Naskah Pilihan Pekan Ini: Perihal Fans, Profesionalisme ISL dan Twitwar Liga Champions

Naskah Pekan Ini

by redaksi

Naskah Pilihan Pekan Ini: Perihal Fans, Profesionalisme ISL dan Twitwar Liga Champions

Ini menjadi pekan keempat bagi rubrik "Naskah Pilihan Pekan Ini".

Untuk mengkurasi naskah-naskah sepakbola yang terbit antara 26 Februari hingga 4 Maret 2015, kami mengundang Bung Wolga Setyanto untuk menjadi kurator tamu. Ia bersedia memenuhi permintaan kami dan berkat budi baik dialah rubrik ini bisa berlanjut untuk kali keempat.

Bung Wolga cukup produktif menulis dan berbicara (di media sosial) terutama mengenai isu-isu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari industri sepakbola: dari mulai isu finansial, profesionalisme sebuah kesebelasan, aspek ekonomi dalam sepakbola, hingga bagaimana kesebelasan-kesebelasan sepakbola kontemporer menggunakan berbagai perangkat teknologi untuk mengembangkan dan mengelola berbagai informasi, termasuk media sosial.

Untuk membaca naskah-naskah pilihan pada pekan-pekan sebelumnya yang dipilih oleh kurator-kurator tamu lain, anda bisa membacanya di rubrik "Naskah-naskah Pilihan Pekan Ini".

Kecenderungan tersebut terkait erat dengan kesehariannya. Sehari-hari, Bung Wolga memang bekerja sebagai seorang manajer komunikasi digital. Dunia marketing dan komunikasi digital sudah lama ia tekuni, sehingga tidak mengherankan jika ia pun sangat bergairah menulis dan berbicara mengenai dunia periklanan, digital dan media sosial.

Latar belakang itulah yang, agaknya, membuat pilihan-pilihan naskah pengelola web-blog www.gilasepakbola.com ini umumnya mengambil tema yang dekat dengan dunia yang digelutinya. Anda bisa menghubungi Bung Wolga melalui akun twitter: https://twitter.com/sivolga" target="_blank">@sivolga.

Berikut "Naskah Pilihan Pekan Ini" yang diperiksa dan dipilih oleh Bung Wolga.

====================================

Sebagai seorang penikmat sepakbola, sering kali saya bertanya pada diri sendiri: "Apa sih yang membuat saya jatuh cinta pada sepak bola?"

Tiap kali pertanyaan itu terlintas di kepala, jawabannya tak pernah sama. Awalnya, jawaban yang muncul adalah karena saya seorang lelaki. Lalu, jawaban yang muncul adalah karena sepakbola olah raga pertama yang saya mainkan saat saya masih bocah.

Seiring waktu, jawaban atas pertanyaan saya makin bertambah dan beragam sesuai dengan apa yang saya alami. Dan melalui #NaskahPilihanPekanIni, saya coba mengajak teman-teman pembaca untuk bersama-sama memahami sepak bola dengan melihat beberapa hal:


Seperti apa, sih, fans sepakbola itu?


Untuk menjawab pertanyaan tersebut itulah saya menyodorkan dua naskah sebagai alternatif bahan bacaan. Dua naskah itu, saya anggap, cukup baik untuk bisa memahami bagaimana dan seperti apa alam pikiran para fans sepakbola.


Pertama, tulisan Sammy, beredar di twitter dengan akun https://twitter.com/NOTASLIMBOY" target="_blank">@notaslimboy, yang berjudul "Ada Apa dengan Kita". Melalui naskah itu, yang ditulis oleh seorang komik berdasarkan pengalamannya sendiri di masa kecil dan masa kini, saya mendapatkan deskripsi perilaku para fans, baik di kehidupan nyata maupun maya (di media online dan media sosial).

Petikan tulisan "Ada Apa dengan Kita" karya Sammy

Saya suka PSMS, walau saya lahir dan besar di Bandung. Sebuah kebetulan atau apa, tapi pertengahan 80an di kompetisi perserikatan, tim yang hebat saat itu PERSIB dan PSMS. Dua musim berturut-turut, finalnya selalu menampilkan dua tim itu, dan PSMS selalu menang. Yang satu – PERSIB – tempat saya lahir dan tinggal, satu lagi – PSMS – darah saya. Sejak kecil saya dihadapkan dengan dilema. Ini serius, saya sempat dimusuhi teman-teman komplek. Saya dan beberapa teman anak-anak Batak tidak tinggal diam. Saat itu banyak orang Bandung – pendukung PERSIB – menempel poster-poster yang mereka buat swadaya, intinya mari berdoa untuk kemenangan PERSIB. Kalau lagi sepi, kami anak-anak Batak, saya ingat ada tiga orang di komplek itu, sering melakukan kegiatan vandalisme, dengan merobek poster-poster itu, hahaha. Tapi habis final, beberapa minggu, anak-anak Batak kembali bergabung dengan anak-anak komplek yang lain, akrab lagi. Lucu juga kalau diingat-ingat.

