Jika Falcao Menghayati Ace of Spades-nya Motorhead

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Jika Falcao Menghayati Ace of Spades-nya Motorhead

Sungguh malangnya nasib Radamel Falcao pada musim 2014/2015. Didatangkan Manchester United dari AS Monaco dengan status pinjaman, Falcao digadang-gadang bisa memberi tambahan daya gedor dalam penyerangan United.

Tapi sejak didaratkan The Red Devils, julukan Manchester United, pada detik-detik terakhir bursa transfer musim panas 2014, Falcao seolah lesu. Dirinya tidak mampu membuktikan diri sebagai predator di depan kotak penalti lawan. Dalam satu musim dengan 26 pertandingan ia cuma sanggup mencetak empat gol. Maka tidak dapat dihindari jika Falcao termasuk salah satu "transfer" pemain terburuk.

Dengan gaji mencapai 240 ribu poundsterling per pekan, raihan empat gol jelas mengecewakan. Tidak heran jika Si Harimau (El Tigre dalam bahasa Spanyol), julukan Falcao, statusnya gagal dipermanenkan di Old Trafford [RALAT].

Beberapa spekulasi muncul terkait penurunan performa Falcao dibanding ketika membela Porto atau Atletico Madrid. Bersama Monaco pun sebetulnya ia masih cukup tajam jika dilihat dari musim pertamanya pada 2013/2014 yang berhasil mencetak sembilan gol dari 17 laga.

Ada yang berpendapat jika cedera ligamen lutut yang dialaminya ketika berseragam Monaco awal Januari 2014 membuat performanya menurun drastis. Cedera tersebut juga memaksa Falcao absen pada Piala Dunia 2014 di Brazil. Ada juga yang mengatakan jika gaya permainan Falcao tidak cocok dengan sepakbola di Liga Inggris.

Apa pun itu, Falcao memang memperlihatkan penampilan yang sangat di bawah standar. Ia sering terlihat lambat, kerap lamban, dan berkali-kali melakukan pergerakan tanpa bola yang keliru dan tidak efektif. Bahkan ia sering kalah berduel dengan bek lawan. Puncaknya, Falcao begitu buruk dalam mengubah peluang menjadi gol. Mandul.

Mungkin Falcao perlu asupan secara psikologis agar lebih bersemangat mengobrak-abrik pertahanan lawan.

Editor kami, Zen RS, pernah bertanya jika Falcao harus mendengarkan sebuah lagu selama berjam-jam untuk memompoa penampilannya, kira-kira lagu apa yang cocok?

Pertanyaan itu menarik. Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, sepertinya saya akan memilih lagi "Ace of Spades"-nya Motorhead sebagai lagu yang layak dipertimbangkan untuk didengar Falcao selama seminggu sampai waktu pertandingan tiba.



Intro yang dimulai dengan raungan bass berefek dari Ian "Lemmy" Kilmister akan mempertajam sorotan mata Si Harimau ketika berbaris di lorong pemain. Menatap tajam para bek lawan, "I see it in your eyes, take one look and die, the only thing you see, you know it's gonna be"

Menebar teror seperti harimau mencari mangsa hingga membuat mereka ketakutan. "Ya tuhan, mata harimau terus memperhatikan saya," mungkin itu gumaman John Terry, bek Chelsea, di lorong Stamford Bridge.

Berbagai macam kritik kepadanya dengan santai akan ia abaikan. Ia niscaya akan menjadi seorang yang masa bodoh dengan omongan orang lain. "The Pleasure is to play, makes no difference what you say!" 

Bukan tidak mungkin Falcao tampil kesetanan. Rumput hijau di lapangan diubahnya menjadi neraka sebagai venue berdansa dengan para setan. "And don't forget the joker!" yeaaaaaaaaaah.... ! teriak Falcao karena itu merupakan pentasnya dan biarkan para bek menangis layaknya bayi.

Dari setiap duelnya ia sanggup memanfaatkan badannya yang besar layaknya King Lemmy. Seruduk sana sini karena ia tidak kuasa menahan hasratnya menjadikan lapangan sebagai area pogo dancing, bek lawan dijadikan ajang luapan emosi untuk saling tubruk satu sama lain.

Kemudian dia menyambut umpan silang yang menyusur ke tanah dengan sundulan menyelam seperti sedang meloncat untuk sekadar moshing dance kepada para penonton di bawah panggung. Dirinya akan melakukan itu sembari berteriak "Saya rajanya dan saya sang Joker!" grr.....

Si Harimau pun mengamuk setelah membuat rumput hijau menjadi neraka bagi lawan-lawannya.

Sepakbola dan musik bisa diibaratkan teman seranjang. Keduanya saling melengkapi demi menunjang sebuah permainan layaknya sepakbola Indonesia dalam irama jazz. Elephants and Castles pun membuat sebuah lagu untuk mengenang Justin Fashanu, pesepakbola homoseksual dalam nuansa indie-rock.

Tapi sayangnya kesempatan Falcao bersama United sudah habis. Rumor terbaru menyebutkan ia sedang dikaitkan dengan Chelsea. Dikatakan jika Jose Mourinho melakukan satu perjudian jika mendatangkan Falcao yang musim lalu melempem bersama The Red Devils.

Sementara itu di sisi lain penyerang 29 tahun tersebut masih memiliki waktu panjang untuk mendengarkan lagi Ace of Spades milik Motorhead tersebut. Kemudian ketika ia menginjakan kakinya di Stamford Bridge dan bertemu dengan Mourinho maka ia bisa mengatakan "If you like to gamble, I tell you I'm your man!" tegasnya sambil menirukan suara serak serak menggema sang King Lemmy.

Sebetulnya gaya rambut gondrong Falcao ketika berseragam United sudah cocok, ditambah brewok yang dibiarkan tumbuh, tinggal mempertebal kumis saja layakya King Lemmy. Tapi, ah sayang kini ia sudah potong rambut ala kekinian!

Walau begitu Motorhead tetap cocok untuk didengarnya. Apalagi jika transfer ke Chelsea benar-benar terwujud maka ia mungkin sedang bersiap menjadi Jokernya. Menjadi harimau sesungguhnya membunuh para lawannya dengan tatapan tajam sampai mati. Fuerza El Tigre! Grrr....

Atau anda punya usulan lagu lain yang lebih cocok?

Komentar