Sponsor-sponsor Sepakbola yang Kini Tinggal Nama

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sponsor-sponsor Sepakbola yang Kini Tinggal Nama

Jika Anda berpikir kalau semua sponsor yang menempel di kostum klub sepakbola adalah brand ternama, Anda tak selamanya benar. Untuk menjadi sponsor utama yang melekat di dada, Anda mesti siap segalanya. Jangan-jangan, malah berakhir seperti beberapa sponsor di bawah ini yang gagal secara finansial setelah menempelkan produknya di dada.

Situs Quartz mencatatkan setidaknya ada enam perusahaan yang memiliki kesulitan finansial setelah menjalin kesepakatan sponsorship dengan klub. Berikut kami sarikan untuk Anda:

Alpari

Sepekan lalu, terjadi gejolak yang dipicu oleh Bank Sentral Swiss yang menghapus pembatasan nilai tukar Franc terhadap Euro, yang telah berlangsung selama tiga tahun. Atas aksi tak terduga tersebut, sejumlah pialang hingga pemain di pasar keuangan kelabakan. Salah satunya Alpari yang merupakan agen valuta asing.

Alpari menandatangani kontrak senilai delapan juta pounds untuk tiga tahun sejak 2013. Yang jelas, ini bukanlah kasus pertama yang menimpa West Ham United.

XL


Sumber gambar: dailymail.co.uk

Lagi-lagi West Ham. Ya, pada 2008 West Ham menjalin kerjasama dengan grup penyedia jasa liburan ketiga terbesar di Inggris, XL. Kala itu, Eropa tengah didera krisis keuangan, salah satunya menimpa XL. West Ham dikabarkan merugi hingga delapan juta pounds. Lebih parah lagi, salah seorang pemilik West Ham, merupakan salah satu investor terbesar XL.

Karena sponsor terhenti di tengah jalan, West Ham lebih memilih menambalnya dengan kain polos dengan warna sama. Unik, karena Umbro, apparel West Ham kala itu tidak menyediakan jersey polos, dan kurang kerjaan, karena tidak ada yang diuntungkan dan dirugikan walau West Ham masih menempelkan “XL” di dadanya.

Dr. Martens


Sumber gambar: qz.com

Tebak, sponsor klub apa ini? Benar! West Ham United. Merek sepatu yang dimiliki R Griggs & Co ini hampir bankrut pada 2002, saat mereka menjadi sponsor di kostum West Ham. Dr. Martens pun mengalihkan produksinya ke Tiongkok dan Thailand untuk mengurangi ongkos produksi. Walaupun tidak bangkrut seperti dua sponsor penerusnya, tapi saat kerjasama dengan West Ham, mereka mengalami masalah keuangan.

BenQ

Nasib buruk menimpa skuat yang berisi pemain-pemain terbaik dari seluruh galaksi, Real Madrid. Padahal, mereka baru saja menjalin kerjasama dengan BenQ dengan durasi lima tahun. Baru satu tahun, atau pada musim 2006/2007, BenQ didera krisis finansial yang membuatnya bangkrut. Namun, Madrid tentu saja tak seperti West Ham. Raksasa Spanyol tersebut dengan cepat menggaet bisnis yang kecil kemungkinan untuk bangkrut: rumah judi. Ya, Real Madrid menjalin kesepakatan dengan Bwin pada akhir musim tesebut senilai 60 juta euro.

Parmalat


Sumber: imortaisdofutbol.com

Sebagai salah satu klub besar (dulu), Parma dikenal dengan sponsor dadanya yang mirip dengan nama klub; Parmalat. Parmalat merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi makanan dan keperluan sehari-hari. Pada 2003, skandal yang melibatkan Parmalat merembet pada kondisi keuangan Parma. Parmalat pada akhirnya hampir didera kebangkrutan selama periode 2003-2009.

All Sports


Sumber: theoldfootballshirtshop.com

Kerjasama Charlton Athletic dengan AllSports sudah berlangsung sejak musim 2002/2003. Namun, pada musim 2005/2005, AllSports bangkrut.

Llanera


Charlton memiliki nasib yang sama dengan West Ham. Pada 2007, sponsor utama mereka, Llanera, juga bangkrut. Ini merupakan kejadian dalam kurun waktu dua tahun. Perusahaan real estate asal Spanyol tersebut bangkrut karena menanggung hutang hingga 700 juta euro. Padahal, Llanera datang sebagai penyelamat Charlton dari kebangkrutan kedua.

Baca juga

Silang Sengkarut Sponsor, Jersey dan Profit


Situs Porno di Kostum Klub Sepakbola


SUmber gambar: bbc.co.uk

Komentar