Sekarang sudah era social media, pertengkaran suporter ini beralih ke social media, saling lecehkan dll. Tak apa, itu hak, jauh lebih bermartabat dibanding pukul-pukulan di Istora gara-gara twitwar berkepanjangan. Itu juga hak. Tapi ada yang cedera, sayang sekali. Kabarnya pertengkarannya soal mobil Proton. Ah mobil itu lagi. Dan MoU tetap ditandatangani walau kita sudah sampai pukul-pukulan.

Sumber tulisan: https://notaslimboy.com/2015/02/25/ada-apa-dengan-kita/


Kedua, tulisan pemilik akun Kompasiana bernama Daniel Aguira yang menulis artikel berjudul "Sakho Ex Machina dan Pembelaan Abraham Lincoln".

Tulisan pertama Daniel di Kompasiana, dan hingga hari ini baru satu-satunya, itu memperlihatkan bagaimana dia mencoba meyakinkan fans Liverpool lainnya bahwa menjadi pendukung dan mencintai sebuah kesebelasan adalah bukan sekadar mendukung dan membela kesebelasannya, tapi juga mendukung pemainnya. Termasuk seorang pemain yang dianggap kurang bagus. Ia mencontohkan Sakho. Bagi saya, Daniel Aguira adalah contoh seorang fans yang luar biasa. Bahkan saya, yang pendukung Chelsea, sampai saat ini belum bisa melihat kontribusi positif Torres saat masih ada di Stamford Bridge. Mohon rekan-rekan pendukung Chelsea lainnya, bantu saya dalam hal ini :)

Petikan tulisan "Sakho Ex Machina dan Pembelaan Abraham Lincoln" karya Daniel Aguira

Tetapi bagaimana dengan gaya berlarinya (Sakho) yang kikuk dan tidak elegan?

Bah, mengapa harus memikirkan hal itu? Tentu saja, pemain sepakbola, layaknya para petarung UFC, memiliki stance bermain yang berbeda-beda. Tak penting bagaimana mereka bermain, yang penting adalah bagaimana pekerjaan dilakukan dengan baik. Memberi kontribusi bagi jalannya permainan.

Seorang jenderal perang Union dalam perang Sipil di Amerika Serikat, Ulysses Grant, sempat mendapat pertanyaan atas kemampuannya memimpin dikarenakan fakta bahwa dia adalah seorang alkoholik berat. Pada zaman itu, seorang alkoholik mendapat stigma sangat buruk di masyarakat. Mereka dianggap pendosa, bermental busuk.

Lalu bagaimana seorang pemabuk dapat memimpin sebuah pasukan tentara dalam perang? Abraham Lincoln yang menjadi pemimpin Union pada saat itu mengenyahkan tuntutan Kongres pada Grant dengan perkataan enteng. “I cannot spare this man. He fights!” Hasilnya, Grant memenangkan Union dan pada akhirnya menjadi presiden Amerika Serikat dalam jumlah periode kepemimpinan yang sama dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Jadi, saya tidak peduli orang bicara bahwa Sakho gampang terpeleset, Sakho kikuk, Sakho canggung, Sakho bikin fans jantungan, seperti Lincoln tidak peduli orang bilang Grant pemabuk berat, Grant pendosa.

Sumber tulisan: https://olahraga.kompasiana.com/bola/2015/03/01/sakho-ex-machina-dan-pembelaan-abraham-lincoln-727080.html


2. Apa sih sebetulnya yang dimaksud dengan kesebelasan profesional?

Ini isu yang sedang hangat dibicarakan dalam konteks sepakbola Indonesia. Untuk itulah saya memilih tulisan https://twitter.com/hedi" target="_blank">Hedi sebagai bacaan yang saya pilih sebagai salah satu #NaskahPilihanPekanIni.

Naskah berjudul "Banyak Sponsor di Jersey Belum Tentu Profesional" karya penulis seoakbola yang juga bekerja sebagai kurator berita ini bisa menjelaskan bahwa profesionalisme sebuah kesebelasan bukan hanya sebatas memiliki sponsor di jersey atau memiliki status PT. Tapi juga pada hal mendasar seperti tertib administrasi dan sikap serta bagaimana mengurus hal sepele seperti mendaftarkan pemain di ajang internasional.

