Menilai Rancangan 4-3-3 Juventus Musim Depan

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menilai Rancangan 4-3-3 Juventus Musim Depan

Untuk mengarungi musim 2015/2016, Roberto Mancini tengah membangun skuat dengan strategi baru agar bisa kembali bersaing di papan atas. Dan hal itu ternyata dilakukan juga oleh pelatih Juventus, Massimilliano Allegri, yang juga tengah menyusun rencana baru bagi sang juara bertahan Serie A ini untuk musim depan.

“[Antonio] Conte berhasil meraih tiga trofi Serie A secara beruntun, saya menginginkan lima. Tapi kami perlu mengubah cara bermain, dan bereksperimen adalah solusinya. Saya ingin seorang pemain yang bisa bermain tidak secara dangkal. Kuncinya adalah bisa menyesuaikan dengan taktik yang seimbang,” ujar Allegri pada Football-Italia.

Mengacu pada pernyataan Allegri di atas, Juve tampaknya akan mencoba sistem permainan yang baru. Musim lalu, Juve sendiri begitu mengandalkan formasi 3-5-2 dan 4-3-1-2. Dan melihat pemain-pemain yang sudah didatangkan dan juga pemain-pemain incaran Si Nyonya Tua, Allegri tampaknya berencana menyempurnakan formasi dasar 4-3-3.

Pemain Baru yang Dipersiapkan untuk Formasi Baru

Formasi 4-3-3 sebenarnya beberapa kali digunakan Juve pada musim lalu. Namun biasanya hanya terjadi ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir. Biasanya pula perubahan ini dilakukan ketika Simone Pepe, penyerang sayap murni satu-satunya milik Juventus dimainkan.

Ketika Pepe dimainkan dan Juve mengubah formasi ke 4-3-3, Alvaro Morata menjadi pemain yang menghuni penyerang sayap kiri, Pepe di kanan. Sementara di tengah, yang menjadi ujung tombak, biasanya ditempati oleh Alessandro Matri ataupun Fernando Llorente.

Skema ini terbilang tak terlalu berhasil. Llorente musim lalu hanya mencetak delapan gol dari 40 penampilan. Sementara Matri, tak mencetak satu gol pun dari tujuh penampilan. Sedangkan Pepe, penampilannya yang kurang memuaskan membuatnya tak mendapatkan perpanjangan kontrak dari Juventus. Karenanya pemain-pemain baru yang berusaha didatangkan pun beberapa pemainnya merupakan pemain yang bisa menyempurnakan skema tiga penyerang ini.

Paulo Dybala yang musim lalu mencetak 13 gol dan 10 assist menjadi pemain depan pertama yang didatangkan Juventus. Dengan melihat kemampuannya, eks pemain Palermo ini bisa ditempatkan sebagai penyerang sayap meski di Palermo ia diposisikan sebagai penyerang tengah dalam formasi 3-5-1-1.

Ya, meski diplot sebagai ujung tombak oleh pelatih Palermo, Giuseppe Iachini, Dybala seringkali bergerak ke sisi sayap. Di sayap, ia bisa melepaskan umpan silang mendatar atau cut back bagi rekannya untuk mencetak gol atau tak menutup kemungkinan pula melepaskan tendangan placing untuk menghujam gawang lawan seperti yang ia lakukan ke gawang Cagliari. Ia pun kemudian menjadi pemain Palermo dengan rataan umpan silang tertinggi.

Kaki kiri merupakan kaki terkuat pemain berusia kelahiran 15 November 1993 ini. Kaki-kakinya yang cepat dalam menggiring bola serta tendangannya yang akurat saat melakukan cutting inside tampaknya akan cocok jika ditempatkan sebagai penyerang sayap, baik di kanan atau pun kiri.

Untuk ulasan lebih mendalam mengenai kemampuan Paulo Dybala, bisa membaca artikel kami Apa Istimewanya Paulo Dybala?

