Cara Chelsea Memastikan Gelar Juara

Analisis

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Cara Chelsea Memastikan Gelar Juara

"Stamford Bridge harus siap untuk tidak melakukan perayaan. Stamford Bridge harus siap untuk menekan kita," kata José Mourinho sebelum laga antara Chelsea menghadapi Crystal Palace. Laga ini sendiri merupakan sebuah laga penentuan (dini) gelar juara Liga Primer Inggris untuk The Blues.

Tahun 2005 Mourinho mengantarkan Chelsea juara untuk pertama kalinya, begitupun pada tahun berikutnya. Dan tahun 2015 ini, ketika ia sudah malang-melintang terlebih dahulu ke Inter dan Real Madrid, trofi Liga Primer ke-3 untuknya, dan yang ke-5 untuk Chelsea, sudah menunggunya, di rumahnya yang sesungguhnya: Stamford Bridge.

Tapi di balik perkataannya tadi, pada kenyataannya, Stamford Bridge sudah siap untuk terus menekan Chelsea dan melakukan perayaan.

Sebelum kick-off, ada satu hal saja yang mengganjal rencana pesta Bridge. Ramires dikabarkan cedera, posisinya digantikan oleh Juan Cuadrado di sayap kanan. Sementara Willian mengisi pos sayap kiri, dan Eden Hazard bermain di belakang penyerang Didier Drogba.

Sisanya, Chelsea menurunkan pemain-pemain inti mereka.

Sementar itu di kubu lawan, setelah kalah dari West Bromwich Albion dan Hull City, Alan Pardew melakukan empat perubahan pada susunan sebelas pemain inti Palace. Joel Ward bermain sebagai bek kiri, begitupun di bek kanan yang diisi oleh Adrian Mariappa. Joe Ledley dan Jordon Mutch juga bermain dari awal. Sementara Martin Kelly, Glenn Murray, Papa Souare, dan kapten Mile Jedinak diistirahatkan.

Dengan Yannick Bolasie bermain sebagai penyerang, pasukan Pardew bersiap mengacaukan, atau menunda, pesta juara Chelsea, setidaknya sampai satu pekan ke depan.

Chelsea yang Tidak Monoton

Pada akhirnya Chelsea memastikan sebagai juara Inggris setelah sukses mengalahkan The Eagles melalui gol tunggal yang dicetak oleh PFA Player of the Year, Eden Hazard. Untuk beberapa detik, ia memang gagal mencetak gol dari titik penalti untuk pertama kalinya sepanjang kariernya di Liga Primer 9 penalti berhasil dari 10). Namun, bola muntahan yang berhasil ditepis oleh Julian Speroni berhasil disundul masuk olehnya sendiri.

Sementara Pardew, yang telah memenangkan enam dari delapan pertandingan sebelumnya melawan Chelsea sebagai manajer, hanya berhasil membuat kesebelasannya mencetak satu tendangan ke gawang (dari 8 percobaan tembakan) sepanjang 90 menit.

Grafik permainan Francesc Fàbregas melawan Crystal Palace - sumber: FourFourTwo.com
Grafik permainan Francesc Fàbregas melawan Crystal Palace - sumber: FourFourTwo Stats Zone

Francesc Fàbregas, yang sudah mencetak 17 assist di Liga Primer, menjadi pemain terbaik dalam hal statistik operan (sukses 78%) dan tekel (4 berhasil dari 8 tekel) pada pertandingan semalam.

Beberapa mungkin masih berpendapat bahwa permainan Chelsea membosankan, tapi kali ini mereka tidak terlalu banyak melakukan serangan balik, dan malah mendominasi penguasaan dan operan bola dengan tidak monoton. Bahkan mereka mampu mencetak 17 tendangan, dengan 7 di antaranya tepat sasaran ke arah gawang.

Namun, absennya Diego Costa, yang merupakan penyerang dengan pergerakan yang fantastis, belum bisa digantikan oleh Drogba yang sepertinya tidak lagi terlalu mengancam seperti yang pernah ia lakukan saat berseragam The Blues sebelumnya. Sepanjang pertandingan, ia hanya bisa melakukan 3 tembakan, dengan satu on target.

Di belakang, kapten John Terry yang sudah berusia 34 tahun masih menjadi pemain yang paling berpengaruh bagi rekan-rekannya. Dengan dia di belakang, bersama Gary Cahill maupun Kurt Zouma dan juga siapapun penjaga gawangnya, Chelsea tampak sukar sekali kebobolan.

Kecepatan Palace belum cukup untuk merepotkan gawang Courtois

Jika Chelsea (katanya) memarkir bus, maka sebaiknya Palace tidak melakukannya juga. Daripada bermain bertahan, Palace tampak sangat bertekad untuk merepotkan kesebelasan tuan rumah melalui kecepatan pemain-pemain seperti Wilfried Zaha, Jason Puncheon, dan Bolasie.

