"Sekarang Dengarkan Instruksi Javier!"

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

“Setiap orang menjalani Piala Dunia dengan cara berbeda,” kata Javier Mascherano. “Kebanyakan demikian karena usia setiap orang dari satu Piala Dunia ke Piala Dunia lainnya berbeda.”

Mascherano juga memandang setiap edisi dari tiga Piala Dunia yang sudah ia jalani dengan cara yang berbeda. Namun selalu dari posisi yang sama. Ini menarik karena di level kesebelasan, saat ini Mascherano menjalankan tugas yang sama sekali berbeda dengan tugasnya di kesebelasan sebelumnya.

Mascherano sudah memainkan dan menguasai posisi gelandang bertahan sejak masih sangat muda. Di semua tingkatan usia, kapten Tim Nasional Argentina U-15, U-17, dan senior (di era kepelatihan Diego Maradona) ini selalu bermain sebagai gelandang bertahan. Atau gelandang tengah yang cenderung lebih bertahan, setidaknya.

“Untuk Argentina aku seorang gelandang tengah. Sudah seperti itu dan akan selalu seperti itu,” ujar Mascherano kepada jurnalis Marcela Mora y Araujo pada 2014. Pada 2010, ucapan tersebut akan terdengar biasa saja. Namun di tahun 2014 Mascherano sudah bukan (hanya) seorang gelandang bertahan.

Pep Guardiola dan ketatnya persaingan di lini tengah Barcelona mengubah Mascherano. Di River Plate, Corinthians, West Ham United, dan Liverpool Mascherano selalu mendapatkan peran gelandang bertahan. Tidak di Barcelona.

“Mungkin saya tidak begitu dikenal, namun saya mendefinisikan diri saya sebagai gelandang tengah,” ujar Mascherano dalam sesi wawancara dengan Marcela Mora y Araujo pada 2006. “Mungkin lebih bertahan ketimbang menyerang. Ada dua jenis gelandang tengah ... Dalam setiap kesebelasan yang saya bela, saya selalu cenderung lebih bertahan dari pada menyerang. Saya mengatur permainan lebih jauh dari belakang.”

Di Barcelona, ia mengatur permainan lebih jauh lagi dari belakang. Dan dengan cara yang berbeda karena ia berubah menjadi seorang bek tengah.

Statusnya sebagai kapten Argentina (dan pemain yang menguasi peran gelandang bertahan dengan sangat baik, tentu saja) saat didatangkan Barcelona tidak membuat Mascherano merasa gengsi kalah saing dari Sergio Busquets yang empat tahun lebih muda. Busquets, kata Mascherano, adalah pemain yang sempurna. Menggeser Xavi dan Andrés Iniesta juga mustahil. Karenanya ketika Pep Guardiola melihat dirinya sebagai seorang bek tengah, Mascherano tidak keberatan belajar dan berubah.

Proses perubahan berjalan perlahan tapi pasti. Awalnya Mascherano ditempatkan sebagai bek tengah ketiga dalam skema tiga bek tengah. Sementara Carles Puyol dan Gerard Piqué bermain seperti bek tengah konvensional, Mascherano boleh meninggalkan barisan pertahanan untuk merebut bola dengan cara yang lebih agresif di area yang lebih jauh dari barisan pertahanan Barcelona. Lama kelamaan, setelah Mascherano cukup memahami cara bermain seorang bek tengah, ia mulai rutin dipasangkan dengan satu bek tengah lain saja dalam skema dua bek tengah.

Lancarnya proses belajar Mascherano, selain karena ia sabar dan mau belajar, juga dibantu oleh fakta bahwa dirinya memang seorang pemain cerdas. Sejak dahulu Mascherano memiliki pemahaman permainan di atas rata-rata. Hal tersebut, ditambah dengan sifat seorang pemimpin yang ada dalam dirinya, membuat Mascherano dihormati rekan-rekan dan pelatihnya sendiri.

Seorang pendukung setia River Plate (nama tidak disebutkan) yang sudah menyaksikan Mashcerano sejak ia masih bermain di kesebelasan muda bahkan bercerita kepada The Guardian bahwa seringkali para pemain River Plate menerima dua instruksi taktik. Satu dari pelatih, satu lainnya dari Mascherano atas perintah pelatih.

“Sekarang dengarkan instruksi dari Javier,” adalah kalimat yang biasa didengar para pemain River Plate. Instruksi permainan Mascherano lebih mudah dipahami karena lebih praktikal.

Posisi Mascherano telah berubah. Hal-hal yang tidak berubah darinya adalah fakta bahwa rekan-rekannya, di kesebelasan mana pun yang ia bela, selalu mendengarkan instruksinya. Pemahaman permainan Mascherano juga selalu lebih baik dari rekan-rekannya. Final Piala Dunia 2014 adalah bukti dan Dani Alves adalah saksi.

Memasuki perpanjangan waktu, para pemain Argentina berkumpul mendengarkan segala yang dikatakan Mascherano. Bukan apa yang keluar dari mulut sang kapten, Lionel Messi, atau pelatih kepala Alejandro Sabella (yang menunjuk Messi menjadi kapten); tapi dari Mascherano. Tak heran dirinya dijuluki Jefecito: Ketua Kecil.

Dani Alves, ketika ditanya siapa rekan satu kesebelasannya yang mungkin menjadi manajer, dengan mantap menjawab: “Mascherano. Ia memiliki pandangan yang luar biasa terhadap sepakbola. Kapan pun aku berbicara kepadanya, ia memberi tahu aku sesuatu yang baru; ia menyadari hal-hal yang tidak kita sadari. Ia sangat memahami sepakbola.”

Dengan  semua kualitas yang ia miliki, Mascherano menjadi pemain yang tak tergantikan di kesebelasan mana pun dan di posisi mana pun ia bermain. Pep Guardiola bahkan sampai berkata “saya tidak akan pernah menjualnya atau menukarnya dengan siapa pun.”

Komentar