Match Analysis Arsenal vs Manchester City

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Match Analysis Arsenal vs Manchester City

Hasil imbang dengan skor 2-2 harus terjadi di Stadion Emirates, tadi malam. Arsenal harus membagi angka sama dengan sang tuan rumah Manchester City. Sebuah hasil yang buruk bagi Arsenal karena seri ini Ini merupakan hasil ketiga kalinya secara beruntun yang di raih mereka.

Dengan formasi 4-1-4-1 Wenger memasang Wilshere-Ramsey di tengah dan mengembalikan Ozil ke posisi sayap. Sedangkan Mathieu Flaminidiplot gelandang bertahan.

Di kubu lawan, Manuel Pellegrini, lebih memilih Frank Lampard ketimbang Yaya Toure yang belum fit. Di lini depan dia tak memainkan dua striker seperti biasanya, dia lebih memilih memasang Aguero sebagau ujung tombak dan Silva sebagai pemain no 10.

Kombinasi Alexis Sanchez, Aaron Ramsey, Jack Wilshere, dan Mesut Oezil mampu mengacak-acak lini tengah City pada awal babak pertama. Lampard belum bisa mengemban tugas Yaya. Wajar saja mengingat saat di Chelsea dia lebih pasif menunggu di tengah sambil menyuplai bola. Di City dia harus aktif dalam menyerang dan bertahan.  Dan di laga tadi malam dia gagal.

Kehadiran Lampard malah memudahkan empat gelandang Arsenal tersebut menusuk langsung lewat tengah.Sebanyak 41 persen serangan Arsenal dimulai dari tengah, dan 32 persen dari sisi kanan.Arsenal jarang menyisir sayap kiri yang ditempati Sanchez, karena ia sering menjemput bola ke bawah, dan memulai serangan lewat tengah.

Serangan sayap Arsenal mulai gencar di pertengahan babak pertama. Dua fullback sering naik karena empat gelandang Arsenal lebih sering bergerak ke tengah ketimbang menyisir sayap.  Naiknya fullback ini malah jadi blunder tersendiri. Gol yang dicetak Aguero berawal dari kesalahan Monreal yang telat mundur.

Wenger sebenarnya berjudi dengan memasangkan Flamini sebagai gelandang bertahan, ketimbang Mikel Arteta. Perjudian tersebut tak berbuah manis karena Flamini menjadi titik lemah Arsenal.

Wenger sepertinya ingin Flamini berperan seperti Xabi Alonso di Bayern Munich, yang melapis tiga bek Bayern. Sehingga, saat yang lain fokus menyerang, Flamini tetap berjaga di depan, atau sejajar dengan Koscileny dan Mertesacker.

Kenyataannya, Flamini berada di area yang bukan menjadi daerah operasi para pemain City.Bola lebih sering lewat di kepalanya, atau meluncur dari sisi lapangan. Flamini jarang berduel dengan Lampard ataupun Fernandinho.

Ia pun seringkali melepas Aguero untuk langsung berhadapan dengan bek Arsenal.Semalam, Arsenal seolah membiarkan para pemain City bergerak bebas membawa bola, tanpa ada pengawalan yang teramat ketat. Gol pertama City terjadi karena kesalahannya dalam mengantisipasi bola karena dia melepaskan penjagaan pada Aguero yang berhasil mencetak gol.

Arsenal sebenarnya tidak bermain buruk. Mereka bahkan memberikan asa bagi fans karena padunya trio Sanchez, Ramsey, dan Wilshere di lini tengah. Penampilan Oezil memang tidak akan mencapai puncak, jika Wenger terus memaksanya bermain sebagai pemain sayap.

Di kubu City, kehilangan Toure berpengaruh banyak pada suplai bola ke lini depan. Beruntung, Navas dan Milner menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka menjadi pusat serangan City di kedua sisi. Permainan menekan ala City membuat alur bola Arsenal lebih sering terhenti sebelum masuk kotak penalti.

Komentar