Naskah Pilihan Pekan Ini: Lord Atep, Cedera dan Tulehu

Naskah Pekan Ini

by redaksi

Naskah Pilihan Pekan Ini: Lord Atep, Cedera dan Tulehu

Ini menjadi pekan keempat bagi rubrik “Naskah Pilihan Pekan Ini“.

Untuk mengkurasi naskah-naskah sepakbola yang tayang sepanjang periode 6 Maret hingga 12 Maret 2015 ini, kami meminta kesediaan Bung Miftakhul Fahamsyah. Di tengah kesibukannya sebagai wartawan Jawa Pos, Fim (begitu ia biasa disapa) bersedia memeriksa, memilah dan akhirnya memilih naskah-naskah sepakbola yang layak untuk disebut sebagai "naskah pilihan pekan ini".

Bung Fim sudah lama bergelut dengan sepakbola. Ia seorang pemain sepakbola yang kemudian gantung sepatu dan memilih memasuki bangku kuliah. Studi yang ia ambil pun tak jauh-jauh amat dengan sepakbola. Ia studi di jurusan Pendidikan Kepalatihan Olahraga, di salah satu kampus negeri di Yogyakarta, tentu saja ia mengambil spesifikasi kepelatihan sepakbola. Setelah lulus dari studinya, alih-alih menjadi pelatih, ia malah bekerja sebagai wartawan.

Sebagai orang yang pernah bermain bola, bahkan menggeluti studi di bidang yang sama, ia menjadi wartawan sepakbola yang berbeda. Laporan-laporan yang ia tuliskan banyak menggali aspek-aspek humanis dan berkisah dari sepakbola. Melalui perkenalannya dengan para pemain, wasit hingga pengurus sepakbola, ia sering menghasilkan feature-feature jurnalistik sepakbola yang kuat dengan nuansa, gesture, mimik, dan drama.

Sangat biasa Bung Fim memasukkan percakapan-percakapannya, yang kadang tak ada kaitannya secara langsung dengan sepakbola, ke dalam naskah-naskah jurnalistik yang dibuatnya. Laporan-laporan sepakbola yang dia buat menghadirkan sepakbola sebagai metafora kehidupan, di mana mimpi, harapan, cita-cita, ambisi dan ketakutan atau kecemasan timbul tenggelam.

Dalam waktu dekat, laporan-laporan jurnalistiknya itu akan diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul "Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut". Salah satu cerita dari buku yang akan terbit tersebut bisa anda baca DI SINI. Anda bisa menghbungi Bung Fim melalui akun twitternya: https://twitter.com/fim_mifta" target="_blank">@fim_mifta.

Berikut naskah-naskah sepakbola yang menurut Bung Fim layak disebut sebagai "Naskah Pilihan Pekan Ini".

Untuk membaca naskah-naskah pilihan pada pekan-pekan sebelumnya yang dipilih oleh kurator-kurator tamu lain, anda bisa membacanya di rubrik “Naskah-naskah Pilihan Pekan Ini”.

Soccer Shoes karya Michael Knight

Terus terang ketika teman-teman PanditFootball mengontak saya untuk menilai tulisan sepakbola yang muncul pekan ini, saya merasa berat. Sebab, saya tidak terbiasa menilai tulisan orang lain. Lha, wong saya ini masih belajar menulis. Kalau disuruh memilih, saya akan memilih untuk membaca saja. Tanpa harus menilai.

Tapi, karena teman-teman memaksa, saya pun terpaksa memilih. Dan yang membuat saya merasa berat kembali ternyata pilihan-pilihan tulisan sepakbola yang muncul pekan ini tidak banyak. Itupun menurut saya yang masih belajar menulis ini, tulisan yang ada tak semuanya ”nyaman” dibaca.

Namun, saya tetap memutuskan memilih. Terus terang dari tulisan sepakbola yang muncul pekan ini, saya tertarik dengan tulisan Dani Suryadi yang berjudul Mengakali Calon Mertua melalui SepakBola. Tulisannya enak dibaca dan menggelitik. Namun sayang tulisannya tidak konsisten. Jadi, saya memutuskan tidak memilihnya.

Akhirnya dari pilihan yang ada, inilah tiga naskah pilihan saya:

Pledoi untuk Lord Atep karya Ali Buschen

Saya memilih tulisan Pledoi untuk Lord Atep. Tulisan Ali Buschen tentang kapten Persib Bandung, Atep, ini saya pilih karena argumentasi yang sederhana: tulisannya mengalir lancar.

