Analisis Pertandingan Indonesia U-23 vs Korea Selatan U-23

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Analisis Pertandingan Indonesia U-23 vs Korea Selatan U-23

Pada laga pamungkas Piala AFC U-23 2016, Indonesia menghadapi sang pemuncak klasemen, Korea Selatan. Meski kedua kesebelasan sama-sama meraih dua kemenangan pada laga sebelumnya, kedua kesebelasan masih belum bisa dipastikan lolos ke babak berikutnya.

Indonesia tampil tanpa gelandang andalan milik Persebaya ISL, Evan Dimas, karena cedera. Meskipun begitu, pelatih Indonesia, Aji Santoso, tetap memakai formasi 4-3-3 andalannya dengan memasang Paulo Sitanggang, Adam Alis, dan Zulfiandi di lini tengah.

Sejak awal pertandingan trio gelandang ini bekerja ekstra keras. Umpan-umpan pendek yang diperagakan para pemain Korea begitu mengalir di lini tengah. Beberapa kali para pemain Indonesia harus melanggar pemain Korsel untuk menghentikan serangan Korsel.

Korsel sendiri cukup menguasai jalannya pertandingan. Ini dikarenakan Indonesia dengan mudah kehilangan bola. Para pemain Korsel memang melakukan pressing pada pemain bertahan Indonesia yang menguasai bola sejak di lini pertahanan.

Akibatnya, trio gelandang Indonesia tak bisa leluasa membangun serangan atau memberikan suplai bola pada pemain depan. Karena mendapatkan tekanan ini, para pemain bertahan Indonesia pun seringkali membuang bola ke luar lapangan ataupun melakukan blunder memberikan operan pada pemain Korsel yang menekan.

Indonesia sendiri perlahan-perlahan mulai bisa keluar dari tekanan. Paulo dan Adam berkali-kali mampu melewati hadangan gelandang Korsel yang melakukan tekel agresif. Umpan-umpan terobosan pun mulai bisa dilancarkan ke kedua sayap.

Umpan terobosan ke sisi kiri seringkali berhasil membelah pertahanan Korsel yang memainkan garis pertahanan tinggi. Hanya saja Ilham Udin Armayn yang mengisi pos sayap kiri gagal mengeksploitasi area ini sehingga Indonesia minim peluang. Hingga wasit meniupkan peluit tanda turun minum, tak ada satupun percobaan tembakan yang dilakukan Indonesia.

Korsel pun mulai memanfaatkan postur tubuh mereka yang lebih tinggi. Umpan-umpan panjang mulai rajin dikirimkan baik dari lini belakang, maupun dari kedua sayap. Akan tetapi duet Hansamu Yama dan Manahati Lestusen masih cukup kokoh untuk membendung setiap serangan Korsel.

Satu peluang yang nyaris menjadi gol ke gawang Indonesia pun tercipta lewat duel udara. Kim Hyun menyambut sepak pojok dengan sundulan terukur. Beruntung masih ada pemain belakang Indonesia di mulut gawang sehingga Indonesia masih tak kebobolan pada babak pertama.

Pada babak kedua Korea Selatan tetap tak mengubah skema bertahan mereka. Garis pertahanan tinggi tetap diperagakan. Muchlis Hadi terus mendapatkan pengawalan ketat sejak tengah lapangan sehingga penyerang tengah Indonesia ini tak bisa leluasa menjadi tembok atau pemantul.

Awal babak kedua memang nyaris tak ada perubahan strategi dari kedua kesebelasan. Korea Selatan masih mengandalkan umpan-umpan panjang. Dan pada menit ke-52, skema ini berhasil menjadi gol karena kesalahpahaman kordinasi antara Natshir dan dua bek tengah Indonesia.

Pada saat duel udara, Natshir hendak keluar dari sarangnya untuk memotong bola di udara. Namun lompatannya tertahan oleh dua bek tengah Indonesia yang berusaha menyapu bola tersebut. Bola liar jatuh di kaki Jung Seung Hyun. Tendangannya berhasil merobek jala gawang Indonesia.

Kemasukan satu gol membuat Indonesia mulai berani keluar menyerang. Tiga gelandang Indonesia pun mulai lebih berani menguasai bola dan naik hingga sepertiga akhir pertahanan Korea Selatan. Ini dilakukan untuk menambah jumlah pemain di lini pertahanan Korea Selatan.

Selain itu, upaya yang dilakukan AJi Santoso untuk mengejar ketinggalan adalah memasukkan tiga pemain pengganti. Setelah memasukkan Andik Rendika, giliran Anthony Putra yang masuk menggantikan Muchlis Hadi. Pada menit ke-69, Evan Dimas dimasukkan menggantikan Adam Alis.

Namun lini tengah mulai kerepotan menghadapi permainan cepat operan-operan pendek lini serang Korea Selatan. Kehilangan fokus membuat para pemain Indonesia lebih memilih mengejar bola ketimbang menjaga area. Inilah yang mengakibatkan terciptanya tiga gol pada babak kedua.

Pada gol kedua, Paulo Sitanggang yang berhadapan dengan Lee Chang-Dong, teralihkan untuk mengejar guliran bola. Pemain Korea lain lantas mengembalikan bola tersebut pada Chang-Dong. Tak ada Paulo yang harusnya menjadi pengawal Chang Dong, Chang Dong pun dengan leluasa melepaskan tembakan terukur dari luar kotak penalti.

Skema yang sama pun terjadi pada gol kedua dan ketiga. Gol-gol ini tercipta karena lini tengah Indonesia terlambat turun membantu pertahanan setelah melakukan penyerangan. Korea berhasil memanfaatkannya dengan serangan balik cepat untuk memanfaatkan celah di depan kotak penalti.

Indonesia sendiri masih dengan skema yang sama meski sejumlah pemain baru masuk pada pertengahan babak kedua. Hanya saja umpan-umpan terobosan ke tengah mulai lahir setelah adanya Evan Dimas.

Para pemain sayap yang sering mendapatkan ruang kosong berkali-kali gagal menembus sisi sayap pertahanan Korea Selatan. Aji Santoso sendiri masih mengandalkan Ilham dan Nufiandani pada babak kedua. Padahal keduanya berkali-kali gagal melewati hadangan para pemain Korea Selatan.

Tak ada perubahan skema menyerang dari Aji Santoso.  Coach Aji tampaknya kehabisan akal. Padahal, Indonesia tak berhasil mencetak satu pun percobaan tembakan baik itu pada babak pertama maupun babak kedua. Hasil akhir 0-4 pun harus diterima Garuda Muda.

Lantas, apakah Indonesia lolos ke Piala AFC U-23? Belum bisa ditentukan. Masih menunggu hasil pertandingan di grup lain.

Komentar