Upaya Inzaghi Memaksimalkan Taktik dengan Pemain Seadanya

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Upaya Inzaghi Memaksimalkan Taktik dengan Pemain Seadanya

AC Milan kembali melanjutkan trend kemenangan dini hari tadi setelah sukses menekuk Parma dengan skor tipis 4-5 di Stadion Ennio Tardini. Ada satu hal menarik yang perombakan taktik yang dilakukan Inzaghi di laga ini. Kehilangan El-Sharaawy malah mampu membuat permainan AC Milan dari defensive menjadi offensive lewat umpan-umpan pendek di area final third lawan.

Saat melawan Lazio, Milan cenderung mengandalkan counter attack. Karena dia punya El Sharaawy yang punya kecepatan. Di laga melawan Parma, sang pengganti yakni Bonaventura tak memiliki kelebihan tersebut.

Penyerang ini lebih bertipikal sebagai eksekutor ketimbang memerankan pemain no.10. Dia jarang memegang bola, namun sekali mendapat bola dia mampu jadi eksekutor yang baik. Kerjasamanya dengan Keisuke Honda di sayap kanan mampu mencatatkan nama Bonaventura di papan skor.

Selain mencermati peran Bonaventura di AC Milan, satu hal menarik untuk disoroti adalah respon Inzaghi saat timnya bermain dengan 10 Pemain. Petaka bagi Milan terjadi pada menit ke-58. Setelah Daniele Bonerra menahan bola dengan tangannya di luar kotak penalti. Bonera pun diusir karena akumulasi kartu kuning, setelah di babak pertama dia diganjar hukuman yang sama.

Kalah jumlah pemain membuat Inzaghi menarik Honda dan memasukan Adil Rami – seorang centerback untuk menutup kehilangan Bonera. Di saat bersamaan, Alex pun digantikan oleh Cristian Zapata. Alhasil Milan menambah dua centerback baru di lini belakang. Setelah kelemahan lini belakang teratasi, Inzaghi pun mulai membenahi lini serang.

Setelah Honda ditarik otomatis transformasi formasi Milan menjadi 4-1-3-1 dengan Bonaventura yang didorong ke tengah disejajarkan dengan Andrea Poli dan Sulley Muntari. Kondisi ini membuat Milan amat bergantung pada De Jong dan Menez. De Jong sebagai pengalir dari belakang ke depan, dan Menez sebagai ujung tombak Milan.  Lewat skema serangan balik taktik ini membuahkan gol.

Dengan skema bertahan Milan otomatis mengandalkan kekuatan pressing kepada Parma. Gangguan inilah yang membuat Milan berhasil mencetak gol pada menit ke-68. Dan lagi-lagi alur serangan itu berawal dari Nigel De Jong .

Transisi formasi 4-3-3 menjadi 4-1-3-1 yang dilakukan Inzaghi jadi salah satu kunci betapa efektifnya serangan balik yang dilakukan oleh Milan. Kunci kesuksesan itu terdapat pada peran Menez yang meskipun diplot sebagai ujung tombak namun sesekali dia sering memerankan false nine dan menarik bek Parma untuk jauh naik ke depan.

Tertariknya bek inilah yang membuat Milan dengan mudah mencetak gol ke gawang Parma. Tiga gol yang masing-masing di cetak oleh Honda, De Jong dan Bonaventura terjadi akibat skema ini.

Kemenangan di dua laga serie A bukan jaminan Milan bisa meraih juara. Namun jika menilik responsifitas Inzaghi dalam soal perubahan taktik pada laga melawan Lazio dan Parma, setidaknya kita patut mewaspadai Milan tampaknya akan jadi kuda hitam dikompetisi serie A musim ini.

Komentar