Pemain kedua di lini depan yang didatangkan Juventus adalah Mario Mandzukic. Eks pemain Bayern Munich ini musim lalu mencetak 17 gol dari 34 penampilannya bersama Atletico Madrid. Dan penyerang asal Kroasia ini begitu handal saat ditempatkan sebagai penyerang tengah.

Sebelum kedatangan Fernando Torres pada paruh musim kedua musim 2014/2015, Mandzukic ditempatkan sebagai penyerang tunggal dalam formasi 4-4-1-1. Saat menjadi penyerang tunggal inilah Mandzukic menggelontorkan 12 dari total 17 golnya musim lalu.

Sebagai penyerang tengah, Mandzukic memiliki penyelesaian akhir yang mumpuni. Dengan tinggi 187 cm, Mandzukic begitu handal dalam duel-duel udara. Apalagi di Atelti ia dimanjakan oleh umpan-umpan silang Arda Turan, Antoine Griezman, Koke, atau Raul Garcia.

Namun kedatangan Torres membuat Atletico Madrid mulai mengubah permainan mereka, di mana Mandzukic menjadi korbannya. Jika tak bermain untuk diduetkan dengan Torres, ia pun mulai lebih sering duduk di bangku cadangan. Alhasil, pada periode Januari hingga Mei, Mandzukic hanya mencetak lima gol saja.

Bersama Juventus, Mandzukic tentunya ingin memperbaiki karirnya yang sedikit meredup. Dan dengan rencana formasi 4-3-3 Allegri pada musim depan, Mandzukic tampaknya akan mendapatkan tempat sebagai penyerang tengah.

Pesaing Mandzukic sebagai penyerang tengah Juve pada musim depan adalah penyerang yang juga baru didatangkan baru-baru ini, Simone Zaza. Penyerang berusia 24 tahun ini menjadi penyerang tengah saat membela Sassuolo dalam formasi 4-3-3. Zaza yang musim lalu mencetak 11 gol ini diapit oleh Nicola Sansone dan Domenico Berardi, yang mungkin akan bergabung dengan Juve pada musim depan jika melihat apa yang terjadi dengan Zaza.

Selain memiliki pemain yang fasih memerankan posisi penyerang tengah, memiliki Zaza tentunya Juve memiliki penyerang yang bisa dibilang merupakan salah satu yang terbaik di Italia saat ini. Pemain yang memiliki kekuatan pada kaki kirinya ini telah menjadi pemain andalan timnas Italia yang kini ditukangi Antonio Conte.

Namun kedatangan Zaza ini bisa jadi kabar buruk bagi Llorente yang musim lalu tampil tak begitu memuaskan. Dengan adanya Mandzukic yang berpengalaman di Liga Champions bersama Bayern Munich dan Atletico Madrid sementara Zaza merupakan salah satu penyerang bertalenta di Italia, penyerang asal Spanyol tersebut tampaknya akan lebih sering duduk di bangku cadangan atau mungkin dilepas pada bursa transfer musim panas ini.

Sementara itu, Juve masih memiliki pemain baru keempat untuk menghuni lini depan, Guido Vadala. Pemain berusia 18 tahun ini merupakan pemain yang menjadi bagian dari transfer Carlos Tevez ke Boca Juniors. Vadala ke Juventus dengan status pinjaman selama satu musim, dengan opsi pembelian di akhir musim.

Melihat gaya permainannya, Vadala sangat pas ditempatkan sebagai penyerang sayap. Karena kecepatan menggiring bolanya, ia pun sempat dijuluki the new Messi. Namun dengan usianya yang masih muda dan pertama kalinya bermain di Eropa, Vadala tentunya masih harus beradaptasi dan memiliki jam terbang yang cukup.

Ulasan lebih lengkap mengenai Vadala bisa membaca artikel kami berjudul Apakah Juventus Pilihan Tepat untuk Guido Vadala?

