Kasus Aron dan Pelajaran untuk Persib dalam Rekrutmen Pemain Asing

Editorial

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kasus Aron dan Pelajaran untuk Persib dalam Rekrutmen Pemain Asing

Aron da Silva dipastikan tak jadi membela Persib Bandung untuk musim depan karena Osotspa Saraburi, klub pemilik penyerang asal Brasil tersebut, enggan melepasnya. Ini terjadi karena baru saja ada pergantian manajer dalam tubuh klub Thailand tersebut, dan sang manajer baru tak mau melepas Aron.

Manajemen Persib pun kembali bergerilya mencari penyerang asing anyar. Kehadiran Yandi Sofyan yang kabarnya sudah resmi berbaju Maung Bandung tentu saja belum cukup mempertajam lini depan Persib untuk musim depan. Maka, selain sedang menyeleksi beberapa legiun asing, mantan top skor divisi satu Malaysia, Koh Traore dari Burkina Faso, kini menjadi incaran.

Namun lupakan sejenak tentang seperti apa penyerang asing incaran juara ISL 2014 tersebut. Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah Persib perlu lebih cermat dalam mendatangkan penyerang asing.

Seperti rata-rata klub di Indonesia, mencari penyerang asing pun telah menjadi rutinitas bagi Persib Bandung setiap menghadapi musim yang baru, bahkan hingga saat ini: setelah menjadi juara sekalipun. Tapi yang lebih ironis, Persib dengan nama besarnya sebagai klub papan atas Indonesia, kerap mendapatkan penyerang yang kualitasnya di bawah standar.

Penyerang asing yang tak sesuai kriteria (bahkan penyerang berkualitas) seolah datang dan pergi setiap musimnya. Bukankah ini menimbulkan pertanyaan kemampuan manajemen Persib dalam mendatangkan penyerang berkualitas? Juga soal scouting pemain, bukan?

Untuk membuka kembali ingatan, nama-nama seperti Moses Sakyi, Zdravko Dragicevic, Fortune Udo, Louis Ayouck Berti, Brahima Traore, Pablo Frances, dan Fabio Lopes adalah sedikit nama asing yang berumur pendek dengan klub kebanggaan kota Bandung tersebut karena kualitasnya kurang memenuhi standar tim. Maka sudah sewajarnya, keraguan selalu hadir ketika manajemen tim menyebutkan nama penyerang impor yang benar-benar asing, tak pernah merumput di liga Indonesia, menjadi incaran Persib.

Video Youtube seringkali menjadi acuan manajemen Persib dalam mendatangkan penyerang asing. Manajemen Persib sudah seringkali berucap jika penyerang asing incarannya itu memiliki skill yang di atas rata-rata sehingga layak bermain untuk bermain di Persib. Tapi saat bermain, pemain tersebut kurang berkontribusi maksimal.

Memang, beberapa penyerang asing yang didatangkan Persib hasil rekrutannya dari video Youtube memiliki kualitas sesuai yang diharapkan. Misalnya saja seperti Sergio van Dijk dan Christian Bekamenga, keduanya menuai banyak gol ketika membela Persib Bandung. Namun ini pun menimbulkan fakta ketidakmampuan Persib mempertahankan penyerang asing terbaiknya.

Dua penyerang asing yang bisa disebut sebagai penyerang asing terbaik Persib ini hengkang dari Persib dengan meninggalkan persoalan. Van Dijk hijrah ke klub Iran karena persoalan kontrak oleh manajemen. Sementara Bekamenga terbang ke Prancis karena kecewa manajemen melepas rekan senegaranya, Nyeck Nyobe, ke Persela Lamongan dengan status pinjaman.

Maka dari itu, manajemen Persib perlu mulai berhati-hati dalam mencari penyerang asing bagi Persib. Sebagai klub yang hendak menuju profesional, mereka pun perlu mendapatkan penyerang yang layak bermain untuk Persib, bahkan hingga beberapa musim ke depan, bukan untuk satu musim saja.

