Francesco Totti dan Tawa yang Membebaskan Kita

Editorial

by Zen RS

Zen RS

Board of director | Panditfootball.com

Francesco Totti dan Tawa yang Membebaskan Kita

Salah satu humor yang paling sering muncul mengenai Fransesco Totti adalah soal "carpe diem". Syahdan, seorang jurnalis mengucapkan kata "carpe diem" pada Totti. Apa jawaban Totti? Dia menjawab singkat: "Maaf, saya tak bicara dalam bahasa Inggris."

Carpe diem secara harfiah berarti seize the day atau "raihlah hari ini". Ini frase dalam bahasa Latin, dipetik dari kalimat seorang penyair bernama Horatio, dan pasti bukan bahasa Inggris. Jawaban Totti dalam humor itu menjelaskan beberapa hal, salah satu yang termudah adalah betapa terbatasnya pengetahuan Totti.

Perihal terbatasnya pengetahuan atau (katakanlah) kenaifan Totti, suka atau tidak, memang telah lama menjadi salah satu stereotipe yang melekat atau dilekatkan pada pemain kelahiran 27 September 1976 ini (hari ini tepat ulangtahun).

Sebagai pemain, tak ada yang meragukan kualitasnya. Sebagai pencetak gol, dia pemain sangat istimewa: dia adalah pencetak gol terbanyak nomer lima dalam sepanjang sejarah Serie-A, di bawah Silvio Piola, Gunnar Nordhal, Giuseppe Meazza dan Jose Altafini.

Kecerdasannya saat menguasai bola, pemahamannya atas ruang, sentuhan pertamanya, kualitas umpan-umpannya, juga kharismanya telah menahbiskannya sebagai salah satu pemain terhebat Italia sepanjang masa. Kualitas-kualitasnya yang terakhir ini membuatnya diakui sebagai pengemban arketipe fantasista di sepakbola Italia dalam dua dekade terakhir.

Fantasista melampui regista apalagi trequartista dalam hal imajinasi dan fantasi. Jika regista adalah sutradara film, maka fantasista adalah artisnya. Jika Andrea Pirlo adalah Federico Fellini, maka Totti serupa Marcello Mastroianni.

Fantasista juga tak sekadar trequartista. Jika trequartista lebih menekankan area beroperasi (secara harafiah trequartista berarti "tiga per empat", merujuk pemain yang beroperasi di tiga per empat akhir lapangan alias area pertahanan lawan), fantastita juga sebenarnya demikian, tetapi mengimbuhinya dengan imajinasi, fantasi dan sentuhan-sentuhan magis. Ada fantasi dalam fantasista.

Totti adalah fantasista Italia. Setelah Roberto Baggio, dialah pengemban predikat harum semerbak mewangi itu.

Alessandro del Piero mungkin punya kualitas yang mendekati Totti, tapi dia lebih kerap dipasang sebagai striker dan secara taktik dia tak pernah mengalami bermain dalam skema 4-6-0 ala Spaletti yang memungkinkan Totti mengalami "moksa" di tiga perempat akhir lapangan. Cassano juga punya sentuhan yang kadang ajaib, tapi inkonsistensi dan kharismanya tak membuatnya sampai di level yang kini ditempati Totti.

Itu semua tentang ketika bola ada di kaki Totti, bukan ketika kata-kata keluar dari mulut Totti. Ini cerita yang berbeda dan justru di situlah menariknya.

Apa yang tergambar dalam ucapannya tentang carpe diem itu menjelaskan bahwa dia juga fantasista di luar lapangan dengan mulut dan pikirannya: jawaban-jawabannya mengejutkan, di luar fantasi banyak orang, bukan karena canggih dan sophisticated ala Socrates-nya Corinthians, tapi karena bisa membuat orang terbengong-bengong lantaran tak menyangka Totti bisa menjawab senaif dan (yeah) sebodoh itu.

Totti adalah figur terkenal di Roma. Dia bahkan dijuluki "Si Pangeran Roma", tentu saja para penggemar Lazio tak mengakuinya, tapi itu tak mengurangi popularitasnya. Sehingga sangat banyak orang di Roma biasa berjumpa dengannya di restoran, mall, bioskop, dll.

Cobalah gunakan mesin pencari untuk menemukan stereotipe mengenai kebodohan-kebodohan Totti. Banyak sekali tersedia lelucon-lelucon yang akan anda temukan. Misalnya: Suatu hari Totti diberi tahu bahwa bukunya telah terjual jutaan eksemplar. Apa jawaban Totti: "Itu tidak mungkin. Wong aku cuma nulis sekali kok."

Kami menuliskan di tulisan tersendiri lelucon-lelucon mengenai Franseso Totti. Kami pilihan beberapa lelucon mengenai Totti untuk Anda. Silakan membaca artikel "Lelucon-lelucon tentang Fransesco Totti".


Seorang pengusaha yang diwawancarai BBC tentang Totti, dia adalah pemilik tiket terusan AS Roma, mengisahkan pertemuannya dengan Totti di sebuah restoran. Kata dia: "Dia sungguh-sungguh istimewa karena dia terlihat seperti orang yang bodoh. Tapi saya kira dia memang orang yang baik dan telah berbuat banyak hal untuk orang lain."

Pernyataan itu, saya kira, bisa menggambarkan apa yang terjadi pada 2003, saat terbit sebuah buku berjudul Tutte le barzellette su Totti (raccolte da me) atau Semua Lelucon tentang Totti (Dikumpulkan oleh Saya). Buku setebal 112 halaman ini berisi lelucon yang keluar dari mulut Totti atau lelucon-lelucon tentang Totti. Totti bahkan dicantumkan sebagai penulis buku itu.

Apa hasilnya? Dua pekan setelah terbit pertama kali pada 16 Juni 2003, buku itu sudah laku hampir 430 ribu eksemplar.

Buku itu diterbitkan bukan tanpa maksud. Seluruh keuntungan buku itu akan digunakan untuk membantu sebuah program kemanusiaan di beberapa negara, dari membangun panti jompo di Roma sampai membantu program UNICEF di Kongo.

Setahun sebelumnya, Totti memang menjadi duta UNICEF. Dan UNICEF sendiri sangat kaget bahwa lelucon-lelucon tentang Totti sangat laris di pasaran. UNICEF menerima banyak uang dari keuntungan penjualan buku tersebut.

Donato Lodi, Humas UNICEF, mengatakan bahwa tidak ada satu orang pun yang mengira Totti akan menerima lelucon-lelucon tentang dirinya dengan cara demikian. "Semua orang punya dugaan bahwa Totti akan bereaksi negatif. Ternyata tidak. Sangat mengejutkan bagi banyak orang. Ini menghadirkan perspektif yang berbeda terhadap Totti sebagai pribadi," kata Lodi.

Sterereotipe perihal Totti (di luar lapangan) sebagai orang yang bodoh dan naïf ternyata tak membuatnya marah. Dia tak pernah menganggap lelucon-lelucon itu sebagai sesuatu yang kelewat serius. Reaksinya atas tawaran menerbitkan buku tentang lelucon-lelucon tentang dirinya menjelaskan bahwa dia menerima begitu saja lelucon-lelucon itu.

Alih-alih mengelak dan menampik bahwa lelucon-lelucon itu sebagai hal yang tidak benar, Totti malah menerimanya begitu saja, dan dengan itu Totti justru melampaui stereotipe kebodohan dan kenaifan yang dilekatkan padanya secara serampangan. Dengan itulah Totti memperlihatkan bahwa dia punya selera humor yang luar biasa. Tak semua orang bisa terima begitu saja ditertawakan atau dijadikan lelucon.

Dalam sebuah buku berjudul This is Not the End of the Book, yang memuat percakapan antara Jean-Claude Carrière dan Umberto Eco (seorang novelis dan pemikir semiotika dari Italia), terdapat sebuah bab berjudul "Stupidity" (Kebodohan).

Bab yang dengan bagus dan penuh rasa humor berbicara tentang kebodohan, kenaifan dan kepalsuan itu ditutup oleh pernyataan menarik dari Eco tentang Fransesco Totti. Bagi Eco, reaksi Totti terhadap lelucon (yang beberapa di antaranya lahir dari kebencian terhadap Totti ) adalah contoh yang luar biasa bagaimana manusia semestinya memperlakukan lelucon (he, Totti, reacted superbly). Dan dengan itulah, kata Eco, orang-orang akan dengan cepat mengubah pikirannya tentang Totti ("people soon changed their minds about him").

Umberto Eco terkenal karena novel gigantik berjudul The Name of the Rose. Novel berlatar Eropa di Abad Pertengahan itu dengan cerdas memperlihatkan pentingnya humor dan lelucon bagi kemanusiaan dan peradaban. Salah satu kalimat terpenting dari novel Eco itu berbunyi: "Agaknya misi yang harus diemban oleh mereka yang mencintai kemanusiaan adalah untuk membuat manusia menertawakan kebenaran, membuat kebenaran tertawa, karena itulah satu-satunya cara untuk membebaskan kita dari nafsu yang tergila-gila pada kebenaran."

Totti, dengan cara yang sederhana dan jauh dari sophisticated, sudah dengan baik memperlihatkan contoh betapa pentingnya tertawa dan humor. Totti memperlihatkan dengan baik bahwa sebaiknya-baiknya humor adalah lelucon yang menertawakan diri sendiri. Sebab seburuk-buruknya lelucon adalah yang menertawakan kelemahan dan cacat orang lain, sebab sebrengsek-brengseknya lelucon adalah menertawakan kekurangan-kekurangan (fisik) orang lain.

Karena tawa bisa membebaskan kita, setidaknya bisa membebaskan Totti.

Selamat ulang tahun, Pangeran Roma. Panjang umur, Er Pupone (The Big Baby)!

baca juga:

Francesco Totti dan Tawa yang Membebaskan Kita
Lelucon-lelucon tentang Francesco Totti
Tiga Gol Penting Francesco Totti
Francesco Totti, Sosok Nyata Tua-tua Keladi

Komentar