Persija Cukup Oke, Sriwijaya dan Arema Masih Banyak PR

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Persija Cukup Oke, Sriwijaya dan Arema Masih Banyak PR

Trofeo Persija 2015 berkesudahan dengan hasil "imbang". Ya, turnamen yang mengadopsi Trofeo Tim di Italia ini memutuskan Arema Cronus, Sriwijaya FC, dan tuan rumah Persija Jakarta, keluar sebagai juara bersama karena ketiga tim saling mengalahkan lewat adu penalti.

Hal ini cukup wajar karena masing-masing kesebelasan masih dalam tahap persiapan menjelang liga bergulir. Meskipun begitu, laga yang berlangsung di stadion Gelora Utama Bung Karno ini sedikit banyak bisa memetakan kekuatan masing-masing kesebelasan.

Sriwijaya FC

Dua formasi dicoba sang pelatih, Benny Dollo, pada turnamen ini. Saat menghadapi Persija pada 45 menit pertama, Sriwijaya menggunakan formasi 4-3-3. Sementara kala menghadapi Arema pada 45 menit berikutnya, 4-4-2 dipilih pelatih yang akrab disapa Bendol tersebut.

Namun sangat terlihat bahwa antar lini Sriwijaya masih belum padu. Baik ketika menghadapi Persija maupun Arema, serangan yang dibangun belum terorganisir dengan baik. Hingga pada akhirnya, Sriwijaya lebih sering mendapat tekanan.

Akan tetapi Sriwijaya beruntung memiliki Abdoulaye Maiga dan Jecky Arisandi di lini pertahanan. Keduanya tampil disiplin membendung setiap serangan lawan. Maiga membuat ketar-ketir penyerang asing Persija, Evgeny Kabaev dan bomber Arema, Christian Gonzales. Sementara Jecky, membuat serangan sayap dari sisi kiri pertahanan tak bisa menembus ke kotak penalti. Ramdani Lestaluhu (Persija) maupun Yao Rudy (Arema) membentur tembok saat mencoba melewati Jacky

Mengenai dua legiun asing anyar Sriwijaya, Morimakan Koita dan Christian Vaquero, keduanya masih belum terlihat berkontribusi maksimal. Vaquero kurang mendapat kesempatan di depan kotak penalti, terlebih hanya turun saat melawan Persija. Sedangkan Koita, meski memiliki umpan lambung yang akurat, permainan gelandang asal Mali ini masih belum bisa dinilai secara menyeluruh.

Namun tampaknya umpan lambung Koita akan sangat diandalkan oleh Sriwijaya. Hal ini lebih terlihat ketika Sriwijaya melakukan serangan balik. Baik ketika menggunakan dua atau pun tiga penyerang, bola yang dikuasai Koita langsung dikirimkan langsung ke lini pertahanan lawan lewat umpan lambung.

Wajar memang, lini depan Sriwijaya memiliki pemain-pemain yang memiliki keunggulan dari segi kecepatan seperti Ferdinand Sinaga, Titus Bonai dan Patrich Wanggai. Belum lagi gelandang-gelandang seperti Anis Nabar dan Syakir Sulaiman yang menyisir sisi sayap Sriwijaya FC.

Kesimpulannya, jika menengok penampilan Sriwjaya pada Trofeo Persija ini, Laskar Wong Kito masih memiliki PR di lini tengah dan depan karena masih belum padu benar. Lini belakang sudah cukup tangguh dengan kehadiran seorang Abdoulaye Maiga yang memang sudah diandalkan sejak musim lalu.

Arema Cronus

Arema menampilkan gaya bermain yang berbeda pasca kepergian pengatur serangan mereka, Gustavo Lopez. Ini dikarenakan suksesornya, Sengbah Kennedy, memiliki tipikal bermain yang berbeda dengan gelandang asal Argentina tersebut.

Jika Gustavo sering mencari bola atau berlama-lama dengan bola, dan lebih sering beroperasi di sepertiga akhir lapangan, Kennedy yang berasal dari Liberia ini bermain lebih simpel. Ia tak mendekati bola ketika pemain lain menguasai bola. Ia benar-benar beroperasi di lini tengah, tepatnya di sekitar area lingkar lapangan tengah. Ketika bola diarahkan padanya, ia tak berlama-lama dengan bola, dengan cepat memberikan bola tersebut ke pemain lain. Karenanya, Juan Revi lebih sering menguasai bola ketimbang Kennedy.

Namun satu hal yang pasti, pada trofeo Persija 2015, Arema tak memainkan skema serangan tengah lewat umpan-umpan pendeknya. Gonzales yang biasanya jadi pemantul benar-benar difungsikan sebagai penyelesai akhir serangan.

Serangan lewat sayap menjadi titik serang utama Arema, baik ketika menghadapi Persija maupun Sriwijaya. Sisi kanan menjadi sisi utama dalam menyerang karena di situ terdapat Hasyim Kipuw yang sangat aktif merangsek ke lini pertahanan lawan meski berposisi sebagai bek sayap.

Kehadiran Kipuw memang membuat sisi sayap Arema lebih efektif dalam melakukan serangan. Hal ini terlihat dengan perbedaan antara pertandingan pertama maupun kedua. Ketika melawan Sriwijaya, Kipuw bermain, Arema menguasai jalannya pertandingan dengan menciptakan banyak peluang. Sementara ketika Kipuw tak bermain saat menghadapi Persija, bek kanan diisi oleh Beny Wahyudi, Arema tak mampu keluar dari tekanan Persija.

