Kesetiaan dan Kewibawaan "Sang Superman"

Cerita

by Redaksi 41

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kesetiaan dan Kewibawaan

"Kau mencetak gol sebagai seorang anak, lalu kau tumbuh menjadi lebih bodoh dan kemudian menjadi seorang penjaga gawang" (Gianluigi Buffon).

Kutipan di atas diucapkan Buffon saat ia sedang mengisahkan bagaimana dan apa alasannya menjadi seorang penjaga gawang. Dari situ terlihat bagaimana mimpi masa kecil Buffon. Ia tak pernah membayangkan dirinya akan menjadi penjaga gawang hebat, salah satu yang terhebat di dunia.

Buffon, per hari ini, tepat berusia 37 tahun. Ketika ia memasuki akademi sepakbola Parma, usianya baru 13 tahun. Gigi (sapaan akrabnya), bocah bertubuh kurus tinggi itu, memilih bermain sebagai penyerang. Namun, kemampuannya tidak berkembang.

Entah apa yang mengilhami sang pelatih, Buffon kemudian ditunjuk menjadi penjaga gawang ketika dua pemain yang seharusnya menjadi penjaga gawang mengalami cedera. Mungkin awalnya sang pelatih hanya melihat pada postur tubuhnya yang sangat cocok untuk menjadi penjaga gawang, setidaknya untuk sementara dalam keadaan genting saja.

Ia ternyata bermain dengan sangat baik. Dan itu tak terjadi sekali saja. Sang pelatih pun kebablasan meletakan ia sebagai penjaga gawang. Akhirnya si Superman (julukan Buffon karena sering mengenakan baju dalaman berlogo Superman) ini pun menikmati permainannya dan dipromosikan ke tim senior Parma. Bukan sebagai penyerang, tapi sudah menjadi seorang penjaga gawang.

Buffon sendiri mengaku dia terinspirasi oleh kiper tim nasional Kamerun di tahun 90-an, Thomas N'Kono. "Saya terinspirasi N'Kono. Saya dulu striker sampai umur 13 tahun. Hingga suatu hari saya diminta untuk mengawal gawang dan beruntung, ketika itu tampil bagus," ucap Buffon dikutip The Guardian.

Walaupun di musim debutnya itu ia hanya tampli 9 kali, Gigi mampu mengusik posisi penjaga gawang utama Parma yang saat itu dikawal Luca Bucci.

Titimangsa bersejarah itu terjadi pada 19 November 1995. Saat itu Parma menghadapi AC Milan yang berisi pemain bintang, di antaranya Boban, Roberto Baggio, dan Di Canio, Gigi mampu menjaga kebersihan gawang Parma. Skor akhir di pertandingan itu pun harus berakhir 0-0.

Ketangkasan Buffon harus membuat Luca Bucci gigit jari ketika posisinya diambilalih seorang remaja. Dan memaksanya harus mencari klub lain untuk dapat bermain sebagai penjaga gawang utama.

Waktu terus berjalan, musim terus berganti, Buffon pun terus gesit terbang di bawah mistar. Hingga tiba saatnya ia menjadi rebutan klub-klub raksasa.

Baca juga: Sementara Neuer Gagal, Buffon (Pernah) Berhasil

Buffon: Jangan Mau Jadi Kiper!


Di tahun 2001 akhirnya Buffon harus mengambil keputusan untuk menerima pinangan klub asal kota Turin, Juventus. Harga yang diberikan Juventus untuk Parma pun tidak main-main kala itu, nilai transfer berada di kisaran 45-51 juta euro. Angka yang sensasional kala itu.
Gianluca-Buffon-superman--1600x900
Buffon saat berkostum Parma sering memakai kaus berlogo Superman

Kehadiran Buffon pun lagi-lagi membuat seorang penjaga gawang menjadi terusik dan harus mencari klub baru demi masa depan karir. Kali ini Van Der Sar menjadi korban kedua dari kehadiran Buffon.

“Saya senang dan lega telah menandatangani kontra untuk Fulham. Saya memiliki waktu yang sulit di Juventus karena mereka mendatangkan Gianluigi Buffon. Sulit untuk menyingkirkan dia,” ujar Van Der Sar dikutip Dailymail.

Di tahun 2006 Buffon mendapat hal manis dan ujian yang sangat  besar. Hal manis yang diterima Buffon adalah keberhasilannya mengantarkan Italia juara dunia. Dan hal buruk pun tiba setelah kurang dari satu bulan kehadiran hal yang manis. Alih-alih mengejar trofi Liga Champion, Justru Juventus harus dipaksa turun ke Serie B karena terbukti bersalah dalam kasus calciopoli.

Bukan hal yang mudah memang mengambil keputusan untuk tetap bermain bersama Juventus di Serie B saat sedang berada di puncak karir. Tapi dia membuktikan untuk ikut turun bermain bersama Juventus di Serie B.

Bersama Del Piero, Nedved, Trezeguet, dan Camoranesi yang ikut mengukuhkan kesetiaannya, Buffon sukses membawa Juventus kembali ke Serie A. Del Piero dan Nedved menjadi alasan untuk dia mau tetap bersama Juventus di Serie B, ketika saat itu Real Madrid dan Barcelona datang mengusik hatinya.

Lagi-lagi kekacauan di Juventus belumlah pergi walaupun telah kembali ke Serie A. Permainan Juventus di Serie A tidak menentu. Suasana di ruang ganti hingga struktur manajemen tidak kondusif.

Hal yang mengagetkan datang ketika Buffon mendamprat rekan-rekannya di ruang ganti pada tanggal 1 November 2009 tepat saat Juventus sedang merayakan ulang tahun.

“Seragam ini amat berat. Kalu kalian tidak sanggup menanggungnya, tidak usah masuk ke lapangan”. Ketika itu Juventus ditekuk Napoli 2-3 di kandang sendiri setelah sebelumnya unggul 2-0.

Mahar yang dikeluarkan Juventus pun menjadi tidak sia-sia melihat permainannya yang baik dan kesetiaannya pada klub hingga kini. Ia akan dianggap kiper terhebat di dunia sepanjang masa. Ia telah menjadi kiper paling konsisten. Dia memiliki suara yang kuat dan memungkinkan untuk mengkoordinasikan dan memimpin pertahanan di saat keputusasaan sedang mewabah di antara pemain-pemain lain yang menjadi rekannya.

Selamat Ulang Tahun Supergigi!

Komentar