Timpangnya Kualitas Antar Lini Skuat (Sementara) Persija

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Timpangnya Kualitas Antar Lini Skuat (Sementara) Persija

Persija Jakarta memulai aksinya menyambut Liga Super Indonesia (ISL) musim 2015 dengan cara yang agresif: memulangkan Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo. Duet yang pernah memporak-porandakan Persib Bandung di kandangnya sendiri, Si Jalak Harupat, pada musim 2011 ini berhasil dipulangkan oleh manajemen Persija. Optimisme pun dengan cepat meruyak di kalangan pendukung Persija.

Apalagi mereka juga berhasil mendatangkan Vava Yagalo, Rendi Irwan, Syaiful Cahya, M. Ilham, serta dua pemain asing asal Liga Estonia, Martin Vunk dan Evgeny Kabaev. Nama terakhir asal Estonia itu juga berposisi sebagai seorang striker.

Tentang karakter permainan serta kelebihan dan kekurangan Martin Vunk dan Evgeny Kabaev, kami sudah mengulasnya di artikel tersendiri. Silakan membacanya DI SINI.

Perekrutan dua pemain ini jelas sesuai yang diharapkan sang pelatih, Rahmad Darmawan. Karena dengan perekrutan dua pemain ini, skuat Persija Jakarta memiliki pemain-pemain yang menjadi idaman coach RD untuk musim depan.

Meskipun begitu, ada satu pertanyaan yang jelas harus menjadi perhatian RD, apakah lini penyerangan yang dihuni para pemain berkualitas ini diimbangi dengan lini pertahanan yang kuat?

Pada masa perpindahan pemain Liga Indonesia ini, Pesija Jakarta kehilangan nyaris seluruh bek utama mereka pada musim lalu. Sang kapten Fabiano Beltrame dipastikan hengkang karena lebih memilih hijrah ke Arema Cronus. Partnernya di bek tengah, Ngurah Nanak atau pun Syahrizal, tak masuk dalam rencana Rahmad Darmawan sehingga tak dipertahankan manajemen.

Belum lagi kabar terbaru menyebutkan bek kiri andalan Persija musim lalu, Dany Saputra, juga sudah hengkang. Padahal jika menilik performanya selama musim lalu, bermain sebanyak 17 kali, Dany cukup tangguh di sisi kiri pertahanan. Dany adalah salah satu pemain muda yang performanya mengesankan di musim lalu. Dia sebenarnya tidak kalah dari Rizki Pora yang dijadikan starter tim nasional di Piala AFF oleh Alfred Riedl.

Memang, dari deretan pemain baru, terdapat pemain belakang Syaiful Indra Cahya yang tampil sebanyak 15 kali dan mencetak tiga gol ketika musim lalu membela Persik Kediri. Atau mungkin kualitas Vunk yang idealnya ditempatkan di tengah bisa dipaksakan bermain sebagai bek tengah. Namun sebagus apa pun mereka, sudah barang tentu mereka pun perlu beradaptasi ketika bermain untuk klub barunya.

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah, menyatukan pemain baru untuk bermain bersama bukanlah suatu hal yang mudah. Jika kita berkaca pada tim Eropa, Liverpool menghadapi masalah di lini pertahanan karena hanya menyisakan Martin Skrtel sebagai satu-satunya bek yang masih diandalkan sejak musim lalu. Sisanya merupakan wajah-wajah baru yang terus berusaha menemukan performa terbaiknya.

Menyusun ulang skuat di pertahanan merupakan pekerjaan yang sangat sulit, lebih sulit dibandingkan lini serang. Jika lini serang belum solid, resikonya paling mereka akan kesulitan mencetak gol. Tapi jika lini pertahanan yang belum solid, resikonya sangat berbahaya: kemasukan gol. Inilah kira-kira inti dari argumentasi yang pernah disampaikan oleh Sir Alex Ferguson lebih dari satu dekade lalu ketika dia harus melepas Jaap Stam dari Old Trafford.

Jika analogi ini terlalu jauh atau tak seimbang, kita pun bisa menengok Persipura Jayapura yang jarang merombak tim ketika masa perpindahan pemain dibuka. Hasilnya, tim berjuluk Mutiara Hitam itu pun selalu berada di papan atas liga Indonesia bahkan menjadi klub dengan torehan titel juara ISL terbanyak ISL karena kekompakkan tim selalu terjaga setiap musimnya.

Maka dari itu, keputusan Rahmad Darmawan yang terus memperkuat lini serangnya jelas perlu dipertanyakan. Bayangkan dengan adanya Greg, Bepe, dan Kabaev, serta dua pemain sayap seperti Ramdani Lestaluhu dan M. Ilham, formasi apa yang nantinya akan digunakan? Yang pasti, lini serang Persija sudah memiliki tiga pemain yang berkarakter senang membawa bola yaitu Greg, Ramdani dan Ilham.

Seperti apa sebenarnya skuat impian atau ideal Rahmad Darmawan di Persija? Simak juga ulasan kami lainnya DI SINI.

Jika menggunakan dua penyerang, salah satu dari Greg atau Kabaev harus dibangkucadangkan. Karena rasanya sangat sia-sia jika Bepe tak dimainkan ketika ia bisa menggantikan kepemimpinan Fabiano di atas lapangan sebagai kapten tim. Sedangkan membangkucadangkan Kabaev atau Greg jelas menjadi kerugian besar karena kedua pemain ini memiliki kualitas untuk bermain sebagai pemain utama.

Jika menggunakan tiga penyerang, yang akan menjadi korban adalah M. Ilham atau pun Ramdani. Keduanya merupakan pemain sayap murni, agak sukar jika dipaksa untuk bermain sebagai gelandang tengah. Bukannya tidak bisa, hanya saja sayang jika akselerasi mereka dalam menyisir sayap yang memang menjadi kelebihan keduanya tidak dimaksimalkan.

Formasi yang paling ideal dengan komposisi Persija saat ini adalah dengan memainkan formasi 4-4-2 berlian. Dengan formasi ini, RD bisa memainkan dua pemain sayap, sementara Greg bisa diposisikan sebagai gelandang serang di belakang duet dua penyerang karena di tengah hanya mengandalkan satu gelandang yang diprioritaskan untuk bertahan.

Gelandang bertahan bisa ditempati oleh Amarzukih. Lalu Martin Vunk dimundurkan menjadi pemain bek tengah, diduetkan dengan Syaiful Indra Cahya atau mungkin bek asing lainnya karena dikabarkan manajemen Persija sedang mengincar salah seorang bek asal Kamerun.

Tapi dengan banyaknya pemain yang bertipikal menyerang dalam komposisi line-up seperti ini, pertanyaan bagi Rahmad Darmawan tetaplah tak berubah: apakah lini pertahanan yang dihuni wajah-wajah baru ini mampu mengimbangi lini penyerangan yang sangat berkualitas?

Inilah problem yang juga dihadapi oleh RD saat menangani Arema dua musim lalu. Bayangkan, mereka punya kuartet penyerang yang kualitasnya hampir setara saat itu: Beto Goncalves, Cristiano Gonzales, Keit Kayamba hingga Greg Nwokolo. Sementara di lini tengah, praktis RD hanya bisa mengandalkan Egi Melgiansyah saat itu, sesekali kadang Dedi Kusnandar yang performanya belum sematang musim 2014.

Maka menarik mencermati geliat Persija untuk menambal kekurangan ini. RD sudah pernah mengalami seperti apa rasanya punya lini serang yang mematikan tanpa diimbangi kinerja lini tengah atau lini belakang. Ia tahu, dan mungkin ia juga sedang menunggu.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar