Ricardo Kishna, yang Siap Mekar dari Belanda

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ricardo Kishna, yang Siap Mekar dari Belanda

Ketika seorang pemain muda memiliki talenta berbakat dan potensial menjadi pemain besar, biasanya pemain tersebut akan mendapatkan embel-embel the next sebagai ramalan pemain tersebut akan menjadi pemain kelas dunia. Kata setelah ‘next’ diisi oleh pemain top dunia saat ini yang kemampuan mengolah si kulit bundarnya tak terbantahkan lagi.

Yang sering kita dengar atau ketahui saat ini biasanya the next Messi atau The next Ronaldo. Guido Vadala adalah salah satu pemain yang sempat mendapatkan label the next Messi. Sementara untuk contoh the next Ronaldo, jawabannya bukan Atep atau Zulham Zamrun, tapi Eden Hazard saat masih berusia 18 tahun.

Selain kedua nama di atas, bagi penggila sepakbola, atau khususnya mereka yang bermain game sepakbola, pasti tak akan kesulitan untuk menyebutkan nama pemain lain yang merupakan ‘the next’ dari salah satu Messi atau Ronaldo. Tapi jika ada pertanyaan siapa pemain ‘the next Di Maria’, bisakah mereka menjawabnya dengan mudah?

Ia adalah Ricardo Kishna. Namanya cukup asing didengar memang. Usianya saat ini masih 20 tahun. Tapi bagi yang mengikuti Eredivisie atau kompetisi teratas Liga Belanda, namanya sudah menyita perhatian beberapa musim belakangan, khususnya pada level junior.

Pada awal karirnya, Kishna bergabung dengan akademi ADO Den Haag pada usia sembilan tahun. Bakatnya tersebut mengantarkannya untuk memperkuat timnas Belanda U-15 pada 2009. Setahun berikutnya, pemain kelahiran Belanda berdarah Suriname ini menerima tawaran dari salah satu akademi terbaik di Belanda, bahkan dunia, Ajax Amsterdam.

kishna38783000
Aksi Kishna saat membela timnas Belanda U-21. (via: telegraaf.nl)

Bersama akademi Ajax, Kishna berkembang dengan pesat. Ia pun lantas menjalani debutnya bersama salah satu kesebelasan terbaik di Belanda tersebut dengan  bermain di ajang sebesar babak 32 besar Europa League dengan menggantikan Kolbeinn Sigthorsson pada menit ke-60 pada Februari 2014, masih berusia 19 tahun.

Setelah hanya menjalani delapan pertandingan Eredivisie hingga akhir musim 2013/2014, baru pada musim berikutnya, atau pada musim lalu, Kishna bermain cukup reguler bersama skuat asuhan Frank de Boer ini. Dari tiga kompetisi yang dijalani Ajax, Kishna tercatat berlaga dalam 38 pertandingan.

Meski bisa dibilang masih pendatang baru di Eredivisie, Kishna tak ragu untuk unjuk kemampuan di setiap laga yang ia jalaninya bersama Ajax. Ia tak malu untuk menampilan aksi-aksi individu nan memukau kala melewati penjagaan pemain lawan.

Lewat penampilannya pada musim 2014/2015-lah Kishna mendapatkan julukan the next Di Maria. Sebenarnya tak hanya Angel Di Maria. Sang agen, Mino Raiola, bahkan berani menyebutkan bahwa teknik yang dimiliki Kishna merupakan gabungan Di Maria, Cristiano Ronaldo dan Robin van Persie.

“Kishna akan menjadi pembelian yang luar biasa. Dia adalah pemain dengan karakteristik campuran dari Cristiano Ronaldo, Robin van Persie, dan Angel Di Maria,” ujar Raiola saat ‘menjajakan’ kliennya tersebut pada kesebelasan-kesebelasan Serie A lewat Tuttosport.

Boleh dibilang apa yang dikatakan Raiola tersebut terlalu berlebihan. Tapi soal Kishna yang memiliki karakteristik permainanan seperti Di Maria, rasanya hal tersebut tak sepenuhnya salah. Karena melihat permainan Kishna, memang akan mengingatkan kita pada sosok Di Maria.

Di Maria merupakan pemain sayap yang kaya akan trik skill individu. Kegemerannya bermain di area flank, menyisir sisi sayap pertahanan lawan. Tak seperti Ronaldo yang melakukan penetrasi ke kotak penalti dari sisi sayap, Di Maria akan lebih memilih untuk melepaskan umpan silang. Di Maria lebih berperan sebagai Robin ketimbang sebagai Batman.

Kishna pun demikian. Dalam skema De Boer, ia ditempatkan di sisi kiri. Kecepatan dan kemampuannya melewati lawan sering terlihat di sisi sayap pertahanan lawan. Sangat jarang ia melakukan penetrasi ke kotak penalti lalu menyelesaikan peluang sendirian. Hasilnya, dalam 57 penampilannya selama ini, Kishna telah mencetak 15 assist.

Kishna yang kidal pun akan semakin mengingatkan kita pada Di Maria saat melihat permainannya. Untuk menyelesaikan peluang di depan gawang, ia akan mengeksekusi peluang tersebut dengan menendang menggunakan kaki kiri bagian luar.

Pada bursa transfer musim panas ini, sang agen, Raiola, memang berusaha mengeluarkan Kishna dari Ajax demi kebaikan karir sang klien. Sempat menawarkannya pada juara Serie A empat tahun terakhir, Juventus, Kishna akhirnya hijrah ke kesebelasan peringkat tiga Serie A musim lalu, SS Lazio.

Kepindahannya ke Lazio rasanya menjadi keputusan yang tepat bagi Kishna. Lazio musim depan akan berlaga di Liga Champions meski harus melewati babak kualifikasi. Jika gagal, Lazio pun masih akan tampil di Europa League.

Di Lazio pun kesempatan bermain baginya tampaknya cukup banyak, bahkan berpeluang menjadi pemain inti. Hengkangnya Stefano Mauri yang kontraknya tak diperpanjang membuat pos gelandang serang dalam skema 4-2-3-1 kosong.

Kekosongan ini idealnya ditempati oleh Antonio Candreva. Nantinya, Kishna bisa menempati salah satu sisi di samping Candreva bersama Felipe Anderson yang namanya melejit pada musim lalu di sisi lainnya.

Kombinasi Kishna dan Anderson pada kedua sisi Lazio pun bisa menjadi kombinasi yang pas. Tak seperti Kishna, Anderson lebih bermain sebagai inverted winger. Dengan begitu, masing-masing sisi Lazio memiliki pemain dengan skil individu mumpuni dengan gaya bermain berbeda.

Umpan-umpan matang Kishna pun akan menjadi santapan lezat bagi penyerang tunggal Lazio seperti Miroslav Klose, Filip Djordjevic, atau penyerang baru yang masih menjadi incaran. Kabarnya, Lazio tengah berusaha untuk mendatangkan salah satu di antara Fabio Borini atau Klaas Jan Huntelaar.

Melihat tipikal permainan penyerang-penyerang Lazio, dan Candreva sebagai pengatur serangan, gaya permainan Lazio tampaknya tak akan membuat Kishna beradaptasi terlalu sulit. Di Ajax, lini depan diisi oleh Arkadiusz Milik atau Sigthorsson. Gaya bermain Milik dan Sigthorsson sendiri tak jauh berbeda dengan Klose dan Djordjevic. Artinya, Kishna tak perlu mengubah gaya bermainnya agar bisa bermain dalam skema Lazio.

Karenanya, menarik untuk kita nantikan bagaimana kiprah the next Di Maria ini bersama Lazio. Tapi dengan kemampuan yang dimilikinya saat ini, rasanya Kishna akan dengan mudah beradaptasi dengan Lazio dan sepakbola Italia dan kemudian bermain semakin matang untuk berada di level Di Maria.

foto: telegraaf.nl

Komentar