Tekanan untuk Arsenal

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tekanan untuk Arsenal

Perkenalkan: Arsenal. Mahasiswa semester delapan yang menimba ilmu di kampus yang “mengizinkan” mahasiswanya tinggal hingga semester empat belas. Arsenal adalah mahasiswa tingkat akhir yang tidak bodoh dan tidak malas, tapi belum juga lulus karena tidak mendapatkan tekanan untuk segera lulus dari orang tuanya. Atau, bisa jadi, Arsenal belum lulus karena ia idealis saja. “Untuk apa, sih, lulus cepat?” tanyanya retoris.

“Karena kami adalah kesebelasan yang sangat muda, selalu ada rasa ‘lain kali’, peluang berikutnya. Para pendukung juga tetap bernyanyi dan memberikan dukungan. Itu bagus, namun jika aku bermain buruk, aku menginginkan keluhan.”

Kutipan di atas diambil dari wawancara Francesc Fàbregas dengan Sid Lowe pada 2013 lalu. Jawaban Fàbregas mengungkap alasan di balik minimnya prestasi Arsenal. Fàbregas menginginkan tekanan. Ia menginginkan tuntutan. Di dunia kecil Arsenal, tekanan dan tuntutan bukanlah apa-apa selain dua kata yang sama asingnya dengan trofi Premier League. Arsenal pernah mengenal keduanya, tapi kini tidak lagi.

Para pemain mendapatkan dukungan dari para suporter Arsenal, namun tidak begitu halnya dengan tekanan. Para pemain tinggal di dunia yang penuh dengan kemewahan bernama ketenangan. Dunia yang menyenangkan, namun tentu tidak ideal.

Dan para pemain tidak tinggal sendiri di dunia kecil mereka. Arsène Wenger, selepas pertandingan melawan Hull City semalam, menatap musim depan. Musim untuk memberi perlawanan yang layak kepada Chelsea, katanya. Ia tidak tampak terganggu walaupun Arsenal kembali gagal menjadi juara. Walau ia kembali gagal membawa Arsenal menjadi juara.

Itulah masalahnya. Wenger yang seharusnya memiliki beban kerja paling berat pun tampak baik-baik saja. Ia masih Wenger yang sama, Wenger yang puas terhadap hasil kerjanya jika Arsenal mengakhiri musim di zona Champions League. Wenger yang memandang finish di empat besar sebagai prestasi.

Wenger SOM

Benar, Tuan Wenger. Secara rutin membawa Arsenal finish di empat besar adalah prestasi tersendiri ... ketika Arsenal masih dililit utang pembangunan Emirates Stadium. Ketika Arsenal menggantungkan hidupnya kepada para pemain muda. Namun karena kini Arsenal sudah tidak lagi berutang dan secara rutin sudah mampu membeli pemain bintang setiap tahun, bukankah seharusnya ada target yang harus diubah? Bukankah definisi prestasi seharusnya bergeser dari “finish di empat besar” menjadi “trofi bergengsi”?

Memberi tekanan kepada Wenger dapat menjadi langkah awal Arsenal untuk meraih prestasi. Wenger tidak bisa dibiarkan bekerja tanpa khawatir didepak jika tidak menghasilkan apa-apa selain profit. Sialnya, pihak manajemen sepenuhnya membiarkan Wenger bekerja dengan caranya sendiri. Tidak juara bukan masalah bagi mereka.

Kelompok pendukung Arsenal terbagi dua: kontra Wenger dan pro Wenger. Tidak begitu halnya dengan pihak manajemen. Mereka sepenuhnya percaya kepada Wenger. Apapun yang Wenger lakukan adalah baik di mata mereka. Pihak manajemen kesebelasan tidak membentangkan spanduk besar bertuliskan “In Arsène We Trust”. Mereka memiliki spanduk besar mereka sendiri: “In Ourselves We Trust to Trust Wenger Regardless”.

Melihat ketenangan hidup Wenger dan pengakuan Fàbregas membuat kepergian Robin van Persie, Thierry Henry, dan para pemain yang meninggalkan Arsenal karena ingin berprestasi lebih dapat dimengerti. Ketika tanah Arsenal tidak cukup subur untuk dijadikan media pertumbuhan gelar juara, tak salah jika mereka mencari kedidupan yang lebih menjamin.

Arsenal minim prestasi karena tidak memiliki cukup tekanan tentu hanya teori. Namun tak berarti tidak ada kebenaran di baliknya. Tahun 2006, Arsenal mencapai final Champions League. Tahun 2006 juga merupakan tahun terakhir Arsenal di Highbury. Tahun lalu, Arsenal juara Piala FA. Di tahun yang sama, Santi Cazorla mengancam pergi jika Arsenal kembali tanpa gelar.

Arsenal, tampaknya, memang membutuhkan tekanan. Dan karena Arsenal adalah Arsène dan Arsène adalah Arsenal, Wenger juga harus mendapatkan tekanan. Itu, atau mengubah tujuan kesebelasan dari meraup untung menjadi meraih prestasi nyata.

Baca juga: Bagaimana Agar Arsenal Menjadi No. 1 di Dunia

Komentar