Cara Jitu Menendang dan Menepis Penalti Berdasarkan Sains dan Psikologi

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Cara Jitu Menendang dan Menepis Penalti Berdasarkan Sains dan Psikologi

Dalam sepakbola, tentunya tidak ada kejadian yang hampir pasti berpotensi menjadi sebuah drama daripada babak adu tendangan penalti. Bahkan, jika harus keluar dari babak adu tendangan penalti sekalipun, kejadian tendangan penalti sendiri tetap menjadi sebuah drama kecil dalam sebuah pertandingan.

Dimulai dari cara mendapatkan penalti, cara menendang, cara menahan atau menepis tendangan penalti, semuanya berpotensi menimbulkan drama kecil dalam pertandingan sepakbola. Bahkan selain itu, tendangan penalti pun sudah banyak menentukan nasib seorang pemain, nasib seorang wasit, nasib sebuah klub, dan bahkan nasib sebuah negara.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tendangan penalti telah menjadi topik penelitian umum di bidang sains dan psikologi olahraga. Tendangan penalti menawarkan serangkaian kejadian yang cocok untuk dipelajari tentang bagaimana berbagai variabel mempengaruhi keberhasilan di dalamnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengetahuan telah terakumulasi pada subjek, dengan penelitian yang terfokus pada perspektif dari pengambil penalti dan juga kiper.

Tendang ke pojok atas

infografis_penalti

Salah satu contoh, para ahli di John Moore’s University di Liverpool telah menganalisis tendangan penalti tim nasional Inggris di turnamen besar sejak tahun 1962.

Dr. David Lewis, seorang ahli matematika yang mengembangkan formula untuk penalti yang sempurna, mengatakan: “Sampai saat ini, tendangan penalti telah digambarkan sebagai lotere. Faktor-faktor yang terlibat dalam perhitungan adalah jumlah langkah pada ancang-ancang (run-up), waktu yang dibutuhkan untuk menendang bola, kecepatan tembakan, dan posisi kaki.”

Para ilmuwan menemukan kecepatan yang ideal untuk bola adalah 25-29 meter per detik dan jumlah ideal langkah pada run-up adalah 4 sampai 6 langkah, tapi run-up panjang 10 meter adalah yang paling sukses.

Waktu yang ideal untuk mengambil penalti adalah tiga detik atau kurang, dan sambil menunggu kiper bergerak sebelum menendang bola juga bisa membantu peluang keberhasilan. Jika seorang pemain menunggu lebih dari 0,41 milidetik, peluang mencetak gol menjadi setengahnya.

Menurut Profesor Tom Riley dari John Moore’s University, bola yang ditempatkan ke sudut atas tidak akan bisa dihentikan oleh kiper bahkan jika ia mengantisipasi hal itu. Tidak ada cukup waktu untuk bereaksi, sehingga tendangan yang ditempatkan ke daerah ini akan memiliki peluang berhasil mencapai 100%.

Meskipun pojok atas mungkin memiliki peluang berhasil yang mencapai 100%, tembakan ini akan sangat sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, tembakan ke sudut atas adalah sebuah “perjudian besar”.

Pandangan ini memberikan alternatif yang menarik untuk teori konvensional yang Anda sering dengar dari para profesional, manajer, dan komentator. Menendang ke arah rendah di bagian dalam sisi jaring memiliki kesempatan lebih besar untuk diselamatkan oleh kiper, kecuali jika bola ditendang dengan sempurna.

Baca juga:

Debat Dua Fisikawan Inggris Tentang Adu Penalti

Søren Kierkegaard dan Filosofi Sebuah Tendangan Penalti


Psikologi dalam tendangan penalti

Penelitian lainnya juga sampai masuk ke dalam sebuah artikel di International Review of Sport and Exercise Psychology. Sebuah artikel lain yang menarik tersebut berjudul “Duel di kotak penalti: rekomendasi berbasis bukti tentang bagaimana penembak dan kiper bisa memasukkan/menyelamatkan tendangan penalti”.