Dan terbukti, berkali-kali mereka dapat menyebabkan masalah. Namun, ancaman mereka tak terlalu membahayakan karena penyelesaian akhir yang kurang sempurna (alasan klise).

Grafik tembakan dan umpan silang Crystal Palace melawan Chelsea - sumber: FourFourTwo.com
Grafik tembakan dan umpan silang Crystal Palace melawan Chelsea - sumber: FourFourTwo.com

Yang paling mencolok adalah angka umpan silang (crossing) Palace yang mencapai 26, dengan hanya 5 saja yang tepat sasaran.

Pardew mungkin merasa bahwa kesebelasannya tidak terlalu membuat Thibaut Courtois cukup berkeringat, tapi di luar pertandingan melawan sang juara kali ini, masa depannya terlihat cerah di Selhurst Park.

Kesimpulan

Bersama Chelsea, kita harus memahami bahwa hasil adalah segalanya. Mereka berhak mendapatkan gelar juara Liga Primer meskipun liga masih menyisakan 3 pertandingan lagi.

Sang juara Piala Capital One (Piala Liga Inggris) ini sudah mencetak 69 gol (terbanyak ke dua di liga setelah Manchester City) dan hanya kebobolan 27 gol (paling sedikit di liga), dengan perbedaan poin sebanyak 13 angka dari peringkat ke dua, City (70 poin). Bayangkan selama 35 pertandingan sejauh ini, Chelsea memenangkan 25  laga di antaranya dan hanya kalah dua kali saja.

Mourinho pun hanya mengandalkan total 22 pemain, termasuk André Schürrle (pindah ke Vfl Wolfsburg pada Januari 2015) dan Mohamed Salah (dipinjam kan ke ACF Fiorentina), untuk bahu-membahu membuat Chelsea sangat konsisten. Tampaknya, manajer jenius asal Portugal ini tahu sedari awal musim, mengidentifikasi apa yang salah di musim lalu, dan berhasil mencari solusi tepat, efektif, dan efisien untuk kesebelasan asal London tersebut.

Ia tahu bahwa Chelsea membutuhkan pemain tengah kreatif yang mampu mendukung Hazard, ia juga tahu bahwa Chelsea membutuhkan satu penyerang kelas dunia yang bisa mencetak gol setiap pekannya. Mereka adalah Fàbregas dan Costa yang menjadi faktor pembeda Chelsea musim ini dengan musim lalu.

Jadi, siapa yang memarkir bus? (kanan: Chelsea, kiri: Crystal Palace) - sumber: FourFourTwo.com
Jadi, siapa yang memarkir bus? (kanan: Chelsea, kiri: Crystal Palace) - sumber: FourFourTwo.com

Sepakbola tergantung dari kualitas pemain yang dimiliki sebuah kesebelasan. Kekuatan mental pemain sangat berpengaruh. Bagaimanapun permainan mereka, Chelsea memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada permainan mereka.

Tapi mungkin kadang itu belum cukup. Mereka terus berusaha tenang sepanjang musim. Mereka tahu tidak ada kata "hampir" di sepakbola. Semuanya ada di tangan (atau kaki) mereka sendiri. Jadi, tidak ada saat yang tepat untuk bertaruh dan tidak ada saat yang tepat untuk mengambil risiko.

April adalah bulan di mana banyak orang yang mengharapkan Chelsea kehilangan poin. Namun, bulan itu justru bulan yang menjadi saat di mana mereka menghancurkan lawan-lawan mereka: 2-1 melawan Stoke City, 1-0 di Queens park Rangers, 1-0 melawan Manchester United, 0-0 di Arsenal, 3-1 di Leicester City, dan 1-0 melawan Palace.

Musim ini, Chelsea dan Mourinho mengajarkan kepada kita bahwa jika kita konsisten kepada apa yang kita percaya, bahkan sekalipun itu memarkir bus atau permainan yang membosankan (kami tidak bilang dimikian, lho, ya), kesuksesan akan menanti di depan.

Tapi semoga Chelsea bisa memindahkan bus mereka dari depan gawang mereka dalam sisa tiga pertandingan ini: Liverpool (kandang), West Brom (tandang), dan Sunderland (kandang). Yah, setidaknya hanya untuk membungkam orang-orang cerewet yang masih saja tidak menerima 'kemenangan' mereka.

Meski Chelsea sudah dipastikan juara, kami mengingatkan masih ada perebutan tempat Liga Champions, Liga Europa, dan zona degradasi yang masih tersisa dari Liga Primer Inggris. Ditambah lagi bonus final Piala FA pada akhir bulan nanti. Dari pertandingan-pertandingan tersebut, semoga orang-orang cerewet tadi bisa mendapatkan sajian pertandingan yang mereka tak dapatkan saat menonton Chelsea berlaga.

Komentar