Wafatnya Gregory Mertens Serta Pentingnya Pemeriksaan Jantung Rutin

Sains

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Wafatnya Gregory Mertens Serta Pentingnya Pemeriksaan Jantung Rutin

Pertandingan lanjutan Liga Primer Inggris 2014/2015 antara Tottenham Hotspurs menjamu Swansea City sempat gempar selama lima menit. Ketika itu, Batefimbi Gomis, penyerang Swansea, tiba-tiba pingsan di lapangan White Hart Lane pada pertandingan yang digelar Kamis (5/3) beberapa waktu lalu.

Kemudian diketahui jika Gomis pingsan karena memiliki gangguan pada jantungnya. Tapi masih beruntung bagi pemain asal Prancis tersebut karena berangsur pulih kembali dan sudah bisa merumput seperti sedia kala. Bahkan Gomis mencetak dua gol ketika mengalahkan Hull City 3-1 pada pertandingan di Stadion Liberty 4 April 2015, sebulan berselang.

Namun takdir berbeda dialami Gregory Mertens pemain belakang K.S.C Lokeren, kesebelasan yang berkiprah di Belgian Pro Leaguesaat membela Lokeren U-21, Senin lalu (27/4). Baru bermain selama 24 menit, ia tiba-tiba terjatuh dan pingsan, yang mana langsung mendapat pertolongan pertama memakai cardio pulmonary resuscitation (CPR), pelancar pernapasan, dari tim medis.

Namun tim medis tim akhirnya angkat tangan setelah usaha selama 30 menitnya tak membuahkan hasil. Mobil ambulan pun kemudian datang untuk membawa pemain jebolan Belgia U-16 sampai U-21 tersebut untuk ditangani rumah sakit di Kota Genk, pertandingan antara Genk melawan Lokeren dalam kompetisi Liga Belgia U-21 pun tidak dilanjutkan untuk sementara waktu.

Tidak hanya jantung, cedera kepala juga patut diwaspadai pemain sepakbola. Salah satunya di Liga Primer Inggris masih mengesampinkan protokol cedera kepala.

Dalam perawatan rumah sakit, pemain bernomor punggung empat tersebut tidak langsung pulih karena mengalami koma yang kemudian dibantu oleh alat penunjang. Sayangnya dalam perawatan kondisinya itu tidak berangsur membaik bahkan cenderung kritis.

"Rumah sakit ini melakukan segala yang mereka bisa, tapi kita harus jujur itu tidak terlihat baik untuk dia dan keluarganya kami berharap bahwa semuanya akan kembali seperti semula," ujar Dokter kesebelasan Lokeren Kris Peeters seperti yang dikutip CNN.

Pada akhirnya setelah koma selama tiga hari, pihak keluarga setuju jika alat bantu kehidupan Merteens dicopot. Ia pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 16.30 waktu setempat di rumah sakit Genk waktu Belgia

Kepastian meninggalnya Mertens pun semakin pasti ketika akun ofisial kesebelasan Lokeren mengumumkannya lewat Twitter, "Staf medis telah melakukan semua yang mereka bisa untuk menyelamatkan Gregory [Mertens]. Namun, mereka harus mengakui ketidakberdayaan mereka," tulis @KFCLokeren. "Hari ini terjadi sesuatu yang tidak pernah berani dibayangkan," sambung pernyataan tersebut.

RIP Mertens


Berbagai bela sungkawa pun diucapkan melalui media sosial. dimulai dari Romero Lukaku, Simon Mignolet, Marc Willmots, Gary Lineker, Fabrice Muamba, Manchester City, Dries Mertens, Thibaut Courtois, Aston Villa, Football Manager, Nacer Chadli, hingga Kevin de Bruyne tak luput dari rasa prihatinnya terhadap apa yang dialami Mertens.

Mertens sendiri memulai karirnya di akademi Anderlecht sebelum pindah ke akademi Dilbeek Spoort, Gent dan Cercle Brugge. Ia kemudan naik ke kesebelasan senior Cercle Brugge pada awal tahun 2011.

Sewaktu masih berada di akademi junior ia dianggap sebagai bek masa depan Belgia dengan kemampuan bertahan yang mumpuni dan cukup produktif mencegak gol sebagai pemain belakang. Dirinya pun sempat memperkuat kesebelasan negara Belgia U-16, U-19 dan U-21 satu tim dengan Lukaku, de Bruyne, Eden Hazard dan Christian Benteke.

