Mungkinkah Liga Inggris Menggelar Partai Ke-39?

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mungkinkah Liga Inggris Menggelar Partai Ke-39?

Beberapa hari ke belakang santer pemberitaan mengenai kemungkinan digelarnya “partai ke-39” di Liga Primer Inggris. Nantinya, pertandingan ini akan digelar di luar tanah Inggris. Hal ini sebenarnya telah menjadi bahan perbincangan sejak 2008. Namun, karena banyak pihak yang menolak, terutama dari suporter klub, ide pelaksanaan “partai ke-39” pun menguap.

Kini, wacana tersebut kembali didengungkan. Chief Executive Premier League, Richard Scudamore, mengungkapkan “partai ke-39” itu mungkin saja terjadi di masa mendatang.

Federasi Sepakbola Inggris, FA, kini kembali mengkaji kemungkinan digelarnya pertandingan tersebut. Mereka ingin melakukan ekspansi global yang selama ini belum bisa dilakukan FA maupun Premier League.

Mereka berkaca dari tur Asia, Afrika Selatan, Australia, dan Amerika Serikat yang selama ini dipandang menguntungkan. Misalnya, pertandingan pramusim Manchester United menghadapi Real Madrid di Amerika, pada musim panas lalu, bisa mendatangkan 109 ribu penonton!

Bahkan, klub sekelas Queens Park Rangers pun pernah melakukan tur pramusim ke Asia.

Namun, pagelaran tersebut tidak dikelola langsung oleh FA dan Premier League, selaku operator liga. Biasanya digelar oleh klub, atau EO sebagai pihak ketiga. FA beranggapan, dengan digelar dalam yurisdiksi Premier League, maka pengelolaan pertandingan dapat lebih maksimal pun dengan keuntungan yang didapatkan.

Wajar sebenarnya jika FA tak sabar untuk melakukan ekspansi. Berdasarkan data Premier League, terdapat 650 juta rumah di 175 negara yang menyaksikan pertandingan Liga Inggris setiap musimnya. Jumlah ini jelas berkali-kali lipat jika dibandingkan jumlah populasi di Inggris.

Dengan dikelolanya pertandingan tersebut oleh FA maka mendatangkan keuntungan bagi klub “kecil” jika dilihat dari jumlah penggemar secara global. Memang, klub seperti Manchester United dan Chelsea, dapat berleha-leha jelang pramusim. Mereka tak perlu menawarkan diri untuk bisa datang ke negara tertentu. Mereka malah lebih sering menolak dengan alasan jadwal pertandingan yang terlampau padat.

Sejumlah liga sebenarnya telah mengelola pertandingan pramusim. Misalnya Liga Italia di mana pertandingan Piala Super Italia tidak digelar di Italia melainkan di Doha, Qatar, untuk tahun ini. Sebelumnya, selama tiga kali berturut-turut Piala Super Italia digelar di Beijing, Tiongkok.

Istilah “partai ke-39” sendiri muncul karena klub selama satu musim bermain sebanyak 38 kali. Sehingga satu partai selanjutnya digelar di tempat netral. “Partai ke-39” sendiri rencananya tidak akan dimasukkan dalam perhitungan klasemen karena dibentuk seperti pertandingan pasca-musim.

Penolakan dari suporter sendiri karena saat digelar di luar negeri, akan jauh lebih banyak pendukung tim yang populer. Misalnya, pertandingan Manchester United menghadapi Hull City yang digelar di Rochester, New York, pasti akan dipenuhi suporter United ketimbang Hull. Alasannya adalah suporter United di luar negeri jauh lebih banyak daripada Hull, dan Rochester adalah kampung halaman Keluarga Glazer, pemilik United saat ini.

Namun, ide tersebut akan menemui jalan terjal karena hingga saat ini UEFA belum memberikan lampu hijau. Pertandingan yang digelar di tempat lain mesti mendapat persetujuan negara penyelenggara—termasuk UEFA, konfederasi, dan FIFA.

Bagaimana menurut Anda?

Komentar