Perubahan skema pun disempurnakan dengan tipikal bermain bek asing mereka, Fabiano Beltrame, yang sangat lihai dalam mengirimkan umpan panjang. Bek asal Brasil ini acap kali mengirimkan umpan panjang ke ruang kosong di sisi sayap dari lini pertahanan.

Namun tampaknya penempatan Yao Rudy di sisi kanan tak bisa mengimbangi permainan menyerang dari Hasyim Kipuw (maupun Beny). Penyerang Liberia berusia 22 tahun ini sering kehilangan bola dan salah umpan. Gaya bermainnya pun sangat berbeda dengan Beto Goncalves yang musim lalu menempati sisi ini. Rudy lebih lambat dan kurang bisa berlama-lama dengan bola.

Maka dari itu, tampaknya coach Suharno masih perlu mencari formula yang pas untuk memaksimalkan potensi para pemainnya tersebut. Karena yang perlu digarisbawahi, pada Trofeo Persija 2015 ini Singo Edan hanya tak diperkuat oleh kiper Kurnia Meiga. Di mana ini artinya, para pemain lapangan yang kemarin diturunkan adalah komposisi terbaik mereka.

Persija Jakarta

Disaksikan oleh puluhan ribu pendukungnya yang memadati stadion Gelora Utama Bung Karno, Persija Jakarta bermain percaya diri selama 90 menit. Bahkan Persija memiliki peluang terbuka kala sontekan Novri Setiawan di depan mulut gawang hanya menyamping gawang Arema yang dikawal Achmad Kurniawan.

Permainan yang ditunjukkan anak asuh Rahmad Darmawan ini bisa dibilang yang terbaik dibanding Sriwijaya maupun Arema. Skema serangan mereka lebih rapi sehingga memiliki lebih banyak peluang mencetak gol.

Evgeny Kabaev, penyerang asing asal Rusia, cukup memperlihatkan kualitasnya meski belum bisa mengoyak jala lawan. Penempatannya sangat baik, bisa menguasai bola, juga baik dalam melakukan dribbling, tipikal penyerang yang bisa membagi bola. Tinggal penyelesaian akhirnya yang belum klinis. Lumayan menyenangkan menyaksikan bagaimana Kabaev memperlihatkan aksi membalikkan badan dan langsung melakukan percobaan mencetak gol.

Penampilan cukup baik ditampilkan bek timnas Estonia, Martin Vunk, yang juga didatangkan berbarengan dengan Kabaev. Penjagaannya merepotkan lini penyerangan lawan. Tekelnya pun bisa mematahkan serangan lawan, terlebih ketika ditempatkan sebagai gelandang bertahan saat menghadapi Arema. Tendangan jarak jauhnya pun tampaknya bisa diandalkan, terdapat satu peluang yang nyaris membobol gawang Arema.

Tapi Vunk agaknya bermasalah menghadapi tipikal pemain-pemain cepat. Saat menghadapi Sriwijaya, yang mengandalkan Ferdinand Sinaga-Patrich Wanggai-Vaquero, beberapa kali Vunk kalah cepat dalam adu lari jarak pendek. Dua kali ia terlambat membalikkan badannya sehingga harus kepayahan mengejar pemain lawan. Mungkin bisa agak dimengerti, mengingat Vunk sendiri mengatakan bahwa posisi idealnya adalah gelandang bertahan, bukan bek tengah.

Selain Kabaev dan Vunk, Persija pun memainkan satu pemain asing yang sedang menjalani seleksi, Alan Aciar. Menempati posisi bek tengah, ia bermain cukup disiplin dan sangat kuat dalam duel-duel udara. Tampaknya bukan keputusan yang salah jika Rahmad Darmawan memutuskan untuk mengontrak pemain asal Argentina ini.

Kredit khusus patut diberikan pada Syaiful Indra Cahya dan Rendi Irawan. Keduanya bermain sangat mengesankan dan cukup memberikan kontribusi besar bagi permainan Persija. Syaiful kokoh di lini belakang, sementara Rendi bisa menjadi solusi ketika Persija tak bisa menyerang lewat Ramdani Lestaluhu. Kinerja Syaiful memperlihatkan bahwa kepergian salah seorang pemain muda dengan penampilan bagus di musim lalu, Danny Saputra, tidak terlalu harus dikhawatirkan.

Rahmad Darmawan sendiri memang masih mencari formula pas untuk memaksimalkan para pemainnya tersebut. Alfin Tuasalamony yang biasanya ditempatkan di bek sayap, kemarin ditempatkan sebagai gelandang bertahan. Pun begitu dengan lini depan di mana Persija sempat menurunkan Kabaev seorang diri atau pun diduetkan dengan Bambang Pamungkas.

Namun dengan apa yang ditampilkan skuat Persija pada Trofeo Persija kemarin, penampilan Macan Kemayoran rasanya cukup menjanjikan. Karena pada laga kemarin, selain mayoritas dihuni pemain baru, Persija pun belum menampilkan Greg Nwokolo yang tentunya bisa menjadikan lini serang mereka lebih mematikan.

Kesimpulan

Baik Sriwijaya, Arema, ataupun Persija, masing-masing tim memang tak mengincar trofi juara pada Trofeo Persija ini. Ketiganya lebih mengedepankan percobaan taktik, mencoba para pemain baru dan mencari-cari kelemahan yang dimiliki oleh tim.

Hasil imbang ini menunjukkan ketiga tim memiliki kekuatan yang cukup berimbang. Akan sangat menarik untuk dinantikan ketika ketiga tim ini telah memiliki skema yang tepat dalam memaksimalkan para pemainnya. Ya, perburuan juara Indonesia Super League 2015 tampaknya akan semakin seru dengan kekuatan yang dimiliki ketiga tim ini.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar