Lapangan Sepakbola yang Menghasilan Energi dari Pijakan Kaki

Sains

by Dex Glenniza Pilihan

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Lapangan Sepakbola yang Menghasilan Energi dari Pijakan Kaki

Sepakbola adalah olahraga universal yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Dibanding dengan olahraga berbasis tim lainnya, sepakbola cenderung lebih mudah dilakukan, kita hanya membutuhkan beberapa pemain (tidak harus 11 melawan 11), satu buah bola (sebenarnya bola apa saja), dan sepetak lapangan (luasnya pun bisa bervariasi). Semuanya tergantung kemampuan kita.

Jika ada satu hal yang menghalangi kita untuk bermain sepakbola, mungkin hal tersebut adalah waktu.

Sepakbola biasa dimainkan siang sampai sore hari, tak jarang juga pagi hari. Namun untuk bermain sepakbola malam hari, ada satu pertimbangan yang dinilai sangat mahal: pencahayaan.

Bagi kita yang semasa kecil bermain di lapangan sepakbola kampung maupun komplek, biasanya adzan maghrib yang berarti juga matahari tenggelam adalah pertanda bahwa pertandingan sepakbola (sebaiknya) disudahi saja.

Pengadaan lampu di lapangan sepakbola memang dinilai masih merupakan kebutuhan yang mahal, apalagi lampu sorot. Padahal jika pencahayaan bukan masalah, berarti 24 jam kita bisa bermain sepakbola!

Lapangan sepakbola berteknologi modern di Morro da Mineira

Seolah ingin mengakali hal di atas, perusahaan industri minyak dan gas bumi asal Belanda, Royal Dutch Shell, telah meluncurkan lapangan sepakbola berbasis komunitas yang bisa menghasilkan energi sendiri.

Lapangan ini terletak di Morro da Mineira di jantung Kota Rio de Janeiro, Brasil.

Memang jika kita sudah membicarakan Brasil, sepakbola tidak akan bisa dipisahkan. Ini juga yang menjadikan lapangan sepakbola bagian penting dari kehidupan bagi warga favela.

Shell melakukan modernisasi lapangan menggunakan 200 pelat lantai (sejenis ubin) berteknologi tinggi yang terletak di bawah tanah yang bisa menangkap energi kinetik yang dihasilkan dari gerakan para pemain, tepatnya tekanan dari pijakan-pijakan kaki pada tanah.

Energi ini kemudian disimpan dan dikombinasikan dengan daya yang dihasilkan oleh panel surya di samping lapangan untuk mengkonversinya menjadi listrik terbarukan untuk lampu sorot, yang pada akhirnya bisa memberikan semua orang di favela ruang komunitas yang aman dan nyaman di malam hari.

André Araujo, kepala bagian Shell di Negara Brasil, mengatakan, "Pada tahun 2050, dunia akan menggunakan 75 persen energi lebih daripada yang digunakannya sekarang. Jika melihat bahwa permintaan tambahan akan membutuhkan satu set sumber energi yang baru, maka ilmuwan dan insinyur generasi masa depan berusaha untuk mengembangkan itu dengan gairah, ide, dan inovasi yang juga baru."

"Setelah melakukan riset, ternyata lapangan bisa berpotensi menjadi sumber ketika para ilmuwan memfokuskan upaya mereka untuk mengembangkan solusi energi kreatif dan inovatif. Dengan memanfaatkan gairah dan minat dunia akan sepakbola, kami bertujuan untuk menangkap perhatian anak-anak di seluruh dunia sehingga mereka berpikir secara berbeda tentang energi dan juga menimbulkan kesempatan studi ilmu pengetahuan dalam karier mereka."

Baca juga, isu sepakbola dan teknologi:

Analisis Pertandingan dengan Teknologi Paling Canggih di Dunia

Hukuman Skrtel dan Teknologi Video di Lapangan Sepakbola

Bahkan Kostum Pemain Pun Mau Dipasang Teknologi Kamera?

