Di Balik Invasi Timur Tengah dalam Dunia Sepakbola

Cerita

by redaksi

Di Balik Invasi Timur Tengah dalam Dunia Sepakbola

Ada nama baru di Major League Soccer (MLS), kompetisi sepakbola Amerika Serikat, yaitu New York City FC. Mereka tim yang baru dijadwalkan berlaga di MLS pada musim 2015 mendatang.

New York City FC berbeda dengan tim-tim baru lainnya. Jika biasanya tim baru identik dengan tim yang merintis dari bawah sebelum menjadi tim besar, New York City FC langsung mengupayakan diri untuk menjadi tim elit. David Villa dan Frank Lampard pun berhasil didatangkan.

Membuat sebuah tim baru lalu kemudian merekrut dua nama besar yang sudah barang tentu gajinya tinggi sepertinya hanya sedikit yang bisa melakukannya. Tapi jika melihat latar belakang New York City FC dan siapa pemiliknya, maka hal itu menjadi hal yang wajar. Karena New York City FC merupakan perpanjangan dari ‘bisnis’ yang dilakukan pemilik Manchester City, Sheikh Mansour, hartawan dari Timur Tengah.

Ini kian menegaskan ekspansi uang Timur Tengah dalam bisnis sepakbola. Indikasi besar pertama ketika Abu Dhabi United Group membeli Manchester City pada 2008. Tak butuh waktu lama mereka memberikan dampak signifikan bagi klub. Pemain-pemain bintang dan manajer top berhasil didatangkan. Investasi besar yang disuntikkan Sheikh Mansour berhasil menjadikan ‘Citizen’ kekuatan baru di Inggris. Dalam jangka waktu empat tahun, dua gelar liga dan tiga gelar domestik menjadi bukti nyata.

Kemudian klub asal Perancis melakukan hal yang sama. Pada musim panas 2011, perusahaan migas asal Qatar bernama Qatar Investment Authority (QIA) mengakuisisi kepemilikan Paris Saint-Germain. Mereka ingin menjadikan PSG menjadi klub yang paling ditakuti di dunia. QIA pun melakukan hal yang serupa dengan apa yang dilakukan Sheikh Mansour. QIA berinvestasi besar untuk mendatangkan pemain kelas wahid. Di antaranya, Zlatan Ibrahimovic, Thiago Silva, Edison Cavani dan Ezequiel Lavezzi.

Selain dua contoh di atas, ada cara lain para pemilik Arab memasuki bisnis sepakbola. Seperti yang dilakukan maskapai penerbangan resmi Dubai, Emirates. Emirates mengangkat pamor mereka dengan cara menjadi sponsor tim-tim elit Eropa. PSG, AC Milan, Real Madrid, dan Arsenal adalah tim-tim Eropa yang pada kausnya tertera ‘Fly Emirates”. Emirates juga telah menjalin hubungan penting dengan Arsenal. Kesepakatan jangka panjang dilakukan, dan menghasilkan stadion baru bagi Arsenal dengan hak penamaan stadion. Selamat tinggal Hghbury, kini era Emirates Stadium.

Qatar terus meningkatkan bisnisnya dengan melebarkan sayap. Pada tahun 2012, tim sepak bola lokal, KAS Eupen, dari divisi dua Belgia, dibeli oleh akademi olahraga nasional Qatar 'Aspire'. Hal ini tentunya mengejutkan banyak pihak karena biasanya perusahaan-perusahaan Qatar berinvestasi pada tim-tim besar. Ternyata ini dilakukan untuk menciptakan citra positif Qatar di mata dunia. Mereka ingin menjadikan KAS Eupen pusat dari pengembangan pemain dari akademi Aspire yang berada di Qatar dan Senegal. Mereka pun menggembar-gemborkannya dengan tagline ‘Qatar menyadari mimpi pemain!’.

Tujuan utama dari apa yang dilakukan Qatar ini sebenarnya adalah media. Dan beIN Sports berhasil menempatkan Qatar bersaing dengan Canal+, Fox Sports dan ART Sports. Bersama Al-Jazeera Sports, mereka berhasil mendapatkan tempat bagi pasar-pasar di Perancis, Amerika Serikat, Kanada, Hongkong dan Indonesia.

Untuk saat ini, uang bukanlah apa yang menjadi incaran utama para pengusaha Arab. Mereka saat ini sedang menunjukkan kekuatan Arab secara halus. Dan lewat sepakbola, mereka melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh politik.

foto: dailymail.co.uk

[ar]

Komentar