Simone Zaza, Harapan Baru Negeri Pizza

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Simone Zaza, Harapan Baru Negeri Pizza

Saat pecinta sepakbola disuguhkan pertandingan internasional, nama Antonio Conte yang menjalani debutnya sebagai pelatih tim nasional Italia cukup menyita perhatian. Apalagi setelah mantan pelatih Juventus itu menorehkan kemenangan di dua laga yang dijalaninya (Belanda dan Norwegia ditekuk 2-0), hasil tersebut membuktikan kualitas Conte sebagai pelatih top.

Di Italia, tak hanya Conte yang menjadi perbincangan. Dari dua laga itu pula muncul nama lain yang kini menjadi buah bibir publik negara pizza tersebut. Sebuah nama yang secara tiba-tiba menjelma menjadi andalan di lini depan tim nasional Italia dengan mencetak satu gol dan dua assists pada dua laga pertamanya tersebut. Ia adalah Simone Zaza.

Namanya memang cukup asing di telinga kita. Maklum, selama karirnya, pemain berusia 23 tahun ini lebih sering malang melintang bersama klub-klub semenjana Italia. Setelah direkrut Sampdoria dari Atalanta, Zaza kemudian dipinjamkan ke Juve Stabia, Viareggio, dan Ascoli di Serie B.

Lalu tibalah masa di mana Juventus merekrutnya pada awal musim lalu. Pembelian ini dilakukan atas saran Beppe Marotta dan Fabio Paratici, Direktur Olahraga Juventus. Keduanya memang tak asing dengan sosok Zaza, karena ketika Marotta dan Paratici masih menjadi direktur olahraga di Sampdoria, mereka lah yang merekrut Zaza dari Atalanta.

Namun karena Juve merasa kualitas Zaza belum layak bermain di tim utama, BIanconeri menerima tawaran Sassuolo yang membeli setengah kepemilikan Zaza. Dan di Sassuolo, Zaza secara reguler bermain bersama tim utama Sassuolo, di mana ia mencetak 9 gol dan dua assists dari 34 penampilannya sepanjang musim.

Bersama Sassuolo, Zaza kalah pamor oleh tandemnya yang juga setengah kepemilikannya dimiliki Juventus, Domenico Berardi. Tapi uniknya, manajemen Sassuolo justru malah membeli kepemilikan penuh Zaza daripada Berardi pada awal musim ini. Meskipun begitu, Juve masih mendapatkannya dengan klausul pembelian kembali Zaza sebesar 14 juta euro pada 2015, atau 18 juta euro pada 2016.

Antonio Conte pun ternyata memiliki insting serupa dengan manajemen Sassuolo. Conte lebih memilih Zaza yang dipanggil ke skuat tim nasional Italia dibanding Berardi yang secara statistik lebih unggul (Musim lalu Berardi mencetak 16 gol dan 9 assists). Selain kondisinya yang kurang fit, usia Berardi yang masih 20 tahun dikabarkan menjadi alasan Conte tak memanggilnya ke timnas senior.

Tak ada Berardi di timnas, Zaza berduet dengan top skorer Serie A musim lalu, Ciro Immobile. Keduanya tampil kompak dan berkali-kali membahayakan gawang Belanda dan Norwegia. Bahkan ketika melawan Belanda, gol yang dicetak Immobile tercipta melalui assist yang diberikan Zaza.

Berkat kordinasi keduanya, tim nasional Italia pun seolah melupakan sosok Mario Balotelli yang biasanya menjadi tumpuan di lini depan. Ya, sejak Conte menangani timnas Italia, Super Mario tak mendapat tempat dalam skuat timnas Italia pada dua laga tersebut.

Maka tak pelak publik Italia membandingkannya dengan Balotelli. Tipikal permainannya yang handal sebagai target man memang sedikit banyak mirip dengan gaya bermain Balotelli. Bedanya, Zaza yang di timnas Italia memakai nomor punggung tujuh ini lebih ngotot, pekerja keras, dan bisa bermain secara tim dengan baik, di mana hal-hal tersebut tak dimiliki oleh seorang Balotelli.

Secara taktikal pun Zaza cukup fleksibel. Bersama Sassuolo, Zaza bermain sebagai penyerang tengah dalam skema tiga penyerang. Di tim nasional Italia, ia pun tak kesulitan untuk bermain dengan skema dua penyerang.

Berdasarkan catatan di atas, maka tampaknya tim nasional Italia telah menemukan bintang baru dalam diri Zaza. Belum lagi dengan usianya yang masih muda memberikan angin segar bagi regenerasi sepakbola Italia, di mana biasanya skuat Itala selalu dihuni oleh pemain-pemain senior.

foto: calciomercato.it

Komentar