Hadirnya Teknologi Optik di Sepakbola, Kemajuan atau Ancaman?

Mobil Canggih untuk Latihan Ciptaan Bielsa

Legenda sepakbola asal Brasil, Pelé, yang bergabung dengan Shell pada acara peresmian lapangan di akhir tahun lalu, berkata, "Sepakbola adalah gairah terbesar Brasil, dan olahraga ini telah melalui begitu banyak inovasi teknologi sejak terakhir kali saya bermain. Lapangan baru ini menunjukkan hal-hal yang luar biasa yang memungkinkan ketika ilmu pengetahuan dan olahraga dikawinkan."

"Bersama Komunitas Morro da Mineira, sekarang kita dapat menggunakan fasilitas olahraga ini sebagai tempat berkumpul yang aman, semua berkat lampu sorot yang didukung oleh pemain sepakbola itu sendiri yang berasal dari masyarakat sekitar," lanjutnya.

Laurence Kemball-Cook, pendiri dan CEO Pavegen serta finalis Shell LiveWIRE UK Young Entrepreneur of the Year pada tahun 2011, mengatakan, "Memiliki dukungan yang diterima dari Shell untuk mengembangkan visi saya, saya cukup beruntung bisa mengaplikasikan ide-ide saya untuk memenuhi tantangan energi. Ini adalah lapangan sepakbola baru yang menjadi contoh menarik bahwa setiap anak di sekolah dapat memahami dan melihat langsung peran dan inovasi teknologi dalam bermain sepakbola yang juga bisa melestarikan planet kita tidak hanya sekarang, tapi juga di masa depan."

Teknologi pelat lantai penghasil energi

Pemasangan ubin atau pelat lantai Pavegen (sumber: www.pavegen.com) Pemasangan ubin atau pelat lantai Pavegen (sumber: www.pavegen.com)


Pavegen adalah instalasi ubin yang digunakan pada lapangan tersebut. Pavegen bekerja siang dan malam bersama panel surya untuk menyalakan lampu hingga 10 jam pada kondisi baterai penuh, menciptakan lapangan sepakbola bertenaga orang pertama di dunia.

Teknologi Pavegen memiliki lebih banyak fitur dari sekedar pembangkit energi. Menggunakan Application Programming Interface (API) yang nirkabel, ubin dapat mengirimkan energi ke jaringan yang ditunjuk, memungkinkan untuk analisis data secara real-time sambil merepresentasikan langkah kaki yang berpotensi untuk menciptakan "kota pintar".

Lapangan ini secara resmi dibuka pada tanggal 10 September 2014 oleh legenda sepakbola asal Brasil, Pelé. Shell bermitra dengan Pavegen untuk menginstal solusi energi ini sebagai sumber inspirasi global, untuk memberdayakan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui olahraga serta menyediakan pasokan yang nyata untuk listrik yang dapat menguntungkan seluruh masyarakat.

Lapangan sepakbola modern ini juga memungkinkan masyarakat untuk mengasah kemampuan sepakbola mereka di atas lapangan sambil berperan menjadi bagian dari proses penghematan energi dunia.

Bermain sepakbola, sambil menghasilkan energi, sambil berhemat listrik, dan bisa dimainkan kapan saja. Ini adalah inovasi bonafid ketika sepakbola dan teknologi dikawinkan. Lagipula, hal ini bukan cuma bisa dilakukan di lapangan sepakbola, misalnya saja di mall atau pusat perbelanjaan ketika di sana lebih banyak orang menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan. Bisa jadi.

Baca juga, isu sepakbola dan komunitas:

Kebiasaan Bermain Sepakbola Sangat Baik untuk Anak

Sepakbola Sebagai Cara Imigran Beradaptasi di Australia

Agar Terus Hidup, Stadion Jangan Hanya untuk Olahraga

Ketika Karyawan Dropbox Bersitegang dengan Warga demi Bermain Bola

Sumber: Shell, Pavegen, Science Codex

Komentar