Tiga Pemain Asing Baru Bisa Mengubah Gaya Bermain Arema

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Tiga Pemain Asing Baru Bisa Mengubah Gaya Bermain Arema

Pencarian Arema Cronus terhadap pengganti trio pemain asing mereka, Gustavo Lopez, Beto Goncalves, dan Thierry Gatthuesi sudah berakhir . Pelatih kepala Arema, Suharno, menjatuhkan pilihan pada duo Liberia, Sengbah Kennedy dan Yao Rudy Abblode, serta Fabiano Beltrame sebagai legiun asing Arema Cronus musim depan.

Untuk posisi bek, rasanya mengganti Thierry oleh Fabiano merupakan pilihan yang tepat. Fabiano yang musim lalu berbaju Persija Jakarta, merupakan bek yang berpengalaman di Indonesia. Bek asal Brasil ini telah merumput di Indonesia sejak tahun 2005. Tak banyak keraguan yang bisa dialamatkan kepadanya. Singkatnya, dia sosok bek yang memang bisa diandalkan, salah satu yang terbaik yang bermain di Indonesia.

Bagaimana dengan duo Liberia? Kennedy dan Yao Rudy sebelumnya memperkuat Persiwa Wamena. Dengan kualitas yang dimiliki keduanya, Badai Pegunungan berhasil promosi ke ISL musim depan. Yao Rudy yang berposisi penyerang, menjadi top skor dengan 17 gol.

Namun kualitas keduanya di ISL belum teruji. Karena musim ini adalah musim kedua Kennedy dan Yao Rudy menjalani karir di Indonesia. Apalagi dengan usia keduanya yang masih muda, 23 dan 22 tahun, pengalaman bermainnya tentu belum terlampau banyak.

Dengan perekrutan Fabiano, Kennedy, dan Yao Rudy, tampaknya Arema akan mengubah skema permainan mereka. Hal ini terlihat dengan tipikal bermain Fabiano, Kennedy dan Yao Rudy yang berbeda dengan Thierry, Gustavo dan Beto.

Fabiano, sepanjang karirnya selalu bermain sebagai bek tengah. Ini berbeda dengan Thierry yang bisa ditempatkan sebagai bek sayap. Bahkan pada musim lalu, Thierry kerap ditempatkan sebagai bek sayap kanan, dengan Purwaka Yudhi dan Victor Igbonefo sebagai duet di bek tengah.

Jika menggunakan empat bek, Purwaka Yudhi tampaknya akan lebih sering menjadi penghuni cadangan. Dalam skema empat bek, Fabiano sangat pas jika diduetkan dengan Igbonefo. Sementara untuk pos bek sayap lebih ideal jika diisi diisi oleh Ahmad Alfarizi dan Hasyim Kipuw yang baru didatangkan dari Persebaya Surabaya. Belum lagi masih terdapat nama Benny Wahyudi dan Suroso yang berposisi sebagai bek sayap.

Sejatinya sangat disayangkan jika pemain dengan kualitas Purwaka jika sampai dicadangkan. Pada musim lalu, Purwaka yang bermain dalam 18 pertandingan, bisa dibilang penampilannya cukup konsisten. Namun ini juga berkah tersendiri. Cukup aman dan menenangkan tentu saja memiliki pemain cadangan yang punya kualitas dan pengalaman. Suharno tak perlu pusing jika mesti menurunkan Purwaka di laga-laga krusial sekali pun.

Skema tiga bek sendiri bukan skema yang asing bagi Arema. Sebelum babak delapan besar ISL musim lalu dimulai, pada beberapa pertandingan, Arema kerap menggunakan formasi 3-4-3, di mana Purwaka menemani Thierry dan Igbonefo di lini pertahanan. Bukan tak mungkin skema ini pun akan diterapkan pada musim depan.

Yang menjadi kendala jika kembali menggunakan tiga penyerang adalah tipikal permainan Yao Rudy yang tak jauh berbeda dengan Christian Gonzales. Keduanya merupakan finisher yang juga bisa menjadi tembok di lini depan. Sepertinya akan lebih pas jika salah satu dari keduanya ditempatkan sebagai penyerang tengah.

Hal ini berbeda dengan musim lalu di mana Beto bisa sering mengisi pos penyerang sayap kanan, di mana penyerang kiri dihuni oleh Samsul Arif. Beto dan Samsul merupakan penyerang yang mengandalkan kecepatan (begitu juga dengan penyerang cadangan seperti Sunarto atau pun Dendi Santoso). Itulah yang memungkinkan Samsul dan Beto bisa ditempatkan atau diminta bermain lebih melebar dan mengganggu pertahanan lawan dari sisi lapangan.

Sedangkan Yao Rudy, merupakan penyerang jangkung yang handal dalam duel-duel udara, bukan pelari cepat. Bahkan dengan tipikal permainannya (dan juga gaya rambutnya), Aremania menjulukinya sebagai Mario Balotelli-nya Malang. Ada irisan kemiripan tipikal bermain antara dirinya dengan el-Loco. Menjadi hal yang sangat menarik menunggu bagaimana Suharno memecahkan persoalan taktikal ini.

Sementara itu, beban besar akan berada di pundak Sengbah Kennedy yang bermain gelandang. Pemain kelahiran 8 April 1991 ini akan diplot sebagai pengatur serangan, pengganti Gustavo Lopez.

Kennedy sadar bahwa dirinya harus menggantikan peran Gustavo yang musim lalu begitu sentral bagi permainan Singo Edan. Namun ia optimis, ia bisa memberikan kontribusi maksimal bagi Arema Cronus meski gaya permainanannya berbeda dengan gelandang asal Argentina tersebut.

Kennedy pun mengakui bahwa gaya bermain Arema berbeda dengan gaya bermain Persiwa. Di Arema ia harus bisa memainkan umpan-umpan pendek, umpan satu-dua. Berbeda ketika musim lalu di mana ia lebih sering menyuplai para penyerang Persiwa dengan umpan-umpan panjang.

“Tak menjadi beban bagi saya, ini permainan sepakbola. Setiap pemain punya gaya sendiri. Tidak mungkin permainan saya sama seperti Gustavo, tapi posisi kami sama. Saya akan memberikan yang terbaik bagi Arema,” ujar Kennedy mengutip dari Goal.

“Sistem permainan di Arema berbeda dengan Persiwa Wamena. Meski menjalani latihan fisik, saya melihat selama dua kali uji coba dan sesi game. Teman-teman lebih suka bermain dengan umpan umpan satu-dua,” tambahnya.

Kennedy sendiri yakin dirinya bisa cepat beradaptasi dengan gaya permainan Arema ini. Dan sudah menjadi kewajiban bagi pelatih Suharno untuk mempercepat proses adaptasi Kennedy agar segera nyetel dengan permainan Arema.

Maka dari itu, bagaimana skema permainan Arema pada musim depan masih menjadi teka-teki. Apakah akan menggunakan skema tiga bek atau empat bek? Pun begitu dengan lini depan, apakah musim depan akan kembali menggunakan skema tiga penyerang dengan berani membangku cadangkan Gonzales? Atau mungkin menggunakan formasi 4-2-4 dengan Sengbah Kennedy menjadi penyerang sayap bersama Samsul Arif?

Masih satu bulan sebelum liga di mulai bagi Suharno untuk mengompakkan timnya. Tentunya ia perlu melakukan banyak laga uji coba untuk menemukan skema yang pas bagi para pemainnya ini. Yang jelas, Arema tetap akan menjadi kandidat kuat juara jika bisa memaksimalkan para pemainnya.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar