Kosovo, Empat Paraf dan Tiga Bendera di Sepatu Shaqiri

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Kosovo, Empat Paraf dan Tiga Bendera di Sepatu Shaqiri

Saat tim nasional Swiss bertanding dengan Albania pada 11 September 2012 silam, di ajang kualifikasi Piala Dunia 2014, Xherdan Shaqiri muncul di lapangan dengan penampilan yang menyita perhatian. Ia berjalan ke lapangan menggunakan seragam merah dengan logo salib putih di dadanya, simbol Swiss yang tertera di jersey timnas Swiss. Tapi menariknya, pada sepasang sepatu yang ia kenakan, ada tiga bendera yang terpahat di sana.

Shaqiri berbaris di tengah lapangan bersama rekan-rekannya. Lalu-lagu kebangsaan Swiss dimainkkan namun pemain Internazionale Milan tersebut tidak ikut bernyanyi. Di samping Shaqiri, berdiri dua rekannya yang juga tidak ikut bernyanyi yaitu Granit Xhaka dan Valon Behrami. Begitu juga dengan Lorik Cana di kubu Albania. Sama seperti tiga pemain Swiss yang tidak menyanyikan lagu kebangsaan Swiss, Cana pun tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan Albania.

Pilihan empat pemain dari dua kesebelasan yang tidak bertanding itu merupakan sebuah pilihan politik, juga pilihan personal, yang keduanya dialasdasari oleh ingatan yang kuat tentang asal-usul dan tanah air: Kosovo!

Shaqiri mungkin yang paling menonjol. Tiga bendera di sepatunya adalah pernyataan sikap yang jelas betapa ia tak hendak melupakan asal usul dan tanah airnya. Tiga bendera di sepatu Shaqiri adalah bendera Swiss, Albania dan Kosovo.

Sepatu Shaqiri


Antara logo Swiss dan Albania pada sepatu Shaqiri mungkin secara logika bisa dikaitkan dengan pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2014 tersebut, akan tetapi bagaimana dengan Kosovo? Seberapa penting memangnya Kosovo bagi Shaqiri?

Kosovo merupakan wilayah di Balkan yang sempat menjadi korban keganasan negara Serbia. Kosovo sendiri dihuni oleh mayoritas orang yang berasal dari Albania. Mayoritas penduduknya adalah penganut agama Islam, sebagaimana yang dianut Behrami. Sekian lama Kosovo menjadi panggung tempat orang-orang Serbia merayakan ego nasionalismenya yang chauvinistik, sebagaimana mereka melakukannya di Bosnia. Kekerasan, pembunuhan dan pemerkosaan menjadi pengalaman traumatis orang Kosovo di masa konflik.

Di Kosovo itulah Shaqiri dan keluarganya berasal. Ia lahir di Kosovo pada 1991, tepatnya di Giljan, sebuah kota yang sekarang merupakan bagian dari Kosovo tapi saat itu masih ada di wilayah Republik Federal Yugoslavia. Gara-gara kecamuk perang antar bangsa dan etnis di wilayah bekas Yugoslavia selama 1990-an sampai 2000-an, Shaqiri dan keluarganya memutuskan hijrah ke ke Swiss pada awal 1990-an.

Kemudian Shaqiri menemukan kehidupan baru di sana: sekolah, teman-teman dan stabilitas sehingga bakat sepakbolanya ditemukan, dipelihara dan tumbuh menjadi pemain yang berbakat.Kendati ia akhirnya menjadi warga negara Swiss dan memperkuat tim nasional Swiss, Shaqiri tak akan pernah melupakan Albania dan Kosovo.

Jangan heran jika ia sangat menunggu laga melawan Albania yang baginya merupakan pertandingan yang sudah lama dinanti dan sarat emosi, "Kami telah menunggu ini selama enam bulan," ujar Shaqiri sebelum pertandingan.

Dirinya pun turut mencetak gol pertama pada laga yang berhasil dimenangkan Swiss 2-0. Tapi ia tidak merayakan golnya itu. Shaqiri pernah menegaskan, secara geografis memang tinggal di Swiss, tapi jika bicara mentalitas, ingatan dan kenangan maka ia tidak akan pernah bisa mengabaikan Kosovo dan Albania.

Ya, setidaknya atmosfir lain bisa didapatkan Shaqiri ketika melawan Albania saat itu. Apalagi jika sejauh ini mimpinya melawan Si Anak Leaki Emas (The Golden Boys), julukan Kesebelasan Negara Kosovo, belum terealisasikan mengingat negara kelahirannya tersebut masih belum diakui sepenuhnya oleh FIFA sehingga belum bisa menggelar pertandingan resmi di ajang-ajang FIFA atau UEFA.

Perjuangan di Balik Pertandingan Perdana Kosovo

Fadil Vokrri, Presiden Federasi Sepakbola Kosovo (FFK), merasakah hal yang sama dengan Shaqiri. Vokkri sendiri adalah satu-satunya Kosovo yang pernah bermain mewakili Kesebelasan Negara Yugoslavia dan sampai sekarang ia dianggap sebagai mantan pemain Kosovo paling gemilang.

Pertandingan antara Swiss dengan Albania itu, bagi dirinya tak ubahnya pertandingan antara Albania dan Kosovo, terutama karena ada Shaqiri, Behrami dan Granit Xhaxa di kubu Swiss. "Hal ini sangat istimewa bagi saya melihat tim nasional yang berbeda bemain dengan pemain kelahiran Kosovo. Ini seperti menonton Kosovo melawan Kosovo B. Tapi nyatanya Kosovo tidak bisa diwakili," ungkapnya.

Kosovo memang tengah mengalami kesulitan. Mereka terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai anggota penuh FIFA. Tentu saja hal tersebut dirasa penting karena negara Eropa mana yang tidak ingin berlaga di laga resmi FIFA, seperti Euro atau Piala Dunia sekalipun. Toh Indonesia saja pernah nekat-nekatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Pada akhirnya Kosovo berhasil mendapatkan kesempatan berunjuk gigi di hadapan sekitar 17 ribu pendukungnya yang datang langsung menyaksikan laga mereka di Mitrova. Sedikitnya mereka berhasil mencuri perhatian publik sepakbola dunia dengan datangnya berbagai jurnalis mancanegara pada pertandingan perdana mereka melawan Haiti pada 5 April 2014.

Laga itu bisa digelar berkat izin FIFA, walau pun dengan catatan: tidak ada lagu kebangsaan atau bendera nasional yang boleh dimunculkan oleh Kosovo.

Ya, sepakbola Kosovo masih terhambat, terutama, karena faktor Serbia (yang didukung Rusia) yang menolak Kosovo menjadi anggota resmi FIFA. Serbia masih menganggap Kosovo sebagai wilayahnya dan Serbia juga tidak mengakui kemerdekaan Kosovo.

Sebelum laga perdana The Golden Boys dengan Haiti itu, Vokrri dengan Erol Salihu, sekretaris jenderal FFK, duduk di sebuah meja merencanakan operasi mereka sembari mengkonsumsi kopi dan bir. Di depan mereka terdapat sebuah petisi yang telah dirancang untuk ditandatangani pemain-pemain kelahiran Kosovo, baik dari Swiss, Albania atau negara mana pun. Petisi itu dirancang untuk mendesak agar FIFA mengakui Kosovo dan mengizinkan Kosovo bertanding di kualifikasi Piala Dunia 2014. Petisi itu rencananya akan dikirimkan kepada Sepp Blatter, Presiden FIFA saat itu.

"Kami harus peka dengan Asosiasi Sepakbola Swiss," cetus Salihu ketika mengadakan pertemuan dengan para pemain Swiss-Kosovo.

Para delegasi saat itu berhasil bertemu dengan para pemain dan berhasil mendapatkan tanda tangan mereka. Kemudian dari petisi tersebut menjadi topik hangat di berbagai media berita Swiss, salah satunya Sonntags Blick, yang memakai halaman depan surat kabarnya untuk melaporkan penandatanganan petisi itu. Laporan itu berjudul "Ketakutan dari Kosovo" dengan memakai foto Shaqiri.

Disinyalir jika media tersebut menggambarkan ketakutan Swiss ditingal para pemain berbakatnya. Mereka mulai cemas ikatan emosional yang kuat dengan Kosovo akan membuat mereka pulang memilih membela The Golden Boys jika akhirnya mereka diakui oleh FIFA.

Dalam arti lain "pulang" di sini karena sebagian warga Swiss merupakan imigran-imigran dari korban peperangan etnis Yugoslavia pada 1990-an. Para etnis Kosovo pun tidak kalah berlomba-lomba menyelamatkan diri ke negara teraman di dunia tersebut.

Duet penyerang Juventus pernah mempertimbangkan kepulangan kepada kesebelasan asalnya, yakni Carlos Tevez dan Alvaro Morata. Sebelum nama-nama tersebut, Andre Schurrle, Fernando Torres dan Joey Barton sudah pulang terlebih dahulu.

Untuk diketahui, penandatanganan petisi itu berlangsung agak tegang. Sekitar satu jam Vokrri dan Salihu menunggu dengan gelisah di bar hotel tempat menginap tim nasional Swiss. Mereka cemas menunggu kemunculan Shaqiri, Xhaka dan Behrami. Keduanya ketakutan jika tiga pemain top itu tiba-tiba disabotase sehingga tidak jadi menandatangani petisi.

Beruntung, tiga pemain itu tak melupakan komitmennya. Mereka pun muncul dan duduk untuk kemudian menandatangani petisi.

"Ibu dan ayah saya dari Kosovo dan nama saya mengatakan kepada semua bahwa saya tidak dari Swiss, tetapi dari kosovo," tegas Shaqiri yang pernah mengibarkan perpaduan bendera Kosovo-Swiss ketika juara Liga Champion 2012/2013.

Setelah tugas dengan Swiss selesai, kemudian Vokrri dan Salihu bergegas berangkat ke hotel tempat menginao tim nasional Albania. Mereka ke sana untuk mengejar Lorik Cana, pemain kelahiran Kosovo, yang didapuk sebagai kapten tim nasional Albania.

"Saya meninggalkan Kosovo pada 1990 dan tinggal di Swiss selama 10 tahun. Jadi ini adalah pertandingan yang sangat khusus buat saya. Saya pikir Kosovo layak untuk diakui sebagai negara dan diakui dalam sepakbola juga. Olahraga adalah duta terbaik bagi bangsa apapun," ujar Cana.

Empat tanda tangan yang diparaf usai laga Swiss vs Albania, dan tiga bendera di sepatu Shaqiri, adalah ikhtiar anak manusia untuk mengatakan kepada dunia bahwa setiap bangsa berhak bermain sepakbola. Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan kemerdekaan itu layak ditindaklanjuti dengan hak-hak bagi bangsa tersebut untuk bermain sepakbola dengan benderanya masing-masing, dengan lagu kebangsaannya masing-masing.

Sepakbola semua bangsa!

Sumber : The Guardian, CNN, Ebritic,  New York Times,  Lazzels Blogspot

Komentar