Industri Sepakbola Asia sebagai "Juru Selamat" Pemain Top Eropa

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Industri Sepakbola Asia sebagai

Industri sepakbola akhirnya terbukti menjadi penyelamat para pemain sepakbola tenar yang sudah "apkiran" dan tak lagi banyak diminati.

Satu dekade lalu, ketika seorang pesepakbola klub top Eropa sudah memasuki usia tua, gantung sepatu sudah membayangi kehidupan sehari-hari mereka. Mendekati periode itu, karir sepakbola pemain tersebut seolah tengah mencapai akhirnya. Maklum, dengan kemampuan fisik yang semakin menurun, namanya akan semakin meredup seiring berjalannya waktu.

Namun lain dulu lain sekarang. Setelah melewati puncak karirnya sebagai pesepakbola, kini para pemain klub Eropa memiliki kesempatan lain untuk bisa tetap bersinar sebagai pesepakbola. Salah satunya adalah hengkang ke Asia.

Ya, Asia kini menjadi destinasi baru para pemain yang sebenarnya bisa disebut uzur itu. Akhir-akhir ini, banyak mantan pemain klub top Eropa seperti Robert Pires, David James, David Trezeguet, Fredrik Ljungberg dan masih banyak lagi akan mulai meniti karirnya pada musim ini bersama klub-klub Liga Super India.

Yang terbaru, mantan pemain Liverpool dan Leeds United, El Hadji Diouf, pun akan mengambil langkah yang sama. Ya, peraih dua gelar pemain terbaik Afrika ini akan melanjutkan karirnya di benua Asia.

Namun El Hadji Diouf tak akan berkarir di Liga Super India seperti kebanyakan pemain lain. Menurut SkySport, pemain asal Senegal ini akan segera bergabung bersama Sabah FC, klub Malaysia Super League.

Diouf yang memang dikenal sering berpindah-pindah klub ini berstatus free transfer setelah Leeds United tak memperpanjang kontraknya pada akhir musim 2013-2014. Tak ada klub Eropa yang tertarik padanya, membuatnya menerima tawaran dari Sabah FC.

Pada awal karirnya, selama empat musim Diouf bermain di Liga Prancis untuk membela Sochaux, Rennes, dan Lens. Setelah itu, ia hengkang ke Liverpool selama dua musim. Setahun kontrak terakhirnya bersama Liverpool, Diouf dipinjamkan ke Bolton Wanderers yang akhirnya dipermanenkan dan bermain hingga musim 2008.

Diouf bukan mantan pemain top pertama yang merumput di Malaysia. Sebelumnya, mantan playmaker Valencia, Pablo Aimar, membela Johor FC pasca kontraknya bersama Benfica tak diperpanjang. Musim ini adalah musim kedua Aimar bermain di Malaysia.

Asia memang menjadi opsi kedua para mantan pemain klub top Eropa untuk melanjutkan karir. Sebelum ke Asia, mereka tentunya berharap bisa melanjutkan karir di Major League Soccer. Namun karena level kompetisi Amerika Serikat semakin meningkat tiap tahunnya, klub MLS pun tak sembarang pilih menggunakan mantan pemain klub top Eropa.

Memang, negara-negara Asia Timur telah melakukannya terlebih dahulu. Namun kegiatan perekrutan pemain asing di India yang berada di Asia Selatan dan mungkin juga  berpengaruh terhadap keputusan Diouf bergabung ke Malaysia yang berada di Asia Tenggara menjadi sinyal positif bagi persepakbolaan Asia.

Jika sudah seperti ini, mungkin giliran Indonesia tinggal  menunggu waktunya. Tapi untuk melakukannya, tentu saja Indonesia perlu memiliki keuangan yang sehat dan jauh dari kebangkrutan.

Kendati demikian, jangan kelewat minder juga, Indonesia sudah lebih dulu melakukannya ketimbang India atau Malaysia. Saat kompetisi Galatama dan Perserikatan dileburkan pada 1995, beberapa nama tenar kelas dunia juga sempat bermain di Liga Indonesia.

Siapa yang tidak kenal dengan Roger Milla atau Mario Kempes? Dua nama top itu pernah bermain di Indonesia, keduanya pernah bergabung dengan kesebelasan Pelita Jaya. Milla bahkan tak semusim doang bermain di Indonesia. Setelah bermain di Pelita Jaya, selanjutnya Milla masih sempat bergabung dengan Putra Samarinda.

Saat muncul breakaway league bernama Indonesian Premier League (IPL), datang juga dua nama yang cukup punya pengalaman bermain di level top Eropa. Lee Hendri, mantan pemain Aston Villa, sempat bermain dengan Bandung FC. Juga Amaral, mantan pemain Corinthians, Benfica hingga Parma ini, bergabung dengan Persebaya Surabaya.

Adakah hasilnya saat pemain-pemain dengan nama tenar itu bermain di sini dalam hal prestasi? Sejauh ini, sih, memang tidak. Sekadar meramaikan, meniupkan gegap gempita, juga sedikit meningkatkan gengsi kompetisi. Tapi hanya itu saja, memang. Selebihnya, ya kita masih begini-begini juga.

Komentar