Persembahan Kemenangan Untuk Gigi Meroni

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Persembahan Kemenangan Untuk Gigi Meroni

Setelah 20 tahun tak pernah menang kala berlaga menghadapi rival sekota, Juventus, Torino berhasil menghapus catatan buruk tersebut. Gol Mattia Darmian dan Fabio Quagliarella berhasil membuat Torino mengalahkan Juventus dengan skor 2-1.

Tak hanya menghapus catatan buruk selama 20 tahun, kemenangan itu pun seolah membawa memori indah masa lalu pada derbi dua tim kota Turin ini. Jauh mundur ke belakang hampir 47 tahun lalu, tepatnya 22 oktober 1967, Torino pernah menorehkan sebuah catatan yang gemilang: mengalahkan Juventus di kandang mereka sendiri dengan skor 4-0. Dan skor tersebut masih tercatat sebagai kemenangan terbesar Torino atas klub sekotanya itu.

Hal yang menjadi begitu spesial saat itu adalah, Torino mendedikasikan kemenangannya tersebut untuk pemain mereka yang meninggal muda saat itu. Ya, skor 4-0 tersebut mereka persembahkan untuk seorang Luigi ‘Gigi’ Meroni. Seorang sayap kanan energik nan flamboyan yang harus meregang nyawa di usia 24 tahun.

Cerita Singkat Gigi Meroni

Gigi Meroni lahir di Como pada 24 Februari 1943. Ia pun mengawali karir professionalnya sebagai pesepakbola di klub kota kelahirannya tersebut. Tak begitu lama, setelah 2 tahun bermain bagi Como, ia hijrah ke Genoa. Seperti ketika di Como, ia hanya bertahan 2 tahun di Genoa. Tahun 1964, saat usianya menginjak 21 tahun ia pun hijrah ke kota Turin. Torino membayar 300 juta lira untuk mendatangkan Meroni.

Saat itu, Torino yang sedang membangun lagi kegemilangan mereka setelah tragedi pesawat Super Ega begitu mengharapkan petuah pemain yang gemar memakai nomor 7 ini. Peran Meroni sangat diharapkan untuk dapat kembali membawa Torino berjaya di Italia.

Sedikit demi sedikit, kebersamaan Meroni dan Torino pun berbuah hasil. Di musim 1964/1965, Torino berhasil menduduki peringkat 3 klasemen akhir liga Italia dibawah Inter dan AC Milan. Mereka pun berhasil mencapai babak semifinal Piala Winners, sayang langkah mereka untuk mencapai partai puncak dihentikan oleh TSV 1860 Munchen.

Total ia bermain 102 pertandingan bagi Torino dan menciptakan 22 gol di berbagai kompetisi. Kegemilangannya di sisi penyerangan Torino pun berbuah panggilan Timnas Italia, ia menjalani debutnya di tahun 1965 dan menjadi bagian skuat timnas Italia di Piala Dunia 1966, dibawah asuhan Edmondo Fabbri.

Namun sayang, keikutsertaannya tidak dibarengi dengan kesuksesan Italia. Timnas Azzuri gagal total di Inggris, mereka hanya mampu menduduki peringkat ketiga di babak grup, dengan hasil 1 kemenangan dan 2 kekalahan. Kemenangan 2-0 atas Chile di pertandingan pertama, diikuti kekalahan 0-1 dari Uni Soviet dan Korea Utara di pertandingan kedua dan ketiga. Membuat Italia harus tersingkir sejak awal.

Sejak saat itu, Meroni semakin menggeliat. Perannya di Torino semakin begitu vital. Bahkan di dua musim awal berbaju merah marun, ia tidak pernah absen membela Torino. Bermain sebanyak 78 pertandingan dengan menorehkan 12 gol.

Bahkan ada sebuah peristiwa terkenal yang berhasil ditorehkan oleh seorang Meroni, saat Torino bertandang ke kandang Inter Milan, Maret 1967. Meroni berhasil membawa Torino memenangkan pertandingan dengan skor 2-1, saat itu Inter yang diasuh oleh Hellenio Herrera tidak pernah kalah di kandang selama 3 tahun, namun Meroni berhasil membawa Torino menghancurkan rekor itu.

Dan yang menjadi pelengkap kemenangan Torino tersebut adalah keindahan gol yang diciptakan oleh Meroni. Ia yang dijaga ketat Giacinto Faccheti berhasil men-chip bola dengan begitu indahnya melewati Faccheti dan penjaga gawang Inter saat itu, dengan satu sentuhan kala menerima sodoran di kotak penalti, Meroni berhasil membidik dengan tepat kiri atas gawang Inter.

Gol ini pun disebut-sebut sebagai salah satu gol terbaik di Liga Italia hingga saat ini.

Laga derby selalu menawarkan cerita yang berbeda. Ada ketegangan dan kadang kerusuhan. Dan itu terkadang lahir dari cerita yang akarnya menancap sangat dalam. Simak beberapa cerita derby yang pernah kami tuliskan:

Old Firm Derby: Pelampiasan Kebencian Dua Keyakinan
Suporter Celtic: Old Firm Derby Telah Tiada
Sejarah, Kemegahan, dan Meredupnya Derby Della Madonnina
Meluruskan Sejarah Rivalitas di Derby Madrid
Hampden Park Menjadi Saksi Kisah Derby Tertua di Glasgow
Rumitnya Sebuah Loyalitas dalam Derby Wimbledon
Ruhr Derby : Kebencian Si Miskin Schalke pada Si Kaya Dortmund
Persaingan Pendukung Hellas dan Chievo di Kota Verona
Dua Sisi Derby Merseyside


Penampilan dan Kontroversi La Granata Butterfly

Penampilan Meroni memang sangat tampan untuk ukuran pemain sepakbola. Dengan kulit putih menawan, kumis tebal yang menghiasi bawah hidung dan potongan rambut lebat ala Beatles saat itu, menjadikan ia pemain yang begitu berbeda. Karena saat itu, sepakbola Italia terkenal disiplin, termasuk terhadap penampilan pemain. Namun Meroni melawan budaya itu, ia seperti tak peduli.

