Yang Mencoba Bersinar Kembali Bersama Stoke City

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Yang Mencoba Bersinar Kembali Bersama Stoke City

Dikirim oleh Putra Rusdi Kurniawan


Semua tahu Stoke bermain di Liga Inggris. Namun secara global, Stoke kalah pamor dengan kesebelasan Liga Inggris lainnya. Jangankan dengan mereka yang dijuluki “Big Four”, dibandingkan Tottenham, Newcastle atau Everton pun agaknya mereka kalah pamor.

Namun ada banyak kisah menarik yang bisa diangkat dari kesebelasan yang bermarkas di Britania Stadium ini.

Beberapa kalangan menyebut kalau Stoke adalah kesebelasan yang masih mencoba setia dengan gaya bermain ala Inggris, kick n rush, khususnya di masa kepemimpinan Toni Pulis . Tanyakan saja pada Arsene Wenger bagaimana geramnya dia kepada Stoke. Mulai dari meributkan kemampuan lemparan ke dalam Rory Delap yang dianggapnya tak adil dan bagaimana dia sering kehilangan pemain dalam waktu lama karena kerasnya terjangan pemain Stoke.

Selain gaya bermain, Stoke juga punya kisah ajaib dari Neil Baldwin yang pernah diangkat oleh panditfootball sebelumnya. Kisah yang sangat humanis perihal interaksi antara seorang pria yang kerap menjadi olok-olok, seorang badut, dengan pihak kesebelasan. (baca: Seorang Badut, Seorang Kit Man, Seorang yang Luar Biasa).

Namun dalam kesempatan ini saya akan mengulas beberapa pemain yang membela Stoke pada musim depan. Nama-nama mereka diulas bukan karena mentereng dan penuh prestasi. Nama-nama mereka diulas sebagai upaya menjelaskan satu hal: bagaimana Stoke seringkali menjadi tempat para pemain top yang sudah merosot untuk menyalakan kembali sinar prestasinya. Mereka mungkin perlu berterimakasih kepada Stoke yang memberi kesempatan dan upaya untuk menerangkan kembali sinar karir mereka yang hampir redup dan gelap.

Di kesebelasan tim yang dianggap medioker inilah, mereka mencoba mengais kembali cahaya yang sempat pudar di kesebelasan sebelumnya yang mereka perkuat.

Dalam skuat Stoke musim ini, ada beberapa nama menarik untuk dibahas di antaranya Peter Crouch, Charlie Adam, Stephen Ireland , Bojan Krkic, dan tentu rekrutan terbaru mereka Glen Johnson. Nama-nama di atas mungkin akan anda beli saat anda bermain FM di era awal kemunculan nama-nama itu. Namun sinar mereka yang dianggap akan sangat terang justru meredup dan takdir seperti mempertemukan mereka semua di Stoke dalam keadaan yang nyaris sama-sama terbuang dan sama-sama dalam keadaan redup sinarnya. Dan bersama Stoke, mereka mencoba menyalakan kembali sinar mereka itu.

Dimulai dari Crouch yang datang paling awal di antara yang lain.

Crouch datang di musim 2011 dengan transfer yang cukup mahal untuk ukuran Stoke, sekitar  12 juta pound. Ia sempat menjadi striker papan atas di Inggris, cukup sering bermain untuk tim nasional, dan bahkan sempat bermain di Piala Dunia 2006. Tidak heran jika ia sempat bekerja untuk Liverpool. Lalu karirnya mulai menurun dan terbuang ke Portsmouth dan Tottenham. Karirnya terus merosot hingga akhirnya terdampar di Britania stadium.

Di Stoke era Tony Pulis, dia menjadi pelengkap skema lemparan panjang maupun bola panjang yang langsung diarahkan ke jantung pertahanan lawan. Dengan posturnya yang menjulang, Crouch sangat cocok dan tepat menjadi target dari cara menyerang dan bermain Stoke. Dengan cara itulah Crouch mampu bertahan di Britania Stadium sampai sekarang. Mungkin musim depan kita masih bisa menyaksikan gol-gol indah dari tendangan gunting kaki jenjangnya -- salah satu ciri yang dulu sering ia pertontonkan.

Semusim setelah kedatangan Crouch, Stoke kembali kedatangan pemain yang lagi-lagi mulai meredup karirnya setelah bergabung dengan Liverpool. Adam direkrut Liverpool karena kontribusinya yang sangat signifikan bersama Blackpool. Ia adalah jenderal permainan ketika Blackpool promosi ke Liga Primer Inggris. Namun tuahnya tak keluar di Anfield. Ia terpaksa keluar dari Liverpool dan hijrah ke Stoke.

Sempat tampil biasa saja di awal kedatangannya di Britania Stadium, pelan tapi pasti dia mulai menjadi tumpuuan lini tengah Stoke di musim musim berikutnya. Kemampuannya di Blackpool, ketika ia memikat banyak orang dengan umpan-umpan terukur dan tendangan keras dari luar kotak penalti, kembali muncul di Stoke. Musim lalu ia menaklukan gawang Chelsea lewat tendangan dari jarak hampir setengah lapangan.

Setelah Crouch dan Adam, Stoke kembali menampung bintang yang sudah redup dalam sosok Stephen Ireland. Di akhir dekade 2000an, Ireland adalah wonderkid yang menjadi kebanggaan Manchester City. Ireland digadang-gadang sebagai bukti bahwa City pun bisa memproduksi pemain berbakat. Tidak heran jika ia mendapat penghargaan pemain terbaik City di musim 2008/2009.

Dia terpinggirkan dari City saat dimulainya kedatangan para pemain bintang nan mahal di Roberto Mancini. Sempat dipinjamkan ke beberapa kesebelasan, akhirnya ia pun terdampar di City yang lain yaitu Stoke City. Mesti belum mencetak gol sejak awal kedatangannya, ia masih terus berusaha menyalakan kembali sinarnya bersama Stoke. Apalagi di Stoke ia masih diasuh oleh Mark Hughes, orang yang dulu mengorbitkannya di Manchester City.

Puncak dari nama top yang terdampar di Stoke barangkali adalah Bojan Krkic. Dari semua nama di atas, Bojan yang bisalah dibilang sebagai nama tenar yang sejak remaja sudah dipercaya akan bersinar. Tumbuh dari akademi paling masyhur, La Masia, ia memperlihatkan bakatnya di tengah gemerlap bintang-bintang Barcelona yang lain. Setidaknya ia berhasil mengalahkan Giovanni dos Santos dalam hal sebagai pemain muda yang mendapatkan kesempatan lebih banyak di tim utama Blaugrana.

Sejalan dengan di dunia nyata, Bojan juga menjulang namanya di dunia simulasi permainan sepakbola Football Manager. Mereka yang ingin mendatangkan Bojan ketika bermain FM tahu persis sulitnya mendapatkan pemain mungil ini. Manajer FM yang ingin membeli Bojan harus mendatangkan ayahnya dan mempekerjakannya sebagai staff di kesebelasan.

Namun masa depan Bojan ternyata tak seindah prediksi banyak orang. Sempat menjadi pencetak gol termuda di Barca, sinar Bojan justru meredup dan terpaksa berkelana ke Italia dan Belanda sebagai pemain pinjaman. Akhirnya Stoke berhasil mendapatkannya dan berusaha menjaga sinarnya yang hampir redup di musim lalu.

Tusukan dan pergerakan lincahnya belum sepenuhnya keluar di musim lalu. Namun setidaknya ia bisa mencetak empat gol dari 16 penampilan di musim pertamanya. Ini modal yang sangat berharga bagi Bojan karena sangat tidak mudah bagi pemain yang tumbuh dalam atmosfir sepakbola tiki-taka ala La Masia untuk bermain di Stoke yang sangat old school. Musim depan akan menjadi pertaruhan bagi Bojan untuk menyalakan sinarnya kembali.

Musim ini, Stoke kembali kedatangan nama tenar yang sedang berusaha mengembalikan sinarnya. Dialah Glen Johnson. Fullback kanan Liverpool ini sempat menjadi salah satu fullback kanan terbaik dan tak tergantikan di tim nasional Inggris. Seiring pensiunnya Gary Neville, ia seakan-akan menjadi pemilik tak tergantikan di sisi kanan pertahanan Tiga Singa.

Namun waktu membuatnya mulai redup. Setahun terakir di Anfield, ia sering dianggap terlambat turun setelah menyerang. Ia juga akrab dengan blunder dan rentan cedera. Liverpool pun tak memperpanjang kontraknya. Stoke pun kedatangan lagi pemain top, kali ini dengan gratis.

Ya begitulah Stoke. Mungkin di musim depan hanya segelintir orang yang menjagokan mereka bisa merengsek ke papan atas. Jangankan menjadi juara, sekadar lolos zona Liga Eropa pun sangat sedikit orang yang mau bertaruh. Namun bagi deretan bintang yang berusaha mencari sinarnya kembali di atas, Stoke dianggap tempat yang tepat untuk kembali bersinar. Kita tunggu saja musim depan apakah mereka sudah menemukan sinar masing-masing dan Stoke juga menjadi benderang prestasinya ataukah mereka benar-benar telah kehabisan waktu dan akhirnya redup dengan sempurna.

Penulis masih duduk di bangku kuliah, di jurusan Sastra Inggris Universitas Diponegoro. Bisa dihubungi melalui akun twitter: @putrark.

Komentar