Sebanyak 73 berlaga bersama Cercle senior Mertens mencetak lima gol sebelum pindah ke Lokeren pada awal musim 2014/2015. Sejauh ini bersama Lokeren Mertens, ia tampil 28 kali tapi belum mencetak gol satu pun. Pihak Federasi Sepak Bola Belgia pun berencana pada semua pertandingan Liga Belgia pekan ini akan dilakukan pengheningan cipta selama satu menit.

Serangan Jantung tak Terduga dan Pemeriksaan Jantung Rutin

Meninggalnya pesepakbola muda seperti Mertens sekali lagi menunjukan dampak kematian muda secara tiba-tiba karena sakit jantung. Direktur Pemeriksaan dan Penelitian Cardiac Risk in The Young (CRY), Dr. Steve Cox, menjelaskan jika di Inggris saja setiap minggunya 12 orang di bawah usia 35 tahun yang tampaknya masih bugar dan sehat, meninggal karena kondisi sakit jantung yang tidak terdiagnosis. Sekitar 80 persen meninggal akibat jantung terjadi tanpa gejala apapun sebelumnya.

Karena itulah pemeriksaan jantung menjadi sangat penting dalam pencegahan serangan yang tiba-tiba. Meninggalnya Mertens dengan secara mengejutkan ini pun memperkuat kebutuhan orang untuk investasi yang lebih besar dalam penelitian memahami penyebab serangan jantung pada pemuda.

Sementara itu, di Rumah Sakit St George selalu menjalankan program screening CRY yang saat ini menguji 17.000 orang muda (usia 14-35) setiap tahun dan diawasi oleh ahli jantung dunia olahraga terkemuka, Profesor Sanjay Sharma.

"Ini merupakan bagian dari program penelitian yang lebih luas dan unik, jalur cepat unit patologi berfokus pada menemukan jawaban atas kematian tersebut, menghancurkan dan mencegah tragedi masa depan antara atlet elit dan semua pemuda," paparnya seperti yang dikutip Daily Mail.

Katanya makanan cepat saji itu tidak baik dikonsumsi olahragawan. Tapi pada nyatanya makanan cepat saji bisa mempercepat pemulihan atlet, ko bisa?. Tapi tips makanan sehat bagi olahragawan memiliki kadar sendiri sesuai tips yang diberikan Diego Forlan.

Sejauh ini, satu dari setiap 300 orang pemuda yang menjalani tes CRY teridentifikasi berpotensi nyawanya terancam. Oleh karena itu, pemeriksaan jantung spesialis akan mengidentifikasi sebagian besar pemuda lainnya meskipun tidak semua pemuda memiliki risikonya.

Sementara itu di Italia, screening jantung telah menjadi hal yang wajib bagi semua pemuda yang terlibat dalam olahraga yang terorganisir, alhasil mereka telah mengurangi kejadian kematian jantung mendadak muda dengan 90%. Sedikit mengingat ke belakangan. di Italia pernah terjadi insiden yang menimpa Permario Morosini, pemain Livorno yang meninggal karena serangan jantung dadakan saat sedang bertanding pada 14 April 2012 silam.

"Hal ini karena olahraga secara signifikan dapat meningkatkan risiko seseorang jika mereka memiliki kondisi yang mendasarinya," sambung Steve Cox.

Sebenarnya federasi sepakbola Eropa,UEFA, telah menyarankan pengujian jantung wajib bagi semua pemain yang ikut ambil bagian dalam kompetisi, pada 2008 setelah kematian Marc-Vivien Foe, Antonio Puerta dan Phil O'Donnell. Namun ternyata tak semua negara langsung menerapkannya.

Hal ini tentunya harus menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen olahraga. Bahkan Mertens sendiri sebenarnya sudah mengalami tes ekstensif, namun tidak terdeteksi adanya gangguan pada kesehatan jantungnya. Hal itu dikatakan Peteers, dokter Lokeren.

Tapi takdir telah berkata lain, Tuhan memanggil Mertens melalui sakit yang tidak terdiagnosis selama ini. Selamat jalan, Mertens!

Komentar