Selain kedatangan keempat pemain di atas, Juve pun sebenarnya telah lebih dulu mendapatkan gelandang asal Jerman, Sami Khedira. Dan pemain yang diboyong dari Real Madrid dengan status bebas transfer ini pun merupakan bagian lain dari cara Allegri dalam menyempurnakan formasi 4-3-3.

Di Madrid, sebelum menderita serangkaian cedera, Khedira menjadi andalan di lini tengah bersama Luka Modric. Pemain yang meraih Piala Dunia 2014 bersama Jerman ini menjadi pemain gelandang yang bertugas sebagai pemutus serangan lawan dalam formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1.

Khedira kehilangan tempat pada musim ini setelah Madrid merekrut James Rodriguez dan Toni Kroos. Tempatnya digantikan oleh Kroos yang merupakan rekan senegaranya. Maka ketika kontraknya habis bersama Madrid, ia pun memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya.

Di Juve, Khedira bisa menjadi gelandang yang paling berpengalaman dalam penggunaan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1. Selain telah bermain dalam formasi tersebut selama bermain untuk Madrid, di timnas Jerman pun Khedira bermain dengan formasi serupa.

Berbeda dengan Claudio Marchio, Paul Pogba, Arturo Vidal, dan Stefano Sturaro. Keempat gelandang Juve ini lebih sering bermain dalam formasi 4-3-1-2 ataupun 3-5-2 dengan Pirlo sebagai deep lying playmaker. Bermain dengan formasi baru tentunya butuh adapatsi.

Tapi dengan pemain-pemain baru yang sudah ada ini, Allegri sebenarnya sudah bisa bereksperimen dengan formasi 4-3-3. Apalagi jika pemain sayap incaran seperti Erik Lamela, Juan Cuadrado, Stefan Jovetic, atau Mohamed Salah bisa didatangkan, formasi 4-3-3 ini akan bisa lebih cepat disempurnakan.

Perkiraan susunan pemain Juve jika menggunakan formasi 4-3-3.
Perkiraan susunan pemain Juve jika menggunakan formasi 4-3-3.

Untuk Apa Menyempurnakan Formasi 4-3-3?

Juve menguasai Serie A selama empat musim terakhir dengan selalu menjadi juara. Bukankah Juve tinggal menambal kelemahan-kelemahan pada formasi 3-5-2 atau 4-3-1-2 pada musim lalu untuk menjadi lebih kuat?

Pernyataan itu tentu saja bisa dibenarkan. Namun yang perlu menjadi pertimbangan lain, mulai musim depan, Juve tak akan diperkuat oleh dua pemain andalannya yaitu, Carlos Tevez dan Andrea Pirlo. Dan kehilangan dua pemain inilah yang membuat Allegri mengeluarkan pernyataan seperti yang tertulis pada paragraf pembuka.

Tevez memang begitu vital bagi skuat Juve beberapa musim belakangan. Staminanya yang kuat membuatnya seringkali turun hingga tengah lapangan untuk menjemput bola ataupun bertahan. Morata pun sebenarnya bisa melakukan peran serupa, namun Tevez tentunya bisa melakukan lebih baik.

Bagaimana dengan Pirlo? Pirlo menjadi sosok penting bagi lini tengah Juventus. Gelandang berusia 36 tahun ini ditempatkan sebagai gelandang yang menjaga kedalaman sekaligus menjadi pengalir serangan Juventus. Claudio Marchisio beberapa kali diplot sebagai pengganti Pirlo saat Pirlo cedera, namun penampilannya tak sebaik yang ditunjukkan Pirlo.

Maka dengan alasan di atas, tepat jika Allegri coba mencari sistem baru bagi permainan Juventus. Dan formasi 4-3-3, mungkin bisa jadi pilihan tepat dengan kemampuan para pemain Juve yang ada saat ini. Formasi ini pula yang mungkin bisa menjadi solusi Juve untuk bisa meraih trofi Liga Champions yang musim lalu nyaris mereka dapatkan.

Foto: zeenews.india.com

Komentar