Kisah Zlatan Ibrahimovic dan Ajax Amsterdam

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kisah Zlatan Ibrahimovic dan Ajax Amsterdam

Perasaan para pendukung Ajax yang memenuhi stadion Amsterdam Arena malam kemarin (17/9/2015) campur aduk. Di satu sisi, mereka antusias menyambut Ajax pada kompetisi Liga Champions yang menghadapi Paris Saint-Germain. Namun di sisi lain, mereka pun kembali menyaksikan Zlatan Ibrahimovic secara langsung yang bisa membuat mereka kembali bernostalgia dengan momen kala Ibra masih berseragam putih strip merah kebanggaan Amsterdam.

Ya, Zlatan pernah menjadi idola publik Ajax pada periode 2001 hingga 2004, periode yang cukup menyenangkan untuk dikenang. Misalnya, ketika Zlatan mencetak gol seperti Maradona, di mana ia mampu melewati beberapa pemain sebelum menceploskan bola ke gawang NAC Breda. Konon gol ini disebut-sebut gol terbaik Ajax Amsterdam sepanjang sejarah.




Namun tak hanya gol ini saja yang menjadi kenangan publik Amsterdam. Nyatanya ada kisah menarik yang `dipersembahkan` Zlatan kala berseragam Ajax, yang sepertinya tak mungkin bisa dilupakan begitu cepat oleh para pendukungnya.

Zlatan dan Gunting

Seperti yang kita ketahui, Zlatan identik dengan sosok bengal, kasar, dan kejam. Dan hal tersebut tampaknya merupakan dampak apa yang terjadi dengan Zlatan saat masih di Ajax. Terlebih ketika ia bersaing dengan Ahmed Hossam Mido, penyerang andalan Ajax pada 2001.

Co Adriaanse, manajer Ajax saat itu, tak begitu memercayai Zlatan untuk masuk bermain di tim utama. Adriaanse tak peduli dengan Direktur Sepakbola, Leo Beenhakker, yang mengusulkan Zlatan untuk lebih sering mendapat kesempatan bermain karena dibeli dengan harga yang cukup mahal, 8 juta euro. Adriaanse lebih mempercayai Mido.

Lalu terjadi pergantian manajer karena prestasi Ajax tak begitu baik. Ronald Koeman ditunjuk sebagai suksesor Adriaanse. Dan sejak saat itulah Ibrahimovic mulai mendapat banyak kesempatan bermain.

Mido mulai merasa tersaingi dan semakin iri akan kedekatan Koeman dan Zlatan. Hingga pada suatu hari, ruang ganti Ajax Amsterdam berubah menjadi penuh dengan tangan-tangan yang bergemetar karena Mido tak mampu lagi mengontrol emosinya. Ia melemparkan sebuah gunting ke arah Zlatan, untungnya tak sedikit pun mengenai Zlatan.

"Saya beranjak, dan memberinya sebuah pukulan. Tapi sepuluh menit kemudian, kami berdua keluar ruangan dengan saling merangkul satu sama lain," tulis Zlatan dalam autobiografinya yang berjudul I Am Zlatan. "Lalu kemudian manajer kami menyimpan gunting tersebut sebagai souvenir untuk ditunjukkan pada anak-anaknya."

Hubungan keduanya memang kembali normal, namun Mido terpaksa harus mengungsi ke tim reserves sebagai hukuman atas apa yang dilakukannya tersebut. Sejak saat itu, secara reguler Ibrahimovic bermain sebagai pemain utama Ajax Amsterdam asuhan Ronald Koeman.

Zlatan dan Kecemburuan van der Vaart

Menjadi pemain utama, Zlatan membuktikan kualitasnya dan menjadi andalan di lini depan Ajax Amsterdam. Ia mencetak gol kemenangan saat final Piala Belanda pada 2002, ia mengantarkan Ajax mencapai perempat final Liga Champions pada 2003, dan ia juga berhasil mempersembahkan trofi Eredivisie pada 2004, di mana saat itu Zlatan menjadi pencetak gol terbanyak liga.

Bersamaan dengan pencapaian yang diraihnya itu, Zlatan kembali bermasalah dengan rekan setimnya. Kali ini ia berkonflik dengan Rafael van der Vaart, pemain binaan Ajax yang menjadi idola publik Amsterdam.

Beberapa sumber menyebutkan perseteruan keduanya dilandasi faktor kebintangan masing-masing pemain, merasa yang paling berguna untuk tim. Sumber lain mengabarkan perselisihan keduanya diakibatkan oleh masalah pribadi, yang konon mereka terlibat cinta segitiga dengan Sylvie Meis, kekasih van der Vaart yang juga seorang presenter TV. Van der Vaart menuduh Ibrahimovic memiliki suatu hubungan dengan kekasihnya tersebut.

Entah ada hubungannya atau tidak, keduanya terlibat dalam perselisihan besar kala tim nasional Belanda menghadapi Swedia pada sebuah laga persahabatan. Pertandingan yang terjadi pada 2004 itu berada dalam tensi tinggi. Apalagi ketika van der Vaart berhasil merebut bola dari kaki Ibra di sekitar kotak penalti Belanda. Mendapati hal tersebut, Ibra lantas melakukan tackle yang berbahaya dengan menyerang engkel rekan setimnya di Ajax itu.

Kejadian ini baru mencapai puncaknya kala keduanya kembali ke Ajax. Dalam sebuah team meeting bersama sang manajer Ronald Koeman, Van der Vaart meminta penjelasan dan menginginkan permohonan maaf dari Zlatan karena ia mengalami cedera atas perbuatannya tersebut.

Namun Van der Vaart tak mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam auto biografi Zlatan, Zlatan menjawab apa yang diinginkan van der Vaart dengan perkataan: "Jika kamu menuduh saya lagi, saya akan mematahkan kedua kakimu!"

Atas kejadian ini, keharmonisan dalam skuat Ajax mulai pecah. Ajax memerlukan sebuah solusi agar dua bintangnya ini tak berbuat onar dalam tim, dan mereka tak mau berlama-lama dalam situasi seperti ini. Hingga pada akhirnya, manajemen Ajax menerima tawaran Juventus untuk Zlatan pada deadline bursa transfer musim panas 2004.

***

Zlatan memang seorang pemain yang tak lepas dari kontroversi. Namun di samping kontroversi yang dilakukannya, kita tak memungkiri bahwa ia adalah pesepakbola dengan talenta yang luar biasa. Rasanya mustahil akan muncul pesepakbola lain dengan talenta seperti Zlatan.

Pun begitu bagi Ajax. Meski Ibra berkali-kali menjadi pemberitaan media karena ulahnya, ia tetaplah seorang pemain yang dibanggakan oleh para pendukung Ajax Amsterdam. Maka tak heran Amsterdam Arena menyajikan sebuah banner bertuliskan "Welcome Back Son Of God!!".

>September 17, 2014



foto: flickr.com

Komentar