Artikel di atas berisi tentang daftar cara yang mungkin terjadi di mana banyak faktor yang bisa mempengaruhi penendang dan kiper, termasuk sebuah tabel yang merangkum perilaku dari pandangan pengambil penalti dan kiper. Daftar ini disusun sesuai dengan program temporal penalti: pemilihan pemain, ancang-ancang (run-up), tembakan, dan perilaku setelah tembakan.

Artikel tersebut berasal dari sebuah jurnal yang ditulis oleh para peneliti Daniel Memmert, Stefanie Hüttermann, Norbert Hagemann, Florian Loffing, dan Bernd Strauss.

Namun, para penulis menunjukkan bahwa banyak dari temuan mereka adalah sampel yang dikumpulkan sebagai akibat dari pencobaan berbasis laboratorium. Oleh karena itu, mungkin hasilnya tidak akan seakurat jika diteliti pada pertandingan profesional sungguhan. Tetapi tidak ada salahnya untuk melihat apa kata sains dan psikologi tentang tendangan penalti, bukan?

Intisari Penelitian

Rekomendasi untuk penendang penalti

Pemilihan pemain


  • Pilih pemain yang memiliki tingkat fokus yang lebih baik

  • Berkaki kidal lebih baik untuk dipilih

  • Pemain dipersilakan untuk melakukan rutinitas atau ritual atau klenik yang ia percaya sebelum menendang

  • Memakai seragam berwarna merah


Ancang-ancang (run-up)

  • tidak memilih sudut ancang-ancang yang paling lurus atau yang paling miring, tapi di antaranya

  • memilih target tembakan di depannya

  • menatap kiper langsung dan berjalan mundur menghadapi kiper ketika mempersiapkan untuk melakukan ancang-ancang

  • mengambil cukup waktu untuk melakukan tembakan, tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lama


Menembak

  • jika secara teknis memungkinkan, tendanglah bola ke target yang dekat dan di bawah mistar gawang

  • fokus menatap pada target saat melakukan tembakan

  • menghindari kaki yang tidak menendang untuk menunjukkan secara jelas ke arah horizontal arah tembakan yang ingin dituju

  • dalam adu penalti, rayakanlah gol seteatrikal mungkin


Rekomendasi untuk kiper

Ancang-ancang (run-up)


  • berlama-lama untuk memperpanjang urutan temporal selama mungkin sehingga wasit tidak langsung mengizinkan penembak untuk penendang (psywar kepada penendang, namun hati-hati terkena kartu kuning dari wasit)

  • menarik perhatian dengan gestur dan juga warna jersey (dianjurkan memakai warna terang dan mencolok seperti warna ungu)

  • membuat gerakan menipu

  • menawarkan sudut tertentu kepada si penembak, misalnya dengan tidak berdiri persis di tengah gawang

  • memanfaatkan isyarat terlebih dahulu untuk mengantisipasi arah tembakan dari penendang seperti posisi kaki pijakan, sudut pinggul, dan juga arah tujuan mata memandang

  • memulai reaksi defensif sesaat sebelum kontak bola

  • bergeraklah selama fase berlangsung, jangan hanya diam


Menerima tembakan

  • kadang-kadang, tetaplah berdiri di tengah gawang

  • bergerak ke pojok kiri dari perspektif penendang (atau bergerak ke arah kanan dari perspektif kiper) jika menghadapi penendang berkaki kanan dan sebaliknya, yaitu ke sudut kanan jka menghadapi penendang berkaki kiri

  • fokus pada daerah kontak kaki dan bola selama tembakan

  • kiper yang memliki pergerakan lambat harus bereaksi lebih awal

  • mengambil sikap tertentu agar “terlihat besar”, seperti merentangkan tangan


Setelah tembakan

  • Jika tendangan berhasil ditepis, rayakanlah



Sumber gambar: qacci.com dan Football+Science

Referensi jurnal:

Daniel Memmert, Stefanie Hüttermann, Norbert Hagemann, Florian Loffing, Bernd Strauss. Dueling in the penalty box: evidence-based recommendations on how shooters and goalkeepers can win penalty shootouts in soccer. International Review of Sport and Exercise Psychology, 2013; 6 (1): 209 DOI: 10.1080/1750984X.2013.811533

Komentar