Nigel Reo-Coker yang Terlupakan

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Nigel Reo-Coker yang Terlupakan

Banyak yang menganggap kalau nama Nigel Reo-Coker sudah habis--atau bahkan Anda belum pernah mendengarnya?--setelah ia pindah dari Bolton Wanderers ke Ipswich Town pada 2012. Padahal, pemain jebolan akademi Wimbledon ini sempat digadang-gadang menjadi gelandang masa depan kesebelasan negara Inggris. Kini, Reo-Coker mulai kembali membangun karir dan kepercayaan dirinya di MLS bersama Montreal Impact.

Nama Reo-Coker mulai dikenal saat ia bergabung bersama West Ham United pada musim 2004-2005. Pada musim keduanya, di usia yang baru menginjak 21 tahun, ia sudah menjabat sebagai sebagai kapten West Ham yang kala itu ditukangi oleh Alan Pardew. Reo-Coker pun turut membantu West Ham promosi ke Premier League dan mengantarkan mereka ke Final Piala FA setahun setelahnya.

Musim kedua bersama The Hammers, julukan West Ham,  itu dianggap sebagai masa-masa keemasan Reo-Coker. Ia pun turut dipanggil oleh kesebelasan negara Inggris yang berlaga di Piala Dunia 2006 menggantikan Phil Neville. Di saat yang sama, lini tengah Inggris juga dihuni oleh pemain-pemain hebat seperti Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Michael Carrick. Namun, kesempatan Reo-Coker untuk mengecap Piala Dunia kandas karena ia menderita cedera punggung.

Selepas bergabung dengan Aston Villa, perlahan karir Reo-Coker mulai meredup. Kontraknya tidak diperpanjang pada akhir musim 2010-2011. Ia pun bergabung dengan Bolton Wanderers yang degradasi ke Divisi Championship setahun setelahnya, lalu hijrah ke Ipswich Town. Akhirnya pada Februari 2013 memutuskan untuk hijrah ke MLS, Liga Amerika Serikat, menyambung karir sepakbolanya.

Di MLS, karirnya pun tidak begitu menjanjikan karena sial bagi Reo-Coker tergabung bersama Chivas USA pada Agustus 2014. Pada Oktober 2014, kesebelasan barunya itu dinyatakan bangkrut dan Reo-Coker pun masuk dalam “Dispersal Draft”. Sayangnya, ia tidak dipilih kesebelasan manapun.

Beruntung pada tahun ini Reo-Coker bergabung bersama Montreal Impact. Lebih beruntung lagi karena kesebelasan tersebut tengah berlaga di Concacaf Champions League dan mencapai babak final. Rabu (22/4) kemarin, bertanding di hadapan 100 ribu pasang mata yang memadati Estadio Azteca, Reo-Coker bersama Montreal berhasil menahan imbang tuan rumah America pada leg pertama final Concacaf Champions League.

Kepada The Telegraph Reo-Coker membandingkan partai final Piala FA 2006 dengan partai final Concacaf yang tengah ia jalani saat ini. “Aku telah bermain di final Piala FA antara dua kesebelasan penuh sejarah yang mana merupakan pengalaman fantastis, dengan atmosfir yang dihadirkan penggemar. Namun, ini akan menjadi satu pertandingan terbesar dalam karirku,” kata pemain kelahiran 1984 tersebut.

“Aku bicara pada Emile Heskey beberapa waktu lalu, dan dia berkata pernah bermain di hadapan 90 ribu orang, dan di sini aku bermain di hadapan 105 ribu penggemar di Azteca. Ini setara seperti bermain di Liga Champions Eropa dan tidak ada yang lebih baik dari itu,” ungkap Reo-Coker lebih lanjut .

Jika Montreal berhasil memenangi gelaran Concacaf Champions League, maka untuk pertama kalinya kesebelasan MLS menjadi juara di zona Amerika Utara dan Amerika Tengah serta berhak bermain di Piala Dunia Antarklub musim depan.

Padahal Montreal adalah kesebelasan terburuk di MLS pada musim lalu. Jika mereka berhasil menjadi juara, maka Montreal telah menyelamatkan satu nama lain: Nigel Reo-Coker, yang mungkin sudah dilupakan oleh masyarakat Inggris sekalipun.

Sumber gambar: foxsports.com

Komentar