 Berikut petikan naskahnya:

Maka, yang menjadi dasar pemberian gelar kebangsawanan Atep dan Bendtner adalah dua hal yang berbeda. Atep tidak pernah banyak omong. Tidak pernah ngartis. Semua komentarnya di media seringkali ungkapan diplomatis.

Jika gelar Lord diberikan sebagai sebuah satir karena ketidaksukaan, sebuah cemoohan, maka hanya ada satu hal yang pantas dicemooh dari seorang Atep. Gaya keronaldo-ronaldoannya yang sering merugikan permainan Persib. Dilihat dari segi kesenioran, loyalitas, dan sima  Atep adalah seorang yang memang pantas menjabat sebagai kapten Persib.

Kata Adjat Sudrajat, dan ini sering dikutip para bobotoh: “Persib besar oleh cacian, pujian adalah racun.”

Selengkapnya: https://panditfootball.com/pandit-sharing/pledoi-untuk-lord-atep/


Satu Rumah Satu Bola, Tugu Peluru Jadi Tugu Bola karya Sidik Tualeka

Pilihan kedua adalah tulisan Sidik Tualeka yang membahas tentang Tulehu. Memang sudah banyak tulisan yang mengupas tentang Tulehu. Salah satu dan yang paling menarik tentu novel Zen RS, Jalan Lain ke Tulehu. Tulisan Tualeka memang jauh jika dibanding novel itu, tapi tulisan berjudul Satu Rumah Satu Bola, Tugu Peluru Jadi Tugu Bola tersebut bisa menyegarkan kembali ingatan kita tentang Tulehu. Apalagi, kini Tulehu diresmikan menjadi kampung sepak bola.

Berikut petikan naskahnya:

Memang, sudah banyak pemain nasional yang lahir dari Tulehu. Muhtadi Lestaluhu adalah generasi pertama yang lolos timnas pada era 1980-an. Lalu, ada Khairil Anwar Ohorela, Imran Nahumaruri, dan Rachel Tuasalamony yang top pada 1990-an sampai awal 2000-an.

Saat ini, masih ada 17 pemain asal Tulehu yang memperkuat semua level timnas. Sebut saja Yusnan Ramadau di timnas U-14. Kemudian, Alwi Slamat, Latif Tuharea, Rizal Lestaluhu, dan Rifad Marasabesy yang membela timnas U-16. Di timnas U-19 juga tidak kalah banyak. Ada Ricky Ohorela, Raan Lestaluhu, Irfandi Alzubeid, dan Al Qomar Tehupelusury. Mereka melengkapi nama-nama pemain asal Tulehu di skuad timnas U-23 yang dihuni Hendra Adi Bayauw dan Abduh Lestaluhu.

Di timnas senior, ada Alfin Tuasalamony, Hasyim Kipuw, dan Ramdani Lestaluhu. ’’Sepak bola di sini memang sudah menjadi hobi setiap warga dan semua bermain bola sejak lahir,’’ ujar Muhtadi Lestaluhu, 60.

Menurut pemain timnas era 80-an itu, sepak bola telah menjadi identitas warga Tulehu. Sampai-sampai, saat upacara aqiqohan anak-anak laki-laki di Tulehu, warga harus melengkapi dengan rumput yang diambil dari Lapangan Matawaru, lapangan sepak bola legendaris di kampung itu.

Selengkapnya: https://www.jawapos.com/baca/artikel/14145/Satu-Rumah-Satu-Bola-Tugu-Peluru-Jadi-Tugu-Bola


Membandingkan Cara Persib dan Barcelona Menangani Cedera Hamstring karya Sigit Pramudya

Terakhir saya memilih tulisan Sigit Pramudya. Fisioterapis Persib Bandung itu memberi kita pengetahuan lebih tentang cara penanganan ceder, terutama cedera hamstring. Sigit membandingkan bagaimana Barcelona menangani cedera hamstring melalui buku yang diterbitkan oleh tim medis Kesebelasan asal Catalan itu dengan realitas "seadanya" yang dilakukan Persib. Yang membuat saya tertarik karena ini ditulis oleh seseorang yang memang bergelut di bidangnya.

Berikut petikan naskahnya:

Di liga-liga top Eropa, kendati segi fasilitas olahraga dan keilmuan jauh lebih maju dibanding indonesia, angka cedera hamstring tetap saja tinggi. Lalu bagaimana angka cedera hamstring di Indonesia? Angkanya tidak terdeteksi dengan baik, kalaupun terdekteksi itu hanya fenomena gunung es.

Baru-baru ini saya membaca buku yang diterbitkan oleh tim medis Barcelona dengan judul Clinical Practice Guide for Muscle Injuries. Setelah membaca itu, saya tertarik untuk mengaitkan cara penanganan cedera hamstring menurut Barcelona dengan cara yang dilakukan oleh Persib – betapapun jauhnya perbedaan dari segi fasilitas dan keilmuan.

