Penyesalan Besar Bernama Wilfried Bony

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Penyesalan Besar Bernama Wilfried Bony

Saat memimpin West Ham United menjamu Swansea City di hari Minggu nanti, Sam Allardyce akan berhadapan dengan sebuah penyesalan besar: Wilfried Bony. Penyerang paling produktif di Premier League sepanjang tahun 2014 tersebut bisa saja mempersembahkan semua gol yang ia ciptakan untuk West Ham. Namun itu tidak terjadi karena Allardyce lebih memilih Andy Carroll.

Jika ia dapat kembali ke musim panas tahun lalu, Allardyce pasti mau. Saat itu ia memiliki dua pilihan dan hanya boleh memilih satu: kembali merekrut Carroll dari Liverpool (sebelumnya Carroll pernah datang sebagai pemain pinjaman) atau mendatangkan Bony dari Vitesse Arnheim. Allardyce memilih opsi pertama dan tak dibutuhkan waktu lama hingga ia terbukti keliru.

Diabaikan oleh West Ham membuat Bony hijrah ke Swansea City. Sepanjang musim 2013/14 Bony berhasil membuktikan diri sebagai seorang penyerang berkualitas lewat torehan 17 gol dan 5 assist. Carroll, sementara itu, hanya mampu menyarangkan bola ke gawang lawan sebanyak dua kali (walaupun jumlah assist yang ia ciptakan sama banyaknya dengan Bony).

Kegemilangan Bony berlanjut musim ini. Dalam 14 pertandingan, ia sudah berhasil mencetak 6 gol dan 3 assist. Carroll sendiri belum menghasilkan apa-apa dan saat ini sedang berusaha untuk sembuh dari cedera. Walaupun Allardyce kini sudah memiliki seorang penyerang tajam bernama Diafra Sakho, penyesalan mengenai Bony tetap ada.

“Kami merekrut Andy Carroll karena saat itu saya hanya dapat memilih satu pemain saja. Saya tidak dapat mendatangkan keduanya dan kami akhirnya berhasil mencapai kesepakatan dengan Andy sehingga ketertarikan kami terhadap Bony berakhir karena kami tidak dapat memiliki keduanya. Kami tidak memiliki cukup uang saat itu. Kami mengeluarkan biaya yang besar untuk mendatangkan Andy dan sisanya harus kami atur sedemikian rupa untuk para pemain yang kami butuhkan saat itu,” ujar Allardyce berkisah, sebagaimana diwartakan oleh The Guardian.

Kemampuan Bony untuk menyesuaikan diri dengan Premier League terbantu banyak oleh fakta bahwa dirinya, dalam hal kekuatan fisik, memang terhitung luar biasa. “Tentu saja tidak! Ini caraku bermain sepakbola. Aku tidak dapat berlari seperti Nath atau Routledge, jadi aku selalu berusaha menghadapi para pemain belakang dengan cara terbaikku,” jawab Bony dengan penuh rasa percaya diri kepada Stuart James, seorang jurnalis Inggris, ketika ditanya apakah pemain lawan bisa merebut bola darinya.

Cara terbaik yang dimaksud oleh Bony adalah memanfaatkan kekuatan fisik untuk menjauhkan bola dari jangkauan lawan, yang dengan sendirinya memperbesar peluang Bony untuk mencetak gol. Bony sangat kuat dan ia mampu memanfaatkannya dengan baik di atas lapangan tanpa harus melatih kekuatannya di gym. Semua keunggulan itu diturubkan dari sang ibu, peraih sabuk hitam di cabang olahraga judo.

Allardyce tahu benar ancaman yang dapat dihadirkan oleh Bony. Ia bahkan mengakui bahwa seluruh tim harus bekerja sama untuk menghentikan penyerang berusia 25 tahun tersebut. Karena jika tugas tersebut dibebankan kepada para pemain belakang saja, Bony pasti tidak akan dapat dihentikan.

Menghadapi Bony bukan opsi, kata Allardyce. Apa yang harus dilakukan oleh para pemain West Ham adalah memotong suplai bola kepada Bony sedini mungkin. Semengerikan itu memang penyesalan yang dirasakan oleh Allardyce.

Komentar