Bastian "Overrated" Schweinsteiger dan Luka di Bawah Matanya

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bastian

Dalam empat musim terakhir yang ia sudahi sebagai juara Bundesliga, Bastian Schweinsteiger tetap menyandang status pemain utama Bayern München. Tak peduli siapa pelatih kepalanya, Basti tetap pemain utama. Jika bukan karena larangan bertanding atau cedera atau masalah kebugaran lain (diistirahatkan di satu pertandingan demi pertandingan yang lebih penting, contohnya), satu tempat di lini tengah Bayern sudah pasti menjadi milik Basti.

Namun menyebutnya pemain penting yang tidak tergantikan tidak sepenuhnya benar.

Pada musim 2009/10, saat Louis van Gaal menduduki posisi pelatih kepala Bayern, Basti hanya satu kali absen karena larangan bertanding. Pada pertandingan melawan SC Freiburg tersebut Bayern meraih kemenangan 2-1. Tiga musim berikutnya, saat Bayern juara bersama Jupp Heynckes, Basti melewatkan enam pertandingan dan hasil tidak sempurna yang mereka raih hanya satu kali bermain imbang. Lima pertandingan lainnya mereka menangi, dan dua di antaranya dengan skor mencolok  6-1. Tak ada masalah berarti tanpa Basti.

Di bawah asuhan Pep Guardiola, Basti semakin terlihat biasa saja. Musim 2013/14, Basti melewatkan sembilan pertandingan secara berturut-turut sejak pekan ke-12 dan Bayern memenangi semua pertandingan yang mereka jalani tanpa Basti. Musim berikutnya Basti absen di lebih banyak pertandingan – 13 tepatnya – dan Bayern masih juga tak terkalahkan tanpa pemain kelahiran Kolbermoor ini.

Dan Basti-semakin-terlihat-biasa-saja-di-bawah-asuhan-Guardiola tidak semata urusan statistik mentah. Dalam taktik Guardiola, Basti bukan pemain istimewa yang tidak tergantikan.

Beginilah karakteristik sepakbola Pep Guardiola menurut pemerhati sepakbola Jerman, Raphael Honigstein: (1) mendominasi penguasaan bola, (2) menciptakan situasi menang jumlah di lini tengah, dan (3) secara agresif bermain menekan. Keberadaan Basti, tanpa mengurangi rasa hormat pada kapten Tim Nasional Jerman tersebut, hanya terasa dalam dua poin terakhir saja.

Jangan salah sangka. Basti tetap pemain kelas dunia. Namun untuk pemain sekelas dirinya, kontrol dan kemampuan olah bola Basti terhitung biasa saja. Ia tidak seperti Andrés Iniesta. Basti juga tidak terlihat terlalu suka melihat bola tetap bersentuhan dengan permukaan lapangan; ia senang melepas umpan panjang atau melambungkan bola dengan cara apa saja. Lain hal: Basti lebih lekat dengan kekuatan ketimbang keanggunan.

Kuat memang salah satu keunggulan Basti. Dengannya ia dapat menekan lawan dengan sangat baik. Namun ia bukan satu-satunya yang dapat diandalkan dalam hal ini. Guardiola masih memiliki Javi Martínez, pemain kunci dalam penerapan taktik barunya di Bayern.

Basti bukan pemain yang benar-benar memenuhi kebutuhan Guardiola sehingga secara taktik, Bayern tidak kehilangan siapa-siapa. Namun tak tepat pula berpikir bahwa Bayern tidak kehilangan sosok penting. Basti memang bukan seorang gelandang bertahan, namun ia seorang petarung. Membela Tim Nasional Jerman atau Bayern, Basti sama-sama rela berdarah-darah.

“Tampilan Schweinsteiger sang pejuang hitam, merah, dan emas disempurnakan oleh luka sobek di bawah mata kanannya yang dirapatkan di pinggir lapangan pada perpanjangan waktu, dengan kaki-kaki yang bergetar tak terkontrol selama proses pengobatan lukanya,” tulis Honigstein mengenai Basti di final Piala Dunia 2014 lalu.

“Secara keseluruhan ia dijatuhkan enam kali oleh para pemain Argentina di pertandingan final. Enam kali ia bangkit. Jerman tidak serta-merta kesebelasan yang lebih baik malam itu. Namun mereka dipacu oleh Schweinsteiger yang tidak dapat dihancurkan dan tak kenal lelah – Jerman melewati batas kemampuan mereka karena itu, menurut (Joachim) Löw – mereka memaksa terciptanya gol hingga akhir pertandingan.”

Tanpa Basti, entah siapa yang akan memberi contoh rela mati. Philipp Lahm sang pemimpin kecil terlalu kalem untuk menjadi Basti. Para gelandang lain belum tentu memahami arti berjuang demi Bayern seperti Basti sang produk akademi.

Untuk urusan membakar semangat pemain-pemain lain dengan memberi contoh gila, hanya Basti jagonya. Kepergian Basti akan menyediakan satu tempat untuk pemain yang lebih cocok untuk taktik Guardiola. Namun kepergian Basti juga akan membuat pendukung Bayern lebih sering memanjatkan doa: semoga saja hanya taktik yang diperlukan untuk memenangi pertandingan.

Komentar