Mewaspadai Gangguan Mental Para Pemain Sepakbola

Sains

by Redaksi 47

Redaksi 47

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mewaspadai Gangguan Mental Para Pemain Sepakbola

Beberapa hari yang lalu kita sempat dihebohkan oleh pengakuan legenda sepakbola Argentina, Gabriel Omar Batistuta, yang mengatakan bahwa ia sempat meminta dokter untuk mengamputasi kakinya.

Batistuta menceritakan bahwa dia mengalami cedera yang sangat parah pasca memutuskan untuk pensiun. Pemain yang mendapat julukan Batigol ini merasa tak tahan menghadapi kondisinya itu hingga berpikir mengamputasi adalah jalan terbaik.

Beruntung ketika itu Batistuta ditangani oleh dokter yang tepat. Dokter memberikan tindakan-tindakan yang mampu mengurangi penderitaan Batistuta. Hingga akhirnya, Batistuta dinyatakan sembuh dan tak lagi merasakan sakit pada kakinya.

Permasalahan yang terjadi pada Batistuta ini sekilas memang merupakan cedera akibat fisik yang dialami oleh pemain. Namun ketika sang pemain sampai mengalami frustasi dan hampir melakukan tindakan-tindakan yang diluar kewajaran, faktor mentallah yang berpengaruh.

Data soal kondisi pemain pada era sepakbola modern ini memang bisa didapatkan mudah. Para pelatih membutuhkan data ini untuk menganalisa kemampuan para pemainnya dan melakukan perkembangan. Banyak pihak lain yang membutuhkan data pemain untuk keperluannya masing-masing.

Hanya saja, sejauh ini sepakbola hanya menyajikan data-data kondisi fisik para pemain. Kita sering menemukan data VO2max, Vertical Jump maksimal, kecepatan sprint, dan lain-lainnya. Sulit rasanya untuk menemukan data kondisi mental yang dialami para pemain saat bertanding ataupun selama karirnya di sepakbola. Penelitian soal kondisi mental para pemain pun masih belum banyak dilakukan. Padahal faktor mental juga merupakan hal yang penting bagi pemain sepakbola.

Memang tidak banyak laporan soal gangguan mental yang terjadi pada pemain sepakbola. Tidak seperti laporan cedera fisik yang akan selalu ditemukan setiap harinya. Tidak banyak yang membicarakan soal gangguan mental para pemain sepakbola.

Namun jarangnya muncul laporan ini bukan berarti pemain sepakbola memiliki kondisi mental yang baik. Menurut catatan World Health Organization (WHO) tahun 2010, sebanyak 1 dari 4 orang yang ada di dunia ini pernah mengalami satu kali atau lebih penyakit gangguan mental dalam hidupnya. Hanya saja tidak semuanya terdeteksi, karena tidak seperti sakit pada fisik, sakit mental tidak terlihat oleh mata dan sangat mudah untuk disembunyikan oleh para penderitanya.

Hal ini sangat mungkin juga terjadi pada pemain sepakbola. Tidak seperti cedera fisik yang banyak dialami pemain sepakbola dalam karirnya, gangguan mental tidak bisa dideteksi dengan mudah. Maka dari itu, tidak banyaknya laporan cedera mental dari pemain sepakbola selama ini mungkin karena memang tidak ada pemeriksaan yang serius pada kondisi mental para pemain.

Hasil survey yang dilakukan oleh FIFPro ternyata sejalan dengan kecurigaan ini. FIFPro melakukan survey kepada 180 pemain profesional yang masih aktif, 40 diantaranya menunjukan tanda-tanda depresi dan kecemasan. Hasil survey yang juga dilakukan FIFPro pada pemain yang sudah pensiun bahkan dikatakan menunjukan hasil yang lebih buruk dari itu. Kasus yang dialami Paul Gascoigne bukan tidak mungkin juga merupakan akibat tekanan mental yang dialaminya.

FIFPro Chief Medical Officer, Dr Vincent Gouttebarge, mengatakan, "Tidak seperti yang kita lihat dari luar, kehidupan pada pemain sepakbola tidak sebaik yang kita kira. Mantan pemain sepakbola bahkan melaporkan lebih banyak masalah mental, hal ini menunjukan bahwa masa setelah pensiun menjadi masa krusial dalam kondisi mental para pemain."

Sepakbola Jerman sempat digegerkan oleh dua kejadian bunuh diri pemainnya. Mungkin yang terdengar oleh kita hanya kasus Robert Enke yang bunuh diri pada tahun 2009. Beberapa hari setelah Robert Enke melakukan aksi nekatnya ini sebenarnya ada pengakuan dari mantan pemain FC St. Pauli, Andreas Biermann, soal kondisi dirinya yang juga tengah mengalami depresi. Biermann sempat dirawat inap untuk mengobati kondisinya tersebut. Hanya saja kemudian Biermann memutuskan untuk bunuh diri pada 18 Juli 2014 lalu.

Selain itu, sepakbola Inggris juga sempat heboh soal kematian Gary Speed. Mantan pemain Newcastle United  memutuskan untuk mengakhiri hidupnya pada tahun 2011.

Tidak mau menghdapi kondisi yang lebih buruk, FIFA akhirnya mulai serius menangani hal ini. FIFA baru saja membuka topik pembahasan baru mengenai “Mental Health and Sport”. Peraih 3 penghargaan pemain terbaik wanita yang juga merupakan sarjana Psikologi di Jerman, Birgit Prinz, diberikan kepercayaan untuk memimpin proyek baru ini.

“Kondisi mental merupakan hal yang penting dalam performa seorang pemain sepakbola saat di lapangan maupun di luar lapangan. Sama pentingnya dengan kondisi fisik dan teknik mereka,” kata Prinz. “Hanya saja kini tidak banyak latihan spesifik yang serius untuk meningkatkan kondisi mental para pemain. Kebanyakan tim selalu berasumsi bahwa pemain mereka memiliki kondisi mental yang baik. Dari hasil pengalamanku, penting untuk mengetahui kondisi mental para pemain,” lanjutnya.

Dengan tekanan karir yang sangat berat dan tuntutan untuk selalu berpresatasi, sangat wajar jika pemain sepakbola menerima beban mental yang berlebih. Maka dari itu sudah seharusnya setiap tim lebih peduli soal kondisi mental para pemainnya. Dengan kondisi mental yang lebih baik, tentu tim juga akan mendapatkan manfaat dengan performa para pemain yang lebih baik.

Komentar