Waktu Pochettino Terus Menipis

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Waktu Pochettino Terus Menipis

“Jika para pemain dapat melakukan apa yang diinginkan oleh manajer, kami dapat menjuarai Champions League,” kata penyerang Tottenham Hotspur, Emmanuel Adebayor, sebagaimana dikutip oleh the Guardian. Pernyataan ini menarik dan cenderung lucu karena dua hal. Pertama, mereka masih kesulitan untuk menemukan permainan terbaik; terutama di pertandingan kandang. Alasan kedua, Tottenham bahkan tidak ambil bagian di Champions League.

Tentu saja Adebayor tidak hanya berbicara mengenai musim ini. Bisa saja apa yang berusaha ia sampaikan adalah potensi besar yang dimiliki oleh timnya dibawah asuhan Mauricio Pochettino. Namun walaupun benar demikian, mereka tak bisa mencapai itu semua tanpa fondasi yang kuat. Fondasi bernama kesepahaman antara Pochettino dan para pemain. Fondasi yang hingga saat ini belum berhasil dibangun dengan baik.

“Ia adalah seorang manajer yang baik dan kami hanya perlu menemukan pemecahan agar kami dapat memahami apa yang coba ia sampaikan kepada kami dan bagaimana ia ingin kami bermain dan bersikap di lapangan,” ujar Adebayor. “Namun saat ini kami tidak mengerti pesannya.”

Pochettino membawa serta semua ilmu yang ia tahu kemanapun ia pergi. Termasuk ke Tottenham. Jika hingga saat ini ia belum mampu mengubah Tottenham menjadi tim yang rutin memetik tiga angka di setiap pekannya, itu hanya masalah waktu saja. Wajar. Sewajar perilaku para pendukung Tottenham yang tak ramah kepada para pemain mereka sendiri.

“Apa yang dilakukan oleh para pendukung tergantung apa yang mereka lihat di lapangan. Jika pertandingan tidak berjalan dengan baik, mereka memiliki semua hak untuk merasa pesimis. Itu wajar,” kata Jürgen Klinsmann yang terlihat berada di White Hart Lane saat Tottenham kalah terakhir kali. “Saya sebenarnya merasa bahwa para pendukung Tottenham berusaha untuk menyalurkan energi positif dan memberi dorongan kepada tim.”

Bisa jadi Klinsmann benar. Menunjukkan rasa tidak suka kepada tim sendiri adalah pertanda bahwa mereka masih peduli. Kalaupun benar demikian, tak berarti Pochettino boleh santai-santai saja. Kesabaran para pendukung sudah mulai habis. Apa yang pada awalnya dimaklumi sebagai masa adaptasi manajer baru mulai dipandang sebagai alasan usang. Empat kekalahan dalam lima pertandingan kandang terakhir memang sudah sewajarnya membuat para penggemar merasa gerah.

Segera, Pochettino harus menemukan pemecahan untuk permasalahan-permasalahan yang ia hadapi di Tottenham. Entah itu masalah ukuran lapangan yang ia rasa tidak mendukung strategi yang ia terapkan, ataupun tentang strategi dan gaya main yang tidak bisa dipraktekkan dengan baik oleh para pemain yang ia miliki. Apapun masalahnya, bagaimanapun pemecahannya, harus Pochettino yang memperbaiki kondisi ini. Karena jika orang lain yang melakukannya, belum tentu Pochettino suka.

Jika pemecahan tidak berhasil ia temukan, Tottenham mungkin harus pindah kandang. “Bermain di White Hart Lane terasa seperti berada dalam rumah yang seluruh isinya menolak kehadiran Anda,” kata Adebayor. “Saya rasa untuk saat ini kami lebih baik bermain tandang karena setidaknya kami tahu sedari awal bahwa kami pasti disuraki karena mereka ingin tim yang mereka dukung menang. Namun ketika Anda bermain kandang dan para pendukung mulai menyuraki Anda setelah beberapa menit, itu lebih sulit.”

Tentu saja pindah kandang bukan perkara mudah. Tentu saja klub tidak akan melakukannya hanya karena para pendukung tidak menyukai kualitas permainan tim mereka. Tentu saja, karena pindah kandang bukan opsi, klub akan memilih opsi lain: mendepak Pochettino dan mendatangkan manajer baru yang dirasa mampu membawa klub meraih kesuksesan.

Saya tidak sedang menghembuskan gosip apapun di sini. Tidak ada perbincangan atau pemberitaan yang menyebutkan bahwa Daniel Levy, sang chairman, memiliki keinginan untuk mendepak Pochettino. Tapi siapa bilang itu tidak mungkin? Premier League, kan, rimba yang keras. Hal buruk apapun bisa menimpa siapapun di sana.

Komentar