Menyaksikan AS Roma, Mengkhidmati Fantasista

Editorial

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Menyaksikan AS Roma, Mengkhidmati Fantasista

Pada 14 November 2013 AS Roma membatalkan kunjungannya ke Indonesia. Pembatalan itu dikonfirmasi Italiano Zanzi, CEO AS Roma, dalam sesi konferesi pers 9 November 2013. Alasan pembatalan Si Serigala, julukan Roma, menjajal rumput Gelora Bung Karno (GBK), kala itu karena Roma sedang fokus mengejar gelar scudetto Serie-A 2013/2014.

Memang pada pertengahan musim tersebut skuat besutan Rudi Garcia tengah kembali menanjak di kancah persepakbolaan Italia setelah tertidur beberapa musim sebelumnya. Pada awal November saat itu pun Roma sedang berada di peringkat satu klasemen sementara Serie-A 2013/2014, walau pada akhirnya Juventus yang berhasil menjadi kampiun akhir musim.

Saat itu, pembatalaan tersebut sungguh menyesakan para Romanisti, sebutan penggemar AS Roma, di seluruh Indonesia. Meski pun deretan gelar Roma tidak sebanyak Juventus, Real Madrid, Barcelona dan Manchester United, namun Si Serigala sudah dianggap salah satu kesebelasan Eropa yang paling penting bagi penggemarnya, tak terkecuali di Indonesia, terutama mereka yang sempat menyaksikan momen ketika Roma meraih scudetto 2000/2001.

Apalagi tiket menonton di GBK sudah tersebar dan dibeli banyak penggemar yang sudah siap menyaksikan aksi Francesco Totti dkk,. secara langsung. Romanisti pun harus bersabar hingga waktu yang tidak dapat dijanjikan dari pihak direksi kesebelasan.

Satu musim 2014/2015 pun berselang. Walau pada tahun itu Roma kembali gagal menebus rasa rindu "scudetto" kepada para penggemarnya di dunia, termasuk di Indonesia, namun mereka memberikan kabar baik bagi Romanisti di Indonesia. Tersiar informasi jika Si Serigala bakal menjajal rumput GBK pada Sabtu (25/7) mendatang dalam bagian pra musim mereka.

Pada awalnya muncul anggapan "Ah, bercanda. Bagaimana mungkin mereka bisa bertanding di Indonesia ketika Federasi Sepakbola Indonesia (PSSI) tengah disaksi FIFA?"

Keraguan di kalangan penggemar Roma itu sesuatu yang wajar. Status sanksi FIFA ini memang bukan faktor remeh temah. Pastinya kegelisahan terus menyelimuti para Romanisti. Namun kegelisahan itu tak menghalangi penjualan tiket. Penjualan tiket secara pre-order tetap digulirkan.

Alhasil langkah kooperatif lain diambil pihak promotor kedatangan Roma ke Indonesia. Mereka akan mengemas perangkat pertandingan Si Serigala dengan caranya sendiri. Penyelenggara menyuguhkan permainan Roma melawan Roma dibagi menjadi dua tim yakni merah dan putih. Sementara itu perangkat pertandingan pun diatur Si Serigala sendiri agar tidak perlu melibatkan PSSI yang tengah disanksi oleh FIFA.

Tentu konsep itu jauh dari memikirkan siapa Julie Estelle atau Julia Perez yang di kemudian hari didapuk sebagai manajer tim merah atau putih. Akan tetapi, apa pun konsepnya, kedatangan AS Roma sudah lebih dari cukup untuk memuaskan hasrat menyaksikan Totti, De Rossi, dkk., dengan mata kepala sendiri.

Alirkan Dahaga Sepakbola Indonesia Melalui AS Roma Day 2015

Rasa-rasanya aksi Totti dkk., di GBK nanti merupakan tontonan layak bagi penggila sepakbola di Indonesia pada umumnya, bahkan yang sama sekali tidak tertarik kepada Roma sekali pun.

Seperti yang diketahui, hukuman dari FIFA semakin menyulitkan digelarnya pertandingan resmi di bawah PSSI. Sebelum mendapatkan hukuman FIFA pun mereka sudah tidak mendapatkan izin kepolisian, apalagi setelah mendapatkan sanksi FIFA. Bukan hanya laga level kompetisi ISL atau QNB League, pertandingan-pertandingan level internasional yang melibatkan tim nasional pun mustahil digelar. Faktor itu pula yang membuat Roma gagal bertanding dengan Persija. Maka setidaknya kedatangan Roma ini merupakan salah satu hiburan bagi penggemar sepakbola tanah air ketika aktivitas Liga Indonesia tengah terhenti.

Walau tidak bisa menyaksikan aksi-aksi semacam Evan Dimas, Manahati Lestusen, Boaz Salossa, Firman Utina dan lainnya dalam waktu dekat maka setidaknya menonton Roma ke GBK adalah pilihan yang tidak buruk-buruk amat. Menyaksikan aksi Totti, misalnya, bisalah dianggap sebagai salah satu momen yang tidak rugi untuk dikejar.

Penyerang sekaligus kapten Roma itu sudah memasuki usia sangat tua sebagai pesepakbola. Maka pertandingan Sabtu malam di GBK bisa saja satu-satunya kesempatan terakhir bagi publik di tanah air untuk melihat langsung aksi Totti. Sebab musim depan Totti sudah merencanakan gantung sepatu.

Sebetulnya Si Serigala memiliki alasan lain yang menyebabkan batalnya kunjungan ke Indonesia pada 14 November 2013 lalu. Cederanya Totti saat itu dijadikan faktor penting pembatalan itu, selain alasan Roma sedang fokus dalam perebutan gelar Serie-A 2013/2014 waktu itu.

Lah, lantas kenapa harus Totti? Karena pemain bernomor punggung 10 itu adalah AS Roma dan begitu juga sebaliknya. Tidak hanya mewakili kesebelasan ibukota tersebut, namun juga mewakili nama Italia.

Totti-a.s.Roma-celebration


Sepakbola dari negeri pizza itu menelurkan satu istilah masyhur yaitu fantatsista. Ia bukan posisi bermain (sebagaimana gelandang serang), juga bukan peran (sebagaimana trequartista). Fantasista adalah arketipe, sebuah pembawaan, suatu gen, yang di dalamnya melekat kreatifitas, imajinasi dan -- sesuatu katanya sendiri-- "fantasi".

Peran fantatsista dari Totti juga berlaku di tim nasional Italia (tentu sesekali bergantian dengan Del Piero). Ia membantu Italia meraih juara Piala Dunia 2006 di Jerman dalam status sebagai pengampu No. 10.

Kemudian Totti memutuskan pensiun dari Italia dalam usia ke-30, hanya beberapa hari setelah membawa negaranya menjuarai Piala Dunia. Usianya masih masih belum terlalu renta, namun ia memutuskan satu hal: hanya ingin fokus membela Roma. Dampaknya bagi Italia yaitu sampai saat ini masih belum menemukan talenta yang bisa melanjutkan fantasista Totti bagi Si Biru (Gli Azurri), julukan Italia.

Sudah lama ia memutuskan pensiun dari Italia. Kini Totti tinggal menunggu waktu maksimal satu musim lagi untuk benar-benar pensiun dari dunia si kulit bundar. Memang sejauh ini Roma masih memiliki Daniele De Rossi atau Alessandro Florenzi sebagai penerus tahta pangeran Roma, namun mereka bukanlah Totti sebagai fantasista dengan skill, keindahan, keterampilan dan fantasinya dalam memainkan sepakbola.

Jika pesepakbola 38 tahun itu benar-benar gantung sepatu maka Sabtu malam nanti adalah kesempatan terakhir bagi para penggemar sepakbola tanah air, baik Romanisti maupun bukan, untuk melihat langsung aksi seorang fantasista.

Mari dengan hikmat menyaksikan Totti di depan mata dengan tawanya yang membebaskan kita

Komentar