Belajar Menahan Emosi dari Fans Arsenal

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Belajar Menahan Emosi dari Fans Arsenal

Sebagai seorang tamu, sudah selayaknya jika kita menghargai empunya rumah. Berperilaku sopan telah menjadi aturan baku sebagai pandu.

Aturan ini diinjak-injak oleh fans Galatasaray. Sejak awal perilaku mereka sudah tak bersahabat. Saat jalan menuju Stadion Emirates, masih sempat-sempatnya mereka melempar flare ke arah kerumunan fans Arsenal. Mereka pun berteriak “Fu*k you Arsenal” di sekitaran fans Arsenal.

Belum cukup sampai di situ, mereka menyalakan flare dalam pertandingan Liga Champions, di stadion klub Inggris! Tanpa takut, mereka meneriakan chant chant sembari berjingkrak-jingkrak dengan semangat. Uniknya, dalam dua video yang diunggah ke Youtube, tidak ada aksi balasan yang dilakukan fans Arsenal. Mereka hanya membalas secara verbal.

Apa yang terjadi di London tersebut, agaknya mustahil terjadi di Indonesia. Batu atau apapun yang bisa dilempar bisa berterbangan ke arah dua kelompok tersebut. Apalagi, fans Galatasaray ditempatkan di teras bawah, yang memudahkan bagi fans Arsenal menuntut balas dengan melemparkan kursi atau keramik stadion ke arah mereka.

Namun, hal tersebut tak pernah benar-benar terjadi. Fans Arsenal hanya bersiul sembari menunjuk-nunjuk. Mereka emosi, tapi hebatnya mereka dapat mengontrol tangan mereka dari melempar benda-benda.

Fans Arsenal pastilah pernah menjamu suporter tim lawan, termasuk tim rival. Namun, sepertinya insiden di partai Liga Champions tersebut menjadi penghinaan yang paling parah yang pernah terjadi. Bayangkan, kerumunan suporter Arsenal dilempar flare di rumah sendiri, di London!

Di media sosial pun ejekan dari fans Galatasaray tak berhenti. Mereka mencemooh fans Arsenal yang hanya meneriaki mereka di media sosial, tapi tak berani secara langsung.

Sebenarnya, sikap fans Arsenal ini didasari pada dua hal. Pertama, peraturan ketat di Liga Inggris yang bahkan bisa melarang fans datang ke stadion seumur hidupnya. Kedua, harga tiket yang mahal hanya bisa didapat oleh kaum yang punya uang lebih. Hanya sedikit dari mereka yang secara radikal mencintai Arsenal. Maka, jangan berharap mereka mau mempertaruhkan hidup saat harga diri tim yang mereka cinta dikoyak-koyak lawan.

Terlepas dari dua hal itu, banyak hal yang bisa dipelajari dari kejadian tersebut. Salah satunya adalah menghindari konflik horizontal yang nantinya dapat berujung pada permasalahan yang lebih luas dan mengakar. Bukan tidak mungkin misalnya, jika ejekan tersebut ditanggapi, akan ada sentimen negatif terhadap masyarakat Turki pada umumnya.








Sumber gambar: dailymail.co.uk

Komentar