Memprediksi Peran Toni Kroos di Lini Tengah Real Madrid

Taktik

by Aqwam Fiazmi Hanifan

Aqwam Fiazmi Hanifan

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Memprediksi Peran Toni Kroos di Lini Tengah Real Madrid

Toni Kroos adalah tumpuan Jerman merengut Piala Dunia tahun ini. Kapasitasnya itulah yang membuat Real Madrid merekrutnya dengan mahar £ 20 juta. Bagi Presiden Real Madrid, Florentino Perez tak masalah jika dia harus kembali menambah pemain bintang ke Madrid. Keberadaan gelandang-gelandang kelas wahid dari mulai Sami Kheidira, Xabi Alonso, Luka Modric hingga pemain muda seperti Casemiro dan Assier Illaramendi tak menghalangi Perez mendatangkan Kroos.

Yang jadi masalah mungkin akan membuat pusing pelatih Carlo Ancelotti. Untuk memahami dimanakah posisi Kroos akan paten ditempatkan maka kita harus mempertimbangkan formasi yang akan Ancelotti pakai. Formasi itu nantinya harus mampu menampung semua bakat individu bintang-bintang di Madrid menjadi kerangka sistem kerja yang terstruktur.

Sebuah prediksi masuk akal menempatkan Bale, Ronaldo dan Benzema sebagai pemain depan yang tak akan tergantikan. Karena itu wajar jika James Rodriguez dipasang agak lebih dalam oleh Anceloti di tengah, memerankan pemain Nomor 10 pada sistem 4-3-3 atau 4-2-3-1. Dengan skema ini, Ancelotti akan memakai dua poros ganda meskipun dia menggunakan formasi 4-3-3.

Setelah Alonso hengkang ke Bayern dan Casemiro yang dipinjamkan ke Porto, Madrid masih punya memiliki banyak pilihan untuk dua posisi tersebut.  Modric, Khedira, Illarramendi dan Kroos akan bersaing untuk dua posisi itu.

Seperti diketahui, kekuatan inti Madrid adalah  serangan balik mereka di posisi sayap yang mungkin adalah sayap terbaik di dunia. Jarang ada tim yang memiliki kesepatan transisi serangan balik seperti Real Madrid.  Sistem ini jadi andalan Jose Mourinho selama menangani Madrid. Antitesis dari sistem ini terasa saat musim ketiga Mou bersama Madrid yakni dengan sikap lawan selalu memberikan penguasan bola ke Madrid dan menerapkan garis pertahanan yang rendah.

Masalah semua ini tentunya adalah masalah di lini tengah. Di La Liga sendiri mungkin hanya beberapa tim yang akan menerapkan gaya terbuka. Sisanya tentu saja bermain defensif dengan mengandalkan serangan balik. seperti yang dilakukan Real Sociedad, akhir pekan lalu.

Untuk menghadapi lawan yang memainkan blok rendah, Ancelotti berusaha mengatasi masalah itu di musim pertamanya dengan memaksimalkan Luka Modric yang perannya didorong menjadi lebih bebas.

Lantas kedatangan Kroos dirancang untuk mengambil kekuatan di tengah ini lebih optimal. Kondisi ini memungkinkan Madrid mendominasi kepemilikan di area final third lawan hingga Kroos menahan bola sembari menemukan rekan setimnya di lini depan. Hal inilah yang terjadi pada UEFA Super Cup melawan Sevilla, pertengahan Juni lalu. 85 passes dan 14 longballs akurat memanjakan lini depan Madrid.

Kemampuan ofensif Kroos memang tak perlu ditanyakan. Namun masalah muncul dalam hal kemampuan bertahan. Seperti diketahui dengan menduetkan Modric dan Kroos, dua pemain beberapa kali membuat blunder dengan maju secara bersamaan. Dan membuat serangan balik yang dirancang lawan dengan mudah mengkondisikan gelandang/striker lawan berhadap-hadap langsung dengan bek tengah.

Lantas muncul sebuah pertanyaan, dalam hal bertahan bisakah Kroos menggantikan peran Alonso ? berdasarkan data whoscored musim lalu rataan passes/game Alonso mencapai 65 passes. Menjadi yang terbanyak di Madrid. Dalam soal bertahan dia membuat 1,5 intersepsi/game dan 2,4 tekel/game.  Menariknya saat Alonso bermain, poin defensif Madrid mencapai 2,38 poin/game. Angka ini jadi turun 2,08 poin/game saat Alonso absen.  Kesimpulannya, Alonso adalah kunci pertahanan Madrid.

Bisakah Kroos memenuhi peran defensif Alonso? Bersama dengan Bayern Kroos hanya mampu membuat 0,5 intersepsi/game dan 1,8 tekel/game. Sedikit membela Kroos, angka ini kecil karena Bayern dibawah Pep memang memainkan penguasaan bola yang cukup besar, karena itu tak relevan juga jika kita menganalisi defensif Kroos dari data-data ini.

Namun jika menganalisis, proses kebobolan yang dialami oleh Madrid di beberapa match terakhir terlalu mengandalkan duet Kroos dan Modric di tengah bisa jadi akan masalah bagi Don Carlo. Mengingat dua pemain yang memiliki karakter fisik dan agresif sama. Lantas jika duet dipaksakan tak ayal meski Madrid banyak mencetak gol tak mungkin juga mereka akan banyak mendapatkan kebobolan. Kita tunggu saja akhir musim nanti!

Komentar