Pentingnya Yellow Wall dan Romantisme Signal Iduna Park Bagi Dortmund

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pentingnya Yellow Wall dan Romantisme Signal Iduna Park Bagi Dortmund

Tembok Kuning (Yellow Wall) akan terus menangis sampai Borussia Dortmund mengembalikan nama besar mereka. Meski Dortmund sempat berjaya dengan dua kali juara Bundesliga dan satu kali berhasil sampai di Final Liga Champions dalam lima tahun terkahir, tetap saja keterpurukan Dortmund musim ini akan membuat tembok kuning menangis.

Tembok kuning adalah julukan bagi tribun selatan Signal Iduna Park. Pada tribun inilah biasanya suporter Dortmund melakukan koregrafi-koreografi cantik saat pertandingan.

Pada musim 2014/2015 ini, anak asuh Jurgen Klopp memang lebih banyak berjuang di sekitar zona degradasi. Puncaknya tentu saja ketika pekan ke-19, para suporter Dortmund marah besar karena dikalahkan Augsburg 1-0 di kandang sendiri, Kamis (05/02/15).

Terjadi momen emosional antara pemain dan suporter di tribun selatan Signal Iduna Park. Mats Hummels dan Roman Weidenfeller mewakili pemain-pemain Dortmund mendatangi tribun untuk meminta maaf dan mendengar luapan hati para suporter.

Cerita terkait momen emosional Dormtmund dengan suporternya

Ketika Dortmund Minta Maaf pada Suporter yang Marah


Setelah kejadian tersebut, Dortmund langsung bangkit. Di pekan ke-20, Die Borrussen, julukan Dortmund, langsung berhasil mengalahkan Freiburg 3-0. Pada laga-laga berikutnya pun Weidenfeller dkk tidak terkalahkan lagi dalam pertandingan Bundesliga. Kini bahkan Dortmund sudah berhasil menjauh dari zona degradasi dan merangkak naik ke peringkat 10 Bundesliga.

Maka dapat dikatakan bahwa Dortmund memiliki kekuatan besar tersembunyi, yang muncul pasca moment emosional bersama para suporternya. Hubungan kesebelasan dari Nodrdrhein-Westfalen Kota Dortmund ini dengan suporternya memang dikenal memiliki sisi romantisme tersendiri. Terlebih dengan suporter yang berada di tribun selatan Signal Iduna Park, Tembok Kuning.

Tribun selatan merupakan jantung dari Signal Iduna Park. Setelah mengalami beberapa fase renovasi bertahun-tahun, tribun ini akhirnya rampung pada tahun 1999 dengan kapasitas yang mampu menampung hingga 25.000 suporter berdiri.

"Setiap sensasi diintensifkan menjadi seribu kali lipat. Menjadi kesatuan, meliputi tim itu sendiri," ujar salah satu penghuni Tembok Kuning seperti yang dikutip Bundesliga.com.

Tembok Kuning sebagai aktor utama koreografi yang istimewa di setiap pertandingannya. Potongan-potongan kertas yang dijadikan Mosaik pesan atau simbol untuk disampaikan kepada Die Borrussen. Tidak kalah ramai dengan banyaknya bendera besar yang terus dikibarkan para suporter.

Mereka membuat kepadatan di tribun tersebut menjadi dua warna yang bergerak-gerak bewarna kuning-hitam. Maka dari itu para penghuni tribun selatan itu disebut Tembok Kuning.

Cerita lebih dalam tentang latar belakang suporter dortmund

Ruhr Derby : Kebencian Si Miskin Schalke pada Si Kaya Dortmund


Di tribun berdiri paling besar di Eropa itulah Tembok Kuning tidak pernah berhenti memberi dukungan. Menjadi cambuk bagi Dortmund adalah kewajibannya sebagai pemain ke-12.

Rupanya Marco Reus pernah menjadi bagian dari pendukung di tribun selatan. Memang pemain andalan Dortmund tersebut merupakan pendukung Die Borrussen sejak kecil, mengingat Dortmund adalah kota kelahirannya. "Sungguh mengaggumkan. Hanya pemanasan saja aku merinding, apalagi setelah mencetak gol," ungkapnya.

Stadion Signal Iduna Park memang menjadi daya tarik sendiri bagi suporter lain atau pelancong sepakbola. Para penonton dipernyaman dengan harga tiket dan bir yang murah. Mereka sungguh menikmati merokok dan minum bir sembari menunggu tribun penuh terisi.

Ketika pertandingan dimulai maka waktunya bagi penonton selain tribun selatan menyaksikan momen besar. Memulai mendekati tribun selatan dan mengambil beberapa gambar.

Maka dari itu Dortmund memiliki rata-rata kehadiran penonton tertinggi kedua setelah Barcelona. Padahal Signal Iduna Park tidak menampilkan aksi pemain-pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, atau Zlatan Ibrahimovic.

Para suporter datang untuk menyaksikan Nuri Sahin, Shinji Kagawa mungkin tidak dikenal sebelumnya. Meski kualitas permainan mereka tidak bisa dianggap remeh, namun dari segi popularitas, tidak banyak pemain Dortmund yang memiliki banyak fans di dunia.

Ketika Arsenal menyambangi Signal Iduna Park dalam ajang Liga Champion, betapa sangat tertariknya suporter Arsenal di Kota Dortmund. Hans-Joachim Watzke, kepala eksekutif Borussia Dortmund, menceritakan pengalamannya ketika itu. Dari sekitar 80.000 penonton yang datang ke Stadion, 10 persen diantaranya atau sekitar 3.300 orang adalah suporter Arsenal. Tidak disangka, banyak suporter Arsenal yang meminta foto dengannya.

Para suporter Arsenal mengaku tertarik kepada suasana unik dan romantis di Dortmund. Harga tiket dan bir yang murah berbanding jauh dengan di London. "Itu sangat mengejutkan bagi saya. Tapi mereka semua bilang itu karena suasana dan harga yang indah," tutur Watzke seperti yang dikutip Telegraph.

Harga tribun berdiri Signal Iduna Park senilai 16 euro. Jauh lebih murah daripada Stadion Emirates, kandang Arsenal, yang memiliki harga termurah 31 poundsterling atau sekitar 44 euro, hampir tiga kali lipat.



Komentar