Ada Kesengsaraan di Kota Penghasil Bola

Cerita

by redaksi

Ada Kesengsaraan di Kota Penghasil Bola

Ada yang pernah mendengar Sialkot? Rasanya sedikit sekali orang yang mengetahui apa itu Sialkot. Ya, nama itu memang cukup asing di telinga kita.

Sialkot adalah sebuah kota di Pakistan yang memiliki penduduk sekitar 1,7 juta jiwa. Tempat ini dikabarkan merupakan tempat kelahiran negeri Pakistan karena sudah ada sejak empat abad sebelum masehi.

Yang menjadi menarik adalah, kota ini merupakan produsen bola sepak yang didistribusikan ke hampir setengah dunia. Menurut The Far Post, media asal AS, Sialkot menghasilkan 60 juta bola sepak setiap tahunnya.

Pada tahun ini, Sialkot pun kembali menjadi pusat perhatian global setelah menghasilkan bola Piala Dunia Brasil, Brazuca. Perusahaan Forward Sport sebagai produsennya bahkan mampu memenuhi permintaan dari Adidas dalam jangka waktu 33 hari untuk membuat Brazuca, bola enam panel yang disebut-sebut sebagai bola dengan design revolusioner. Tak heran sebenarnya karena Forward Sport sendiri menghasilkan 18 ribu bola setiap harinya yang juga digunakan pertandingan UEFA Champions League.

Cerita dominasi Sialkot dalam dunia sepakbola ini sudah dimulai sekitar 100 tahun yang lalu, ketika Pakistan masih berada di era kolonialisme Inggris. Saat itu seorang tukang sepatu lokal diminta untuk memperbaiki bola sepak milik seorang perwira Inggris.

Dari situ tukang sepatu itu pun mulai