Ketika Scholes Bicara Blak-blakan Tentang Sir Alex Ferguson

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ketika Scholes Bicara Blak-blakan Tentang Sir Alex Ferguson

Paul Scholes baru saja menulis sebuah kolom di media Inggris, Independent. Dalam kolomnya tersebut, ia menceritakan bagaimana seorang Sir Alex Ferguson sangat berjasa besar karir pesepakbola asal Inggris tersebut.

Scholes selalu menuruti setiap kata yang diucapkan Fergie. Dan karena ini, ia tak pernah bermain tanpa persiapan atau melupakan tanggung jawabnya yang bermain untuk Manchester United.

Bagaimana cara Fergie menyiapkan para pemainnya? Scholes mengatakan bahwa setiap hari pertandingan yang digelar di Old Trafford, para pemain diwajibkan sudah hadir di kantor stadion pada pukul 12.30 siang. Fergie berbicara dengan satu per satu pemain di ruangan tersebut.

Dalam pembicaraan itu, para pemain diberi tahu bahwa hari ini pemain tersebut bermain atau tidak. Pembicaraan saat itu pun digunakan Fergie untuk memberi tahu peran seorang pemain pada pertandingan tersebut. Hingga pukul 13.30, di mana asisten manager United, Mike Phelan, menginstruksikan semua pemain beserta Fergie untuk segera ke ruang ganti.

Di ruang ganti, Fergie memberikan teamtalk menjelang pertandingan. Menurut Scholes, Fergie bisa mengubah suasana laga melawan tim kecil seperti suasana laga pertandingan final Piala Dunia. “Bermainlah seperti tim divisi tiga yang bermain di Old Trafford! Tapi buktikan jika kalian memiliki kemampuan lebih. Dan jika kalian behasil menang, maka itu adalah bukti dari kemampuan lebih kalian!”

Dalam teamtalk itu pun Fergie coba membangun chemistry antar pemainnya, “Lihat sekelilingmu. Lihat orang-orang yang ada di sampingmu. Kalian semua tahu bahwa kalian bisa mempercayai satu sama lain. Kalian semua tahu, bahwa mereka tak akan membiarkanmu terjatuh.”

Soal memotivasi pemain, apa yang dikatakan Scholes memang benar adanya. Ferguson memang tipikal manajer yang bisa memotivasi para pemainnya. Dalam buku otobiografinya, ia menjelaskan caranya membangkitkan semangat seorang pemain yang kepercayaan dirinya sedang goyah.

“Ketika saya harus berbicara dengan pemain yang prestasinya tak sesuai harapan, saya boleh jadi akan berkata: ‘itu tadi sampah!’ Tetapi, saya melanjutkannya dengan, ‘untuk ukuran pemain sehebat kamu.’ Lanjutannya itu berfungsi untuk membantu mereka bangun sesudah pukulan awal. Kritik, lalu diimbangi dengan dukungan.” Ujar Fergie seperti yang tertulis pada bab 18 dalam otobiografinya.

Namun Scholes pun menceritakan ada kalanya Sir Alex sedang tak berada dalam mood terbaiknya. Dalam beberapa kesempatan, biasanya bukan pertandingan big match, Ferguson akan masuk dengan muka memerah (karena marah) dan kemudian hanya berkata, “Bermainlah dan kalahkan mereka!”, sepatah kalimat lalu pergi.

Dalam tulisannya itu pun Scholes memberikan tanggapannya terhadap klub-klub Premier League yang meski tak memiliki banyak pemain bintang, tapi mampu mengalahkan tim top EPL. Misalnya Leicester City, West Bromwich Albion, dan West Ham, serta Stoke City.

Ia memberikan kredit khusus pada manajer-manajer tim tersebut yang mampu memotivasi para pemainnya sehingga timnya tampil hebat dan bermain tak kenal menyerah.

Scholes mencontohkan bagaimana Nigel Pearson, manajer Leicester City, yang menginstuksikan para pemainnya untuk tak kenal lelah menyerang United. Dan dengan taktik yang tepat, United berhasil dijungkalkan meski Leicester sempat tertinggal 1-3.

Di akhir tulisannya, ia menceritakan bahwa sebenarnya ia tak menyangka bisa menjadi Scholes seperti sekarang ini. Ia pun mengenang kejadian 20 tahun lalu di mana ia menjalani debut bersama United kala melawan Port Vale di ronde kedua kompetisi Piala Liga.

Saat itu, Scholes yang masih berusia 19 tahun itu mendapatkan kesempatan bermain setelah Ferguson mengistirahatkan banyak pemain andalannya. Bersama Gary Neville, David Beckham, Nicky Butt, Simon Davies dan Keith Gillespie, Scholes mampu mengalahkan Port Vale dengan skor 2-1, di mana Scholes memborong kedua gol yang diciptakan United.

foto: flickr.com

Komentar