Petikan tulisan "Banyak Sponsor di Jersey Belum Tentu Profesional" karya Hedi

Memang repot jika profesional hanya sebatas jargon. Kesalahan tata kelola Parma yang menunggak gaji juga dilakukan klub-klub Indonesia. Masih berutang, tapi bisa belanja (dalam jumlah besar). Dalam sebuah kegiatan usaha, utang memang bukan barang haram. Tapi lain stratanya bila utang gaji. Dalam ranah profesional, bayaran (gaji) adalah syarat utama. Terminologi “profesional” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengharuskan keahlian profesi dan bayaran bagi pelakunya (untuk membedakannya dengan amatir).

Ketika pemain belakang Munhar menyebar masalah piutang gajinya dari bekas klub, Arema, maka itu haknya. Mengaitkannya dengan performa buruk yang hanya sekali main di musim lalu seperti diutarakan CEO Arema Iwan Budianto, melalui Merdeka.com (19/2), justru kontraproduktif. Utang gaji satu hal, sementara urusan performa soal lain lagi. Beda urusannya bila klausul itu memang tercantum dalam kontrak antara klub dan pemain.

Profesional juga tidak hanya dilihat dari berapa banyak brand di jersey skuat layaknya kostum pembalap sepeda profesional. Persib Bandung yang punya NPWP dan sudah menyiapkan laporan pajaknya, misalnya. Sulit mengatakan bahwa sang juara ISL 2014 ini profesional bila mereka masih bisa keliru memasang foto ID Card pemainnya sehingga yang bersangkutan dilarang tampil di partai playoff Liga Champions Asia lalu. Malangnya, sang pemain adalah andalan strategi yang sudah dilatih dan dirancang.

Sumber tulisan: https://www.fourfourtwo.com/id/features/banyak-sponsor-di-jersey-belum-tentu-profesional#iq2kbuUYytvTl8uP.01


3. Di era medsos sekarang, seperti apa peran akun twitter sebuah kesebelasan?

Ini pertanyaan penting dan menarik. Hampir semua kesebelasan mempunyai akun twitter. Melalui tulisan berjudul "Perang Sahutan Twitter Warnai Persaingan Liga Champions", https://twitter.com/agungharsya" target="_blank">Agung Harsya -- editor di situs Goal Indonesia -- menceritakan beberapa hal yang jelang laga Liga Champions Eropa minggu lalu. Akun twitter PSG, Chelsea, Monaco dan Arsenal menjadi contohnya.

Dan kesimpulan saya akun twitter kesebelasan bisa dipakai sebagai ajang komunikasi sekaligus menghibur para pendukung kesebelasan. Mungkin ini bisa menjadi contoh buat pengelola akun twitter kesebelasan di Indonesia.

Petikan naskah "Perang Sahutan Twitter Warnai Persaingan Liga Champions" karya Agung Harsya

Mungkin penggemar sepakbola perlu memberikan rasa terima kasih kepada Paris Saint-Germain danChelsea yang telah memberikan manfaat baru bagi sebuah klub untuk memiliki akun resmi di media sosial seperti Twitter. Melalui media sosial, sebuah klub tidak hanya dapat menjalin komunikasi dengan para penggemar, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk saling menyahut dengan akun klub lain menjelang pertemuan antartim di atas lapangan.

Di Liga Champions musim lalu, selain bersaing di atas lapangan, PSG dan Chelsea juga "berperang" dengan saling menyindir di Twitter dan Facebook. Aktivitas mereka berhasil menyita perhatian luas para penggemar sepakobla dan mengundang ragam reaksi. Kini PSG mengulanginya dengan mengusung misi balas dendam. Meski kali ini niat itu rupanya bertepuk sebelah tangan.

Sepanjang leg pertama pertandingan babak 16 besar Liga Champions pekan lalu hingga pekan ini, lini masa Twitter diramaikan dengan aktivitas akun resmi klub yang saling bertukar banter atau olok-olok. Selain PSG yang mencoba membalas dendam kepada Chelsea, Juventus dan Borussia Dortmund saling menyapa dengan penuh persahabatan di lini masa. Paling menarik adalah keakraban Arsenal dan AS Monaco. Kedua akun resmi klub Inggris dan Prancis ini seperti tak henti saling menyapa, menyahut, dan melempar olok-olok. Bahkan hingga pertandingan hendak dimulai.

Sumber tulisan: https://www.goal.com/id-ID/news/1364/liga-champions/2015/02/26/9283842/spesial-perang-sahutan-twitter-warnai-persaingan-liga


Semoga hasil pilihan saya di #NaskahPilihanPekanIni dapat menjadi bahan bacaan menyenangkan bagi pecinta sepak bola di negeri ini. Dan harapannya sih bisa lebih dari itu, semoga juga bisa menjadi bahan pengetahuan dan pembelajaran buat kita semua.

the-lady-with-fans-portrait-of-nina-de-callias


Mengapa kami membuat rubrik “Naskah Pilihan Pekan Ini“?

oleh Zen RS, managing editor Pandit Football Indonesia

Pandit Football Indonesia akan secara rutin mengeluarkan daftar tulisan sepakbola pilihan dalam sepekan. Tulisan-tulisan sepakbola yang dipilih (1) ditulis dalam bahasa Indonesia, (2) berbentuk non-berita (kecuali feature), (3) dan ditulis oleh siapa saja kecuali oleh staf Pandit Football. Siapa pun, kecuali staf penulis Pandit Football Indonesia, berhak dikurasi karya tulisnya mengenai sepakbola untuk masuk ke dalam naskah pilihan pekan ini.

Semua jenis tulisan sepakbola, kecuali berita, dimungkinkan untuk dikurasi. Dari mulai tulisan taktik, finansial, sejarah, musik, film, jersey, sepatu bola, hingga cerita pendek atau puisi. Selama masih bisa dianggap sebagai atau berkaitan dengan sepakbola, baik berkaitan langsung atau tidak langsung. Tulisan bisa diunggah di portal berita, forum-forum (seperti kaskus dan yang lain), blog pribadi, blog komunitas, kompasiana bahkan notes di facebook dan di mana pun. Maaf, kami tidak bisa memasukkan kultwit, baik yang sudah di-chirpstory maupun yang belum. :)

Kami akan berusaha mengundang para penulis tamu sebagai kurator yang akan menyeleksi naskah-naskah yang layak dianggap sebagai naskah pilihan dalam sepekan. Hanya dalam kondisi mendesak saja salah satu dari penulis Pandit Football Indonesia yang akan menjadi kurator naskah.

Untuk mengakomodasi keragaman jenis tulisan, bukan tidak mungkin kurator yang dipilih bukan seorang penulis sepakbola. Bisa saja merupakan seorang cerpenis, penyair, penulis musik bahkan seorang penulis kuliner sekali pun. Sebab kami percaya, sepakbola memang bisa dinikmati oleh siapa saja.

Melalui rubrik “Naskah Pekan Ini”, kami hendak memberikan apresiasi yang besar kepada orang-orang yang (konsisten atau pun tidak) sudi mengerahkan kemampuannya untuk menuliskan sepakbola. Kami percaya, genre penulisan sepakbola sudah berkembang sedemikian pesat, tidak kalah massifnya dengan para penulis perjalanan, kuliner, otomotif, politik, sastra, film atau musik. Dan penting kiranya untuk bisa memotret pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan terbaru dari genre penulisan sepakbola ini.

Melalui rubrik ini pula, sesungguhnya, kami sedang mengakui keterbatasan kami sendiri. Tidak semua hal bisa, sempat atau sanggup kami tuliskan. Kami percaya, banyak penulis di luaran sana yang bisa menghasilkan tulisan-tulisan dengan mutu yang baik dan terus membaik.

Kami berharap anda sudi membantu proyek kecil-kecilan ini. Caranya mudah: tiap kali anda menulis sebuah artikel sepakbola atau baru saja membaca sebuah artikel sepakbola yang dirasa memuaskan mutunya, silakan mention kami melalui akun @panditfootball atau mengirimkan tautannya melalui email panditfootball@gmail.com. Ini penting agar tidak ada naskah bermutu yang terlewatkan untuk dikurasi oleh kurator yang bertugas.

Kami juga sangat terbuka dengan masukan-masukan. Jika anda punya usul terkait proyek komunal ini, silakan ditaruh di kolom komentar. Anda juga bisa menggugat pilihan kurator, juga dengan berargumentasi di kolom komentar.

Keterangan lukisan:

Judul Lukisan: The Lady with Fans, Portrait of Nina de Callias
Artist: Edouard Manet
Tahun pembuatan: c.1874
Tempat pembuatan: Paris, France
Media: oil di atas kanvas
Ukuran: 113.5 x 166.5 cm

Komentar