Soal rambutnya yang lebat itu, ia pernah dengan tegas menolak permintaan staf pelatih Italia untuk memotong rambutnya saat ia menjadi bagian tim Azzuri di Piala Dunia 1966. Ia pun diancam tidak dimainkan, namun Meroni tetap menolak dan mengatakan, "Saya dapat bermain dengan sangat baik meskipun dengan rambut yang begitu panjang."

Memang sejak kecil Meroni mahir melukis, maka tak heran jika ia memiliki imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Bukan hanya dalam melukis, namun imajinasi dan kreatifitasnya ia gunakan dalam caranya berpenampilan.

Imajinasi dan kreatifitasnya itu pun ia bawa ke lapangan hijau, bagaimana kelincahan ia dalam menggiring bola selalu membuat pemain bertahan lawan kocar-kacir tak karuan. Maka tak heran ia pun dijuluki La Granata Butterfly atau kupu-kupu merah marun, merujuk pada bagaimana kelincahan dan keindahan permainan yang ia tampilkan seperti seekor kupu-kupu yang sedang terbang kesana kemari.

Meroni memang seorang yang suka diperhatikan orang lain, selain soal penampilannya, perilakunya pun terkadang menjadi konsumsi publik. Saat mendapat cemoohan dan kritikan dari publik Como akibat keputusannya untuk pindah, ia membalas hal tersebut dengan berjalan-jalan di sekitaran pusat kota Como sambil memakai pakaian renang dan membawa ayam peliharaanya.

Seperti seorang pelukis yang terkadang goresan tintanya tak dapat dimengerti oleh orang lain, tak ada yang tahu apa maksud Meroni saat itu.

Kematian Meroni dan Persembahan Torino

Meroni sudah seperti Tuhan bagi para pendukung Torino. Maka tak heran, saat isu penjualannya ke klub rival Juventus kencang terdengar, para pendukung Torino berbondong-bondong memprotes niatan presiden klub saat itu, Orfeo Pianelli. Transfer Meroni senilai 750 juta lira dari Torino ke Juventus pun akhirnya tidak terealisasi.

Namun sayang, Meroni harus meninggal di usia muda. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa Meroni. Meroni meregawang nyawa saat ia menyebrang dan tertabrak oleh seorang pengemudi mobil FIAT. Saat itu Meroni bersama rekannya berniat untuk merayakan kemenangan atas Sampdoria di sebuah bar. Namun naas, saat akan menyebrang ia tertabrak dan tubuhnya terpental.

Sebuah kematian tragis bagi seorang pemain muda yang sedang menapaki karirnya sebagai seorang pemain sepakbola. Hampir 20.000 orang menghadiri proses pemakaman Meroni, Torino kembali berduka. Setelah kehilangan seluruh pemain yang membawa kejayaan Torino dalam tragedy Superga, mereka pun kembali harus kehilangan seorang pemain yang sedang mencoba mengembalikan kejayaan Torino di Italia.

Seminggu setelah kematian Meroni, Torino pun harus bertanding menghadapi klub sekota mereka, Juventus. Para pendukung Torino saat itu terus meneriakkan "Gigi, Gigi" sepanjang pertandingan. Mereka seperti mengharapkan kehadiran Meroni di lapangan, mereka seperti ingin kembali melihat permainan apik nan indah yang sering diperlihatkan Meroni.

Torino pun berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 4-0, dan pemain terakhir yang menciptakan gol bagi Torino saat itu adalah Alberto Cirelli. Pemain yang menggunakan nomor kebesaran Meroni yakni nomor tujuh.

Menjadi persembahan yang begitu indah bagi Moreni dari klub yang telah membesarkan namanya.

Dan hal yang sangat mengejutkan dari kematian Moreni adalah tentang orang yang menyebabkan kematiannya. Orang yang saat itu menabrak Moreni bernama Attilio Romero, pemuda berusia 19 tahun yang merupakan pendukung setia Torino. Dan setelah 33 tahun peristiwa itu berlalu, Attilio Romero pun didapuk menjadi presiden klub. Ironis memang, orang yang membuat legenda Torino meregang nyawa, di kemudian hari menjadi presiden klub mereka.

***

Maka kemenangan tadi malam bukan hanya saja berhasil menghapuskan catatan buruk Torino kala menghadapi Juventus selama 20 tahun, namun kemenangan tersebut seolah-olah memberikan persembahan untuk mendiang Meroni, bahwa meskipun sudah 47 tahun sejak kematiannya, nama Gigi Meroni akan selalu dikenang dan diabadikan.

Jika 47 tahun lalu, Nestor Combin, pemain yang mencetak hattrick kala Torino menghancurkan Juventus 4-0, mendedikasikan seluruh golnya untuk mendiang Gigi Meroni. Maka kemarin malam, Mattia Darmian atau Fabio Quagliarella pun melakukan hal yang sama: mendedikasikan gol dan kemenangan Torino atas Juventus untuk mendiang Gigi Meroni.



Oleh: Eki Nurdiansyah. Hanya buruh pekerja yang bisa ditemui di @ekidiansyah.

Komentar