Tentunya agak konyol membandingkan Persib dengan Barcelona. Tapi inilah upaya saya untuk membantu sepakbola Indonesia, sesuai bidang keilmuan dan profesi saya sebagai fisioterapi di Persib Bandung.  Syukur-syukur jika ini bisa menjadi bahan tambahan yang bisa menambah wawasan terkait upaya memahami cedera hamstring di kesebelasan-kesebelasan Indonesia.

Selengkapnya: https://panditfootball.com/pandit-sharing/membandingkan-cara-barcelona-dan-persib-menangani-cedera-hamstring/


===============================

Mengapa kami membuat rubrik “Naskah Pilihan Pekan Ini“?

oleh Zen RS, managing editor Pandit Football Indonesia

Pandit Football Indonesia akan secara rutin mengeluarkan daftar tulisan sepakbola pilihan dalam sepekan. Tulisan-tulisan sepakbola yang dipilih (1) ditulis dalam bahasa Indonesia, (2) berbentuk non-berita (kecuali feature), (3) dan ditulis oleh siapa saja kecuali oleh staf Pandit Football. Siapa pun, kecuali staf penulis Pandit Football Indonesia, berhak dikurasi karya tulisnya mengenai sepakbola untuk masuk ke dalam naskah pilihan pekan ini.

Semua jenis tulisan sepakbola, kecuali berita, dimungkinkan untuk dikurasi. Dari mulai tulisan taktik, finansial, sejarah, musik, film, jersey, sepatu bola, hingga cerita pendek atau puisi. Selama masih bisa dianggap sebagai atau berkaitan dengan sepakbola, baik berkaitan langsung atau tidak langsung. Tulisan bisa diunggah di portal berita, forum-forum (seperti kaskus dan yang lain), blog pribadi, blog komunitas, kompasiana bahkan notes di facebook dan di mana pun. Maaf, kami tidak bisa memasukkan kultwit, baik yang sudah di-chirpstory maupun yang belum. :)

Kami akan berusaha mengundang para penulis tamu sebagai kurator yang akan menyeleksi naskah-naskah yang layak dianggap sebagai naskah pilihan dalam sepekan. Hanya dalam kondisi mendesak saja salah satu dari penulis Pandit Football Indonesia yang akan menjadi kurator naskah.

Untuk mengakomodasi keragaman jenis tulisan, bukan tidak mungkin kurator yang dipilih bukan seorang penulis sepakbola. Bisa saja merupakan seorang cerpenis, penyair, penulis musik bahkan seorang penulis kuliner sekali pun. Sebab kami percaya, sepakbola memang bisa dinikmati oleh siapa saja.

Melalui rubrik “Naskah Pekan Ini”, kami hendak memberikan apresiasi yang besar kepada orang-orang yang (konsisten atau pun tidak) sudi mengerahkan kemampuannya untuk menuliskan sepakbola. Kami percaya, genre penulisan sepakbola sudah berkembang sedemikian pesat, tidak kalah massifnya dengan para penulis perjalanan, kuliner, otomotif, politik, sastra, film atau musik. Dan penting kiranya untuk bisa memotret pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan terbaru dari genre penulisan sepakbola ini.

Melalui rubrik ini pula, sesungguhnya, kami sedang mengakui keterbatasan kami sendiri. Tidak semua hal bisa, sempat atau sanggup kami tuliskan. Kami percaya, banyak penulis di luaran sana yang bisa menghasilkan tulisan-tulisan dengan mutu yang baik dan terus membaik.

Kami berharap anda sudi membantu proyek kecil-kecilan ini. Caranya mudah: tiap kali anda menulis sebuah artikel sepakbola atau baru saja membaca sebuah artikel sepakbola yang dirasa memuaskan mutunya, silakan mention kami melalui akun @panditfootball atau mengirimkan tautannya melalui email panditfootball@gmail.com. Ini penting agar tidak ada naskah bermutu yang terlewatkan untuk dikurasi oleh kurator yang bertugas.

Kami juga sangat terbuka dengan masukan-masukan. Jika anda punya usul terkait proyek komunal ini, silakan ditaruh di kolom komentar. Anda juga bisa menggugat pilihan kurator, juga dengan berargumentasi di kolom komentar.

Keterangan lukisan

Judul: World Cup Soccer

Artist: Joseph Emillio Abraham

Media: canvas, cat minyak

Ukuran: 91,44 cm x 60,96 cm

Komentar