Musim Panas Paling Sensitif untuk Cabaye

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Musim Panas Paling Sensitif untuk Cabaye

Yohan Cabaye tidak berbeda dengan kebanyakan pemain Ligue 1. Ketika ia sudah terlalu besar untuk divisi tertinggi liga sepakbola Perancis ini, Cabaye memilih pergi. Pada 2011 Cabaye meninggalkan Lille Olympique Sporting Club, kesebelasan profesional pertamanya yang sudah ia bela sejak 2004, untuk bergabung dengan Newcastle United.

“Saya merasa kepindahan ini fantastis,” ujar Cabaye setelah resmi menjadi pemain Newcastle. “Saya menikmati masa-masa yang luar biasa bersama Lille tapi ini adalah waktu yang tepat untuk menguji diri saya sendiri, bertanding melawan pemain-pemain terbaik dan bermain untuk Newcastle memenuhi harapan itu.”

Di tahun yang sama dengan kepergian Cabaye dari Perancis, Qatar Sports Investments mengakuisisi Paris Saint-Germain. Hal ini membuat PSG berubah dari kesebelasan kelas menengah menjadi penguasa Perancis dan penantang gelar juara tingkat Eropa. Perubahan status PSG pada akhirnya membuat para pemain besar Perancis berubah pikiran: ternyata tidak perlu ke luar negeri untuk berkarir di kesebelasan besar.

Kebesaran PSG akhirnya membawa Cabaye pulang ke Perancis. Ia rela meninggalkan Newcastle di pertengahan jalan pada musim ketiganya bersama The Magpies. Para pendukung Newcastle merasa dikhianati walau sebenarnya tak sulit memahami keinginan Cabaye. Orang Perancis mana pula yang tidak tertarik diberi kesempatan berkarir di kesebelasan besar tanpa harus jauh dari keluarga?

Setelah menandatangani kontrak yang akan mengikatnya bersama PSG hingga Juni 2017, Cabaye berkata bahwa ia datang untuk membantu PSG memenuhi tujuan-tujuan mereka di kompetisi domestik maupun tingkat Eropa. Satu setengah tahun setelah mengeluarkan pernyataan tersebut, Cabaye mengutarakan keinginan untuk pergi. Ia merasa tidak mampu dan tidak akan mampu banyak membantu.

Lini tengah yang sempit dan dikuasai trio Thiago Motta, Marco Verratti, dan Blaise Matuidi membuat Cbaye tidak mendapatkan banyak peluang bermain. Bahkan Laurent Blanc, manajer PSG yang memberi Cabaye peluang menjalani debut bersama Tim Nasional Perancis semasa dirinya masih menjadi pelatih kepala tim nasional, berpikir dua kali untuk memainkan Cabaye secara reguler menggantikan salah satu dari tiga gelandang andalannya. Jam terbang Cabaye sepanjang musim 2013/14 di Ligue 1 bahkan lebih rendah dari Adrien Rabiot yang sembilan tahun lebih muda dan jelas lebih tidak berpengalaman darinya.

Bukan hanya Cabaye yang tidak menyukai situasi yang ia hadapi di PSG. Pelatih kepala Tim Nasional Perancis, Didier Deschamps, juga menginginkan jam terbang yang lebih banyak untuk pemain andalannya. Karena itulah Deschamps memerintahkan Cabaye untuk bermain secara reguler. Jika memang pindah adalah jalan yang harus ditempuh, Cabaye harus mengambil langkah tersebut.

Kembali ke Newcastle bisa menjadi pilihan. Namun Cabaye kemungkinan tidak akan mengambil langkah ini. Peluang pindah ke Crystal Palace lebih besar dari pada ke Newcastle. Alasannya apa lagi jika bukan keberadaan Alan Pardew, manajernya semasa di Newcastle yang kini mengangani Palace.

Pindah ke Palace, bagaimanapun, tidak akan mudah. PSG jelas tidak mau rugi jika pemain yang mereka datangkan dengan biaya sebesar 19 juta pound sterling tersebut benar-benar pergi. Kecuali Palace dan PSG mencapai kesepakatan peminjaman selama satu musim penuh dengan biaya pinjam yang tidak memberatkan, Cabaye tidak akan pergi dari Paris ke London.

Lain hal, walau Cabaye mengaku senang menyambut kemungkinan kembali bekerja sama dengan Pardew, akankah ia rela kehilangan kesempatan bermain di Champions League? Jika jawabannya adalah tidak, maka ini bisa menjadi peluang besar bagi Arsenal yang tawarannya sempat ditolak Newcastle pada musim 2013/14.

Jika memang Arsenal tertarik ikut meramaikan perburuan Cabaye saat ini, mereka bisa mengandalkan Mathieu Debuchy – yang pernah membela Newcastle bersama Cabaye –untuk meyakinkan Cabaye untuk pindah ke Arsenal sebagaimana Laurent Koscielny meyakinkan Olivier Giroud. Namun dengan Aaron Ramsey, Santi Cazorla, atau Mesut Özil (belum lagi Jack Wilshere dan Tomáš Rosický) di posisinya, di Arsenal Cabaye hanya akan meneruskan deritanya bersama PSG.

Musim panas kali ini bisa jadi akan menjadi yang paling sensitif bagi Cabaye. Ia sudah berusia 29 tahun. Salah mengambil keputusan sekarang, ia akan kehilangan kesempatan bermain di Piala Eropa dan (lebih jauh lagi) Piala Dunia terakhirnya.

Komentar