lupa kalau kemenangan atas Jenderal Garza atau Jean Villian dengan tim terdahulu berkat pengalaman para personilnya dalam berperang. Bandingkan tim Expendables muda yang lebih berenergi namun ceroboh dalam bertindak yang menyebabkan datangnya kekalahan dan kekacauan.

Itulah sedikit sinopsis film Expendables 3 yang dibintangi Sylvester Stallone yang memerankan Barney Ross dan musuh utamanya Conrad Stonebanks yang diperankan oleh Mel Gibson. Saya berpikir bahwa sinopsis itu merepresentasikan skuat Juventus di musim 2015-2016. Bagaimana tidak, di musim ini Juventus kehilangan sosok-sosok berpengalaman yang membuat mereka berjaya dalam empat musim terakhir: Carlos Tevez ke Boca Juniors, Andrea Pirlo ke New York Red Bulls dan diakhiri hengkangnya Arturo Vidal ke Bayern Munchen.

Selepas kepergian mereka, Si Nyonya tua bergerak cepat dengan mendatangkan pemain-pemain yang lebih muda, explosif dan bertenaga. Persis seperti alur cerita film The Expendables 3 yang saya ceritakan di awal.

Pemain-pemain yang lebih muda, expolsif dan bertenaga tersebut ialah Norberto Neto di posisi kiper, Daniele Rugani di posisi bek (kembali dari peminjaman), Sami Khedira di lini tengah, kemudian Mario Mandzukic, Paulo Dybala, dan Simone Zaza di posisi penyerang. Dari semua pemain yang didatangkan Juventus, tidak ada pemain yang berumur lebih dari 30 tahun. Jika dirata-ratakan, mereka berumur 25 tahun dan jika dipilah lagi hanya dua sosok yang berpengalaman, yakni Sami Khedira dan Mario Mandzukic.

Secara umum, bisalah dikatakan, ini sebuah gambaran bahwa selain mengganti tiga sosok berpengalaman di atas, Juventus juga seolah ingin meremajakan skuatnya di musim ini.

Di musim terakhirnya bersama Juventus, Andrea Pirlo tampil sebanyak 20 kali dan sukses membuat empat gol serta lima assist di pentas serie-A. Di pentas Liga Champions dia bermain 10 kali. Sebuah capaian yang bisa dibilang fantastis bagi seorang yang berumur 36 tahun.

Menggantikannya dengan Marchisio merupakan hal yang biasa dilakukan Juventus, baik di era Conte maupun Allegri. Jika sang metronom absen, maka Marchisio yang akan menggantikan peran Pirlo. Akan tetapi Pirlo tetaplah Pirlo. Freekick akuratnya sering memenangkan Juventus, asistnya sering memanjakan Tevez dkk., bahkan sentuhan-sentuhan ajaibnya sering mengelabui lawan. Dan dari semua hal itu tampaknya seorang Marchisio belum bisa menyamai sang metronom. Jika Juventus yang selama empat musim terakhir terkenal akan skema Pirlocentris, di musim 2015-2016 ini si Nyonya Tua bisa dipastikan akan mengalami sedikit kesulitan dengan ketiadaan Pirlo.

Lain lagi dengan Vidal. Dalam sebuah wawancara, Antonio Conte pernah berujar: “Jika saya pergi berperang, saya akan membawaVidal bersama saya.”

Bukan tanpa alasan Conte berkata seperti itu. Pria bernama lengkap Arturo Erasmo Vidal Pardo ini di setiap pertandingan yang dijalaninya selalu memberi yang terbaik bagi Juventus. Determinasi dan totalitasnya selama 90 menit di lapangan tidak perlu dipertanyakan lagi. Mantan pemain Colo-Colo ini adalah tipikal pemain yang gemar bertarung hingga titik darah penghabisan. Oleh sebab itulah King Arturo sangat dicintai para Juventini dan kepindahannya ke Munchen pun sangat disesali sebagian besar dari mereka.

Mendatangkan Khedira untuk menambal lubang yang ditinggalkan Vidal menjadi opsi yang masuk akal bagi Juventus. Meskipun permainannya lebih soft dibandingkan dengan Vidal, akan tetapi pengalamannya ketika memenangi Piala Dunia 2014 dan Liga Champions musim 2013-2014 akan membantu Juventus untuk tetap berada di jajaran Eropa.

Akan tetapi Khedira punya satu laten: rentan cedera. Terakhir ketika bertemu Olympic Marseille dalam laga uji coba, Khedira menderita cedera hamstring yang membuatnya harus absen selama dua bulan dan melewatkan Super Italia dan beberapa pekan awal Serie-A. Akan tetapi kehilangan Arturo Vidal ataupun Semi Khedira yang rentan cidera tidak akan se-crtitical seperti kehilangan Pirlo. Karena Si Nyonya Tua sendiri masih punya young guns semcam Pogba, Roberto Pereyra atau Stefano Sturaro.

Lain Pirlo atau Vidal, alasan Tevez hengkang dari Juventus karena dia rindu akan Boca Juniors yang telah membesarkan namanya. Total 50 gol yang dilesakan Tevez di dua musim berseragam Juventus. Di Juventus El Apache merasakan kembali gairah sepakbolanya yang sempat hilang ketika bermain untuk Manchester City. Tipikal Tevez yang cenderung pekerja keras dan tidak segan untuk membantu pertahanan menjadi nilai tambah tersendiri bagi mantan pemain Corinthians tersebut.

Penggantinya, Paulo Dybala maupun Simone Zaza, merupakan pemain muda yang bersinar bersama Palermo dan Sassuolo di pentas Serie-A musim lalu. Meskipun keduanya mempunyai skil di atas rata-rata, apalagi Paulo Dybala yang digadang-gadang permainannya mirip El Apache, tetap saja pengalaman mereka masih hijau di pentas Eropa dibandingkan Tevez. Sedangkan kedatangan Mandzukic sendiri nampaknya hanya untuk menyempurnakan stok penyerang Juventus.

Jika akhirnya para personil The Expendables yang lebih berpengalaman, seperti Lee Natal, Gunnar Jensen, Toll Road dan Doctor Death, diganti Expendables muda yang belum teruji kemahirannya dalam berperang seperti Jhon Smilee, Luna dan Thorn, maka bukan kemenangan yang didapat akan tetapi kekalahan. Stonebanks terbukti lebih berpengalaman dan lebih teruji dibandingkan para Expandables muda. Meskipun pada akhirnya Stonebanks berhasil dikalahkan The Expendables, akan tetapi ada satu catatan penting di dalam film tersebut: The Expendables muda yang dibentuk oleh Ross tidak mampu mengalahkan Stonebank yang tua namun berpengalaman.

Meskipun masih ada sosok senior semacam Gigi Buffon dan Chiellini yang sangat berpengalaman, tetap saja Juventus di musim 2015-2016 adalah skuat yang lebih baru dan muda. Nah, andaikata The Expendables muda itu Juventus musim 2015-2016, kemudian Stonebanks kita anggap Real Madrid, Barcelona, Bayern Munchen atau Roma, Milan dan Inter di kompetisi domestik, maka Juventus memang akan menghadapi persoalan yang tidak mudah.

Mari kita lihat, bisakah Allegri membuktikan dirinya jauh lebih siap menghadapi tantangan ketimbang Barney Ross.

Penulis merupakan seorang Sarjana Kimia yang berhasrat menjadi pelatih sepakbola. Dapat dihubungi melalui akun twitter: @dadanresmana

Komentar