Cara Bertahan Hidup di Serie A à la Udinese

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Cara Bertahan Hidup di Serie A à la Udinese

Para penggemar Arsenal pasti tidak akan bisa menikmati gelontoran gol yang dicetak Alexis Sanchez ke gawang lawan-lawannya, begitu juga dengan para penggemar Barcelona, tanpa kehadiran kesebelasan bernama Udinese. Sejak musim 1995/1996, Udinese tidak pernah terdegradasi dari Serie-A. Klasemen area papan tengah lebih sering dihuni kesebelasan berjuluk Zebra Kecil (zebrette) ini. Ya, Udinese identik dengan jersey bergaris-garis warna hitam putih seperti kesebelasan Italia lainnya yakni Juventus.

Akan tetapi Udinese bukanlah kesebelasan sebesar Juventus yang menghuni kota dengan populasi padat seperti Turin dengan perekonomiannya yang maju. Udinese merupakan kesebelasan dari Udine, kota kecil dekat Venezia. Kendati tergolong kesebelasan papan tengah dari kota kecil, namun jangan ragukan kiprah Udinese dalam mengarungi Serie-A. Salah satu kesebelasan tertua setelah Genoa tersebut memiliki cara tersendiri agar bisa besar di Italia.

Mereka tidak hanya penghuni tetap papan tengah Serie-A, namun Zebra Kecil ini bahkan pernah menembus Liga Champions 2005/2006. Saat itu mereka tergabung di grup C dengan Barcelona, Werder Bremen dan Panathinaikos. Kemudian baru pada musim 2011/2012 dan 2012/2013 Zebra Kecil bisa kembali masuk ke zona Liga Champions berturut-turut. Sayang Udinese terpental di fase play-off sehingga di dua musim itu harus puas hanya berkiprah di Europa League saja.

Hal-hal tersebut belum termasuk dengan prestasi individual macam Antonio Di Natale, striker gaek mereka yang menjadi top skor Serie-A dua musim berturut-turut pada 2009/2010 dan 2010/2011. Mantan pelatih mereka, Francesco Guidolin, pernah menyabet penghargaan sebagai pelatih terbaik musim 2010/2011.

Demikian sedikit prestasi dari Zebra Kecil. Akan tetapi ada buah lebih ranum yang berhasil mereka petik: perekrutan dan produksi pemain berkualitas. Sistem pemantauan dan perekrutan pemain yang diterapkan Giampaolo Pozzo, pemilik kesebelasan, dan anaknya, Gino Pozzo, bisa dibilang sebagai salah satu yang terbaik di Italia.

Udinese jelas mustahil membeli pemain mewah dengan harga hampir 80 juta poundsterling seperti perekrutan Real Madrid kepada Gareth Bale dari Tottenham Hotspurs.Pemain paling mahal yang pernah mereka rekrut sejak berdiri hingga musim ini cuma berharga 8 juta euro yaitu saat membeli Stefano Fiore dari Parma pada musim 1999/2000.

Tapi kemudian Fiore berhasil dijual ke Lazio dengan harga 22 juta poundsterling. Harga yang jelas jauh lebih tinggi ketimbang harga pembelian. Dan inilah yang memang menjadi dari Zebra Kecil ini.

Diungkapkan oleh Gino Pozzo, anak pemilik kesebelasan, jika mereka hanya fokus pada pembelian pemain muda dan pembinaan. Seterusnya ya mereka menjualnya dengan harga yang lebih mahal.

"Kami menginvestasikan uang di kelompok pemain usia 17-23 lebih banyak dari klub Serie-A lainnya. Tim-tim lain sering mengabaikan hal ini, karena dengan menggunakan pemain muda mereka menanggung resiko kehilangan angka di liga. Tapi kami menyusun rencana untuk jangka panjang, bukan untuk saat ini saja," papar Gino ketika diwawancara majalah The Times.

Tottenham Hotspurs punya cara sendiri melakukan pantauan pamain pada Piala Dunia 2014 lalu. Selain itu di Liga Inggris pun memiliki cara baru untuk terus mengintai bakat pemain. Rupanya pemantauan bakat pemain pun bisa dilakukan oleh seorang wasit sekalipun.

