Ketika Media Bertanya pada Narasumber yang Salah

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ketika Media Bertanya pada Narasumber yang Salah

Masa depan adalah misteri. Namun, dari waktu ke waktu selalu ada dari kita yang penasaran dengan masa depan. Termasuk bagi media dalam hal sepakbola.

Koran yang berbasis di Madrid, Diario AS, kali ini mencoba mempraktikkan sesuatu yang bernama “jurnalisme objektif”. Uniknya, mereka menggunakan medium kebudayaan yang terbilang unik dan tidak biasa digunakan media dalam meramalkan suatu hal.

Ya, jelang pertandingan derby antara Real Madrid menghadapi Atletico Madrid, AS, membuat sebuah prediksi lewat papan ouija. Jurnalis AS, Tomas Rocerno “membimbing” lima relawan untuk turut bergabung. Mereka “memanggil” arwah legenda Real Madrid, Juanito, untuk “bertanya” tentang hasil akhir pertandingan lanjutan Copa del Rey tersebut.

Hal ini diceritakan jurnalis AS lainnya, Patricia Cazon. Sehari jelang pertandingan, Cazon mendapat telepon dari Rocerno. Dengan antusias, ia mengajak Cazon untuk memanggil Juanito. Tempatnya sudah disetujui yakni di bar milik Tonin El Torero. Tonin bahkan sengaja menutup bar agar ritual tersebut berjalan dengan khidmat.

Tonin membawa serta empat Madridista untuk bergabung. Mereka bukan sekadar suporter. Ada Nabil, Presiden Pena Madridista Capote dan Montera; Javier Benito, Presiden Pena We are the Champions of Torrejon; Rufino Garcia, Presiden Pena Carabana; dan Dani Dominguez, Presiden Pena Espinosa Navacerrada.

Mereka melakukannya di sebuah sudut yang disulap menjadi sebuah altar khusus. Sejumlah foto, jersey, buku, kliping koran, dan sebuah potret besar bergambar Juanito tergantung di dinding.

“Aku membelinya lewat situs daring. Minggu lalu, Thomas memintaku memanggil Juanito jelang pertandingan menghadapi Atletico,” kata Nabil seperti dikutip AS.

Keenam orang itu memulai ritualnya. Mereka menyimpan jari telunjuknya di atas gelas kaca berukuran kecil. Tonin menjelaskan aturan sebelum menggunakan Ouija. Ritual pun dimulai dengan gelas kaca yang diputar-putar di atas papan Ouija. Hening, hanya suara Tonin yang terdengar.

“Ada seseorang di sini?” Gelas kaca pun bergerak ke ujung kiri yang bertuliskan “Yes”.

Keenam orang itu saling memandang dengan isyarat penuh kehati-hatian.

“Anda Johnny?” Lagi-lagi gelas kaca itu bergerak ke pojok kiri atas, “Ya”.

Tanpa membuang waktu, Tonin pun bertanya secara langsung, “Apakah ada kemungkinan (Madrid) comeback menghadapi Atleti?”. Namun, gelas kaca itu terdiam sejenak sebelum Tonin mengulang pertanyaan yang sama. Gelas kaca pun mulai bergerak seiring dengan nyala api dari lilin di belakang altar yang bergoyang-goyang.

Tonin kembali bertanya, “Johnny bisakah Anda memberitahu hasil akhir pertandingan?”. Gelas kaca bergerak ke angka tiga dan nol.

Setelah kejadian tersebut Cazon tak lagi menceritakan secara detail prosesi ritual. Ia menjelaskan bagaimana optimisnya para presiden kelompok suporter Real Madrid tersebut.


Optimisme itu sebenarnya terlihat saat para pemain Real Madrid memasuki lapangan. James Rodriguez baru saja menerima penghargaan Puskas Award atas gol yang dicetaknya, sementara itu Toni Kroos dan Sergio Ramos masuk sebagai FIFA Team of The Year. Tidak cukup sampai di situ, peraih pemain terbaik dunia 2014, Cristiano Ronaldo, memamerkan pialanya dalam sesi foto di pinggir lapangan.

Namun, semua hal itu nyatanya tak berarti apa-apa buat Atletico. Fernando Torres sudah kepalang rindu untuk pulang, dan ia menuntaskan kerinduannya dengan ccara yang tepat: mencetak gol ke gawang rival.

Pada akhirnya, percobaan jurnalis AS untuk menghadirkan prediksi secara tepat dan di luar kebiasan gagal total. Gagal karena selain salah mereka juga gagal mempraktikkan "jurnalisme objektif" karena hanya mengundang satu "narasumber" dari Real Madrid.

Penulis sebenarnya mengkhawatirkan efek yang terjad setelah AS melakukan ritual Ouija. Bukan tidak mungkin, hal tersebut dipraktkkan oleh media di Indonesia, yang masyarakatnya menyenangi hal yang berbau mistis. Boleh saja sebenarnya, asalkan tidak bertanya pada narasumber yang salah.



Sumber gambar: whoateallthepies.tv

Komentar