Gagal di UCL, Jangan Salahkan Boxing Day!

Berita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Gagal di UCL, Jangan Salahkan Boxing Day!

Tengah pekan ini melengkapi kesedihan kesebelasan Inggris yang berlaga di Liga Champions. Setelah pendukung Chelsea harus murung karena ditumbangkan Paris Saint-Germain secara dramatis, kini giliran pendukung Arsenal dan Manchester City harus gigit jari.

Kegagalan kesebelasan Inggris lolos dari babak 16 besar Liga Champions musim ini akan memunculkan catatan buruk jika saja Everton yang akan menjalani laga tandang ke Dynamo Kiev dengan modal kemenangan 2-1, bernasib serupa di Europa League. Karena terakhir kali kesebelasan Inggris berguguran pada babak 16 besar kompetisi Eropa terjadi pada musim 1992-1993.

Berbagai alasan pun muncul ke permukaan atas hasil buruk yang diraih para perwakilan Inggris ini. Namun yang paling disorot dan disebut-sebut sebagai alasan utama hasil negatif ini adalah kesebelasan Inggris yang mulai kelelahan karena boxing day.

Ya, banyak pihak yang menyebutkan jika kesebelasan Inggris kelelahan karena tak mendapatkan jatah libur seperti liga top Eropa lainnya. Saat kesebelasan La Liga, Bundesliga, Serie A dan Ligue 1 libur pada Natal dan Tahun Baru, Liga Primer terus menyajikan pertandingan, tanpa libur.

Sam Allardyce ikut berpendapat atas polemik ini. Dan menurutnya, boxing day memang telah ‘melemahkan’ para pemain kesebelasan Liga Inggris di Liga Champions. Hal tersebut ia ungkapkan pasca Chelsea ditumbangkan PSG pekan lalu.

“Menjalani pertandingan lebih banyak pada Natal dan Tahun Baru membuat kesebelasan yang berlaga di kompetisi Eropa mendapatkan kerugian,” ujar manajer West Ham tersebut di The Guardian.

Apa yang dikatakan The Big Sam memang benar adanya. Ketika PSG tak bertanding pada 21 Desember hingga 4 Januari, Chelsea menjalani sejumlah laga. Kesebelasan berjuluk The Blues tersebut bertandang ke markas Stoke City, Southampton, dan Tottenham Hotspur, serta menjalani dua laga kandang melawan West Ham dan Watford.

Michele Platini, legenda Prancis yang kini menjabat sebagai presiden UEFA, pernah menyindir Inggris yang menjalani boxing day. Saat Inggris tampil buruk pada Piala Dunia 2010, Platini menyebut bahwa Inggris seperti singa di musim gugur, tapi seperti anak domba saat memasuki musim semi.

Di tempat lain, Luis Suarez pun pernah mengomentari ketatnya jadwal Liga Inggris pada otobiografinya. Ia mengatakan,”Jika membandingkan intensitas Bundesliga, La Liga, dan Liga Inggris, anda bisa melihat jika Liga Inggris lebih keras.”

Kemudian muncul data yang dikeluarkan oleh EA Sports Player Performance Index (PPI), pengolah data resmi performa para pemain Liga Inggris. Dari data yang mereka kumpulkan, disebutkan bahwa torehan jumlah sprint para pemain liga Inggris menurun setelah melewati Natal.

Pada musim lalu, torehan jarak lari rata-rata para pemain kesebelasan Inggris yang berlaga di Liga Champions mencapai 108,5 km per pertandingan sebelum Natal, dengan rata-rata jumlah sprint per pertandingan 508 kali. Setelah Natal, jarak lari meningkat menjadi 110 km, namun jumlah sprint menurun menjadi 493 kali per pertandingan.

Lantas, apakah dari fakta di atas bahwa kesebelasan Inggris yang kelelahan memang menjadi faktor hasil negatif  di kompetisi Eropa? Tunggu dulu.

Meski kesebelasan Inggris menjalani Boxing Day, nyatanya jumlah pertandingan lawan mereka tak lebih sedikit dari jumlah pertandingan yang kesebelasan Inggris jalani. PSG sejauh ini sudah menjalani 45 pertandingan, sedikit lebih banyak dari Chelsea yang telah bertanding sebanyak 44 pertandingan. Barcelona 42 pertandingan, sementara Man City 41 pertandingan. Hanya Arsenal yang unggul jumlah pertandingan dari Monaco, 45 berbanding 44 pertandingan. Hanya kesebelasan Bundesliga yang bermain lebih sedikit, misalnya Bayern Munich yang baru bertanding sebanyak 37 pertandingan.

Sementara mengenai data yang dikeluarkan EA Sports PPI, Omar Chaduri yang merupakan pengamat sepakbola Liga Inggris berpendapat bahwa penurunan atau kelelahan yang dimaksudkan EA Sports PPI memiliki banyak faktor, tak hanya karena Boxing Day. Misalnya saja skor pertandingan, posisi pemain, penguasaan bola, lawan yang menggunakan taktik ‘parkir bus’, adalah hal-hal lain yang bisa mengakibatkan perubahan jumlah jarak dan total sprint yang dihasilkan seorang pemain.

Kesebelasan Inggris sejatinya memang tak boleh mengalahkan Boxing Day dan mengemis libur Natal dan Tahun Baru terkait penurunan prestasi mereka. Tengok saja apa yang dilakukan Liverpool pada 2005, Manchester United pada 2008 dan Chelsea pada 2012 dalam 10 tahun belakangan,berhasil menjadi juara Liga Champions meski harus menjalani Boxing Day.

Faktor kegagalan kesebelasan Inggris di Liga Champions pada musim ini lebih dikarenakan lawan yang mereka hadapi. Berbeda dengan musim lalu. Di mana Manchester United hanya menghadapi wakil asal Yunani, Olympiakos, sementara Chelsea menumbangkan wakil Turki, Galatasaray. City dan Arsenal ditumbangkan oleh Barca dan Bayern Munich.

Baca juga artikel Liga Champions lainnya:

Menciptakan Ruang Kosong dengan Memanfaatkan Kehebatan Messi

Liga Primer Bisa Saja Kehilangan Tempat di Liga Champions

Arsenal dan Kutukan Babak 16 Besar Liga Champions


Pada musim ini, Chelsea menghadapi kesebelasan yang lebih kaya, PSG. Sementara City kembali bertemu dengan Barca, yang jauh lebih berpengalaman di kompetisi Eropa. Arsenal masih terbelenggu kutukan gagal lolos babak 16 besar dalam empat musim terakhir.

Maka dapat disimpulkan, jika hasil negatif kesebelasan Inggris ini terjadi lebih karena faktor lawan yang lebih kuat dan kesalahan penerapan taktik, bukan karena kelelahan karena tak mendapatkan libur pada Natal dan Tahun Baru.

foto: irishmirror.ie

Komentar