Kendati demikian Udinese jarang mencari talenta pesepakbola negeri sendiri. Pasalnya para pemain muda Italia sering meminta gaji tinggi padahal jarang dimainkan di kesebelasan utama. Si Zebra Kecil lebih menyukai mencari pesepakbola ke negara-negara lain dari Eropa Timur, Afrika atau Amerika Selatan.

Sanchez yang kini berseragam Arsenal salah satu contohnya. Penyerang lincah tersebut sebelumnya didapatkan Udinese dari Cobreloa, kesebelasan Cili pada 2005/2006. Walau sempat dipinjamkan ke Colo-Colo selama satu musim pada 2006/2007, tapi seterusnya Sanchez terus berkembang menjadi pemain andalan Udinese hingga dibeli Barcelona dengan harga sekitar hampir 23 juta poundsterling.

Nama Sanchez merupakan hanya salah satu saja. Belum lagi nama-nama seperti Juan Cuadrado ke Fiorentina, Kwawdo Asamoah dan Mauricio Isla ke Juventus, Gohkan Inler dan Fabio Quagliarella ke Napoli, Mehdi Benatia ke AS Roma dan masih banyak lagi lainnya. Dari penjualan pemain-pemain Si Zebra Kecil diperkirakan mendapatkan untung bersih sekitar 100 juta poundsterling setiap musimnya

Menghasilkan Allan

Musim ini pun Udinese berhasil mengorbitkan pemain baru.

Salah satu pemain Udinese paling menonjol pada Serie-A 2014/2015 ialah Allan Marques. Chelsea pun kepincut mendatangkannya pada transfer musim panas mendatang. Pemain berposisi sebagai gelandang bertahan ini didatangkan dari Deportivo Maldonado, kesebelasan asal Uruguay, namun lebih lama dipinjamkan ke kesebelasan asal Brazil Vasco da Gama, selama tiga musim.

Dari pengalaman di Vasco da Gama tersebutlah Allan Marques Loureiro didatangkan Udinese dengan harga 2,6 juta poundsterling dengan adanya campur tangan Granada, kesebelasan asal Spanyol. Udinese dengan Granada memang memiliki hubungan khusus, mengingat pemilik kesebelasan, Giampaolo Pozzo, juga memiliki investasi di kesebelasan asal Spanyol tersebut.

Udinese+Calcio+v+ACF+Fiorentina+TIM+Cup+NkzFQ8_iPwFl


Musim pertama Allan bersama Si Zebra Kecil pun langsung menjadi andalan dengan diturunkan sebanyak 36 kali di kompetisi Serie-A 2012/2013, menggantikan Michele Pazienza yang tampil di luar harapan. Alhasil sampai sekarang Allan sudah menjadi andalan lini tengah Udinese.

Bahkan pada musim 2014/2015 ia menjadi pemain kedua terbanyak setelah N'golo Kante dalam urusan melakukan tekel bersih dari semua pemain yang bermain di lima liga teratas Eropa (Inggris, Prancis, Italia, Jerman dan Spanyol). Jika Kante melakukan 145 tekel bersih dari 37 laga, Allan berhasil melakukan 133 kali dari 34 laga dengan rataan kesuksesan 48 persen. Dirinya melakukan tekel bersih 4,6 per laga.

Selain gemar melakukan tekel ia memiliki skil menggiring bola yang baik untuk mulai membangun serangan setelah berhasil mematahkan penguasaan bola lawan pertama. Persentase keberhasilan menggiring bolanya mencapai rataan 58 persen. Lumayan, bukan?

Allan merupakan salah satu pemain Zebra Kecil yang tampil melejit musim 2014-2015 ini. Itu belum termasuk pemain-pemain berpotensi lainnya seperti Silvan Widmer, Thomas Heurtaux, Emmanuel Agyemang-Badu, Bruno Fernandes, Guilherme do Santos, Panagiotis Kone dan Cyril Thereau.

Beberapa nama tersebut cukup memungkinkan dijual dengan harga cukup menguntungkan bagi Zebra Kecil. Selain itu patut ditunggu juga pemain-pemain dari kesebelasan seperti apa yang akan didatangkan Udinese pada jendela transfer dalam waktu dekat. Sebagai langkah awal Udinese baru mendapuk Stefano Colantuono dari Atalanta sebagai pelatih kepala menggantikan Andrea Stramaccioni.

Komentar