Mengenal Gesture Violin Imajiner yang Dilakukan Rudi Garcia

Cerita

by redaksi

Mengenal Gesture Violin Imajiner yang Dilakukan Rudi Garcia

Selepas keberhasilan Juventus menjebol gawang Roma lewat tendangan penalti Carlos Tevez. AS Roma bermain tanpa manajer mereka, Rudi Garcia. Pria asal Perancis tersebut menanggapi penalti pertama yang diberikan kepada Juventus dengan menunjukkan gerak isyarat memainkan violin. Perintah meninggalkan lapangan pun diberikan oleh wasit Gianluca Rocchi.

Garcia tidak mengatakan apa-apa. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk penalti yang didapatkan oleh Juventus untuk handball yang terjadi sedikit di luar kotak penalti Roma. Ia hanya memainkan violin imajiner.

Banyak pihak lantas bertanya-tanya. Apa yang salah dengan tindakan Garcia sehingga ia diminta meninggalkan lapangan pertandingan?

Alasan pengusiran Garcia oleh Rocchi jelas: Garcia tidak menerima keputusan yang telah diambil oleh Rocchi selaku wasit yang bertugas. Lantas apa hubungan violin imajiner dengan sikap tidak menerima?

Gerak isyarat memainkan violin adalah cara untuk mengungkap kesedihan dalam budaya barat. Gerak isyarat ini juga biasa dilakukan untuk menunjukkan rasa kesal kepada orang lain. Air violin (juga sering kali disebut world’s tiniest violin atau violin terkecil di dunia) normalnya adalah gerak isyarat satu tangan. Gerak isyarat ini ditunjukkan dengan menggesekkan ibu jari dengan jari telunjuk, seolah-olah sedang memainkan violin yang ukurannya sangat kecil. Gerak isyarat ini sejatinya langka ditemukan di dunia nyata, dan disebut-sebut berasal dari kehadiran imajiner dari Warsaw Symphony untuk mengiringi reaksi sedih atau kesal yang dirasakan oleh pelaku gerak isyarat tersebut.

Dalam kasus Garcia, dirinya menunjukkan bahwa ia merasa bahwa Rocchi memperlakukan timnya dengan tidak adil; sebuah perasaan yang dipicu oleh pemberian penalti untuk Juventus ketika Garcia merasa bahwa tendangan bebas tepat di luar kotak penalti adalah hukuman yang lebih pantas dan lebih dapat diterima.

Garcia sendiri melakukan sedikit improvisasi dalam aksinya. Ia melakukan gerak isyarat tersebut dengan kedua tangannya sehingga bisa saja ia mengelak bahwa dirinya tidak berusaha untuk menunjukkan rasa sedih atau rasa kesal kepada Rocchi.

Ketika ditanya oleh media dalam sesi konferensi pers selepas pertandingan, Garcia menjawab seperti ini: “Lebih baik tidak membicarakan hal tersebut karena itu tidak penting. Dalam sebuah pertandingan antara dua tim besar, ada terlalu banyak rasa gugup.”

Benar atau tidaknya Garcia menunjukkan gerak isyarat memainkan violin imajiner sebagai kritik terhadap kepemimpinan Rocchi masih akan menjadi misteri. Toh, benar ataupun tidak Garcia mencemooh Rocchi, keputusan telah diambil.

Pantas atau tidaknya Rocchi mengambil keputusan untuk mengusir Garcia juga rasanya tidak perlu menjadi perdebatan. Masalah ini lebih mengarah kepada berhak atau tidaknya Rocchi mengambil tindakan tersebut, dan jawabannya sudah jelas.

Dalam Laws of the Game yang dikeluarkan oleh FIFA (tepatnya pada Law 5 – The Referee bagian The Authority of the Referee) jelas sudah dinyatakan kewenangan penuh yang dimiliki oleh seorang wasit: Setiap pertandingan dikontrol oleh seorang wasit yang memiliki otoritas penuh untuk menegakkan aturan-aturan permainan di pertandingan tempatnya diperintahkan untuk bertugas.

Komentar