Menilai seorang pemain dengan melihat tayangan video pemain tersebut memang tidak sepenuhnya salah. Namun menjadi terlalu gegabah ketika langsung menyimpulkan kualitas seorang pemain hanya dari rekaman video saja. Terdapat beberapa faktor lain yang sebaiknya masuk ke dalam pertimbangan sebelum menyimpulkan kualitas seorang pemain.

Melihat rekam jejak karir sang pemain bisa dijadikan satu cara yang mudah dan murah untuk dilakukan. Apalagi jika penyerang tersebut belum pernah merumput di Indonesia. Karena lewat rekam jejak setidaknya kita bisa menilai sejauh mana kemampuan atau prestasi pemain tersebut.

Jika melihat pada data yang ditunjukan dari rekam jejak pemain, maka cukup wajar jika Moses Sakyi gagal bersinar di Persib. Sebelum bermain di Persib, ia hanya mencetak 39 gol dari 158 penampilan. Sama halnya dengan Dragicevic yang bermain butut karena sebelum membela Persib, ia hanya mencetak enam gol dari 51 pertandingan. Pun begitu dengan Brahima Traore, Ayouck Berti, bahkan Maciej Dolega, penyerang asing rekrutan pertama Persib, yang tak memiliki catatan mengesankan sebelum membela Persib.

Dan jika kita bandingkan dengan dua penyerang rekrutan Persib yang dinilai berhasil, catatan rekam jejak pemain di klub sebelumnya pun berbanding lurus. Bekamenga tercatat mencetak 46 gol dari 72 penampilannya dalam dua musim di Liga Malaysia. Sedangkan Van Dijk sempat tercatat sebagai top skorer di Liga Australia. Begitu pula jika kita melihat top skorer ISL musim lalu, Emmanuele ‘Pacho’ Kenmogne, penyerang asal Kamerun ini juga memiliki track record yang sangat baik sebelum merumput di Indonesia.

Namun catatan rekam jejak juga tidak sebatas pada rasio gol yang dicetak. Terdapat banyak data pada rekam jejak pemain yang juga dapat menjadi bahan pertimbangan tim sebelum menyimpulkan kualitas seorang pemain. Dari mulai kualitas liga tempat sang pemain berlaga, catatan cedera yang pernah diderita, catatan kartu kuning dan kartu merah, hingga hubungan sang pemain dengan klub juga bisa menjadi bahan pertimbangan yang tidak sulit dan tidak mahal namun memberikan lebih banyak informasi bagi tim.

Sekarang ini, sudah banyak situs data statistik sepakbola yang menampilkan catatan karir seorang pemain seperti Soccerway atau Trasnfermarkt. Semua disajikan secara gratis bagi siapapun yang ingin mengaksesnya. Jika dalam situs statistik tersebut nama pemain yang ditawarkan sang agen tak ada, maka kapabilitasnya sebagai penyerang berkualitas patut dipertanyakan. Seperti kasus Dragicevic dan Moses misalnya.

Maka dari itu, alangkah baiknya jika manajemen Persib (dan juga seluruh klub ISL sebenarnya) jangan langsung kepincut setiap melihat kemampuan seorang penyerang asing hanya lewat rekaman video. Rekaman video tentu saja hanya menunjukan moment-moment terbaik seorang pemain, tanpa menunjukan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

Rekaman video dapat dijadikan salah satu pertimbangan namun diperlukan data-data lain yang menguatkan sebelum keluar sebuah kesimpulan. Jika track record-nya meyakinkan (baik dari segi gol maupun catatan cedera), barulah pemain tersebut didatangkan ke Indonesia untuk menjalani trial atau uji coba sebagai ujian terakhir.

Ya, jangan tergiur oleh ucapan manis dari para agen asing yang mungkin hanya bertujuan untuk meraup rupiah, di mana ia bisa berdusta asal pemain miliknya tersebut direkrut. Lewat track record, klub bisa membuktikan sejauh mana kebenaran ucapan sang agen tentang pemainnya tersebut. Dengan seperti ini, rasanya bisa menghindarkan setiap tim dari pemain-pemain kualitas biasa saja.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar