Mana yang Lebih Baik, Mencintai atau Dicintai?

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mana yang Lebih Baik, Mencintai atau Dicintai?

Mencintai atau dicintai, mana yang lebih baik? Memiliki keduanya tentu merupakan jawab terbaik. Tapi bagaimana jika kita dihadapkan pada situasi yang membuat kita harus memilih salah satu diantaranya? Sebelum menjawabnya, mari kita tengok apa yang dialami pelatih Juventus saat ini, Massimiliano Allegri.

Kunjungan pertama Allegri ke San Siro sebagai tamu berakhir manis. Bersama Juventus, Allegri menumbangkan bekas kesebelasan yang ditukanginya sebelum ke Juventus, AC Milan, dengan skor tipis 1-0 pada awal musim 2014-2015.

Kemenangan Juventus (baca: Allegri) tersebut menelan banyak korban (perasaan). Para pendukung Milan tentunya tak senang mantan pelatih yang pernah mempersembahkan trofi juara bagi Rossoneri ini mengantarkan Juventus meraih poin penuh di tempat kebanggaan mereka.

Tak hanya para pendukung Milan, Filippo Inzaghi yang musim ini menjalani musim pertamanya sebagai pelatih senior Milan, agaknya cukup terhenyak dengan kekalahan ini. Pasalnya, sudah bukan rahasia lagi jika Inzaghi dan Allegri tak memiliki hubungan yang harmonis.

Baca juga:

Aroma Dendam Inzaghi vs Allegri di San Siro

Cinta Sejati Allegri Pada Sassuolo

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Del Piero Pada Si Nyonya Tua


Saat itu pun Inzaghi tengah menjadi sorotan. Pada laga debutnya di Serie A sebagai pelatih, Milan menang meyakinkan atas Lazio, dengan skor 3-1. Karir Inzaghi sebagai pelatih pun disebut-sebut cukup menjanjikan.

Belum lagi kekalahan atas Allegri ini merupakan kekalahan pertama Inzaghi pada laga resmi di Serie A. Seperti pacar pertama, ciuman pertama, malam pertama, dan hal-hal pertama lainnya, kekalahan pertama Inzaghi ini pun pastinya tak akan bisa dilupakan. Bedanya, kejadian ini akan menjadi ingatan yang cukup menyakitkan.

Di tempat lain, Allegri tentunya bangga atas keberhasilannya menekuk Milan pada lawatan pertamanya ke San Siro. Selain sukses mengalahkan Inzaghi, ia pun berhasil menjawab keraguan para pendukung Juventus yang pernah meragukan kualitas Allegri di awal kepemimpinannya.

Allegri sendiri tak menjadikan kemenangan atas Milan tersebut sebagai ajang pembalasan dendam karena telah memecatnya pada Januari 2014 pasca kekalahan 3-4 dari Sassuolo. Bahkan, tak ada sedikit pun kebencian yang tumbuh dalam dirinya pada Milan.

“Setelah tiga setengah musim berbagi momen dan kemenangan bersama Milan, sudah saya duga bahwa laga ini tak akan berjalan biasa saja. Yang jelas, ini bukanlah laga pembalasan dendam. Saat ini saya pelatih Juventus,” ujar Allegri pada Sky Sport setelah mengalahkan Milan September lalu.

Malam nanti, Allegri akan kembali menyambut Milan yang dicintainya tersebut di Juventus Stadium, pada giornata ke-22. Sebesar apapun cintanya pada Milan, ia tetap akan berusaha meramu Si Nyonya Tua untuk kembali menjungkalkan Milan sehingga bisa terus berada di jalur yang benar dalam perburuan scudetto.

“Milan merupakan bagian dari langkah penting karir saya, dan saya masih sangat mencintai kesebelasan  ini. Sekarang, saya berada di Juventus untuk fokus mengejar kemenangan. Saya beruntung dan bangga menjalani karir saya. Sebangga mereka (para pelatih terdahulu) yang pernah menukangi kedua kesebelasan ini,” tambahnya.

Milan sendiri akan melawat ke kandang Juventus dengan memosisikan diri sebagai orang lain bagi Allegri. Meski Allegri pernah memberikan Milan kenangan indah pada 2011, Milan siap memberikan kekecewaan bagi Allegri dengan menumbangkan Juventus.

Allegri tentunya menyadari hal ini. Kehidupannya saat ini pun tak ubahnya seorang pria yang tengah melanjutkan kehidupan barunya. Ia tentunya lebih ingin memberikan yang terbaik bagi Juventus, yang menyadari bahwa Allegri merupakan pria terbaik, tak seperti Milan. Maka Allegri pun takkan ragu untuk mengesampingkan rasa cintanya pada Milan.

Bagaimanapun, ia akan lebih menghargai yang mencintainya, yang memberinya kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimilikinya. Akan percuma jika ia tetap bersikukuh pada rasa cintanya pada Milan sehingga menolak tawaran dari Juventus yang merupakan rival abadi AC Milan.

Mulai dicintai oleh para pendukung Juventus, Allegri semakin berbahagia menjalani kehidupannya saat ini. Tak aneh memang, karena seperti yang tertulis dalam Les Miserables karangan penyair Prancis, Victor Hugo: “Kebahagiaan tertinggi dalam hidup adalah dicintai, dicintai untuk menjadi diri kita sendiri.”

Lebih jauh, Victor Hugo menjelaskan. Dengan dicintai, seseorang akan mendapat kepercayaan dengan atas apa yang dimilikinya. Hingga pada akhirnya, dicintai pun bisa membuat seseorang menjadi lebih kuat di saat dirinya lemah.

Dan saat ini, tak ada yang meragukan kehebatan Juventus, setidaknya di Italia. Juventus, untuk sementara waktu ini, menjadi kesebelasan terbaik di Italia. Hal ini terjadi tentunya berkat Allegri yang dicintai (diberi kepercayaan jika mengacu pada bahasa Victor Hugo) oleh Juventus.

***


Jadi, apakah anda sudah menemukan mana yang lebih baik di antara mencintai dan dicintai?

foto: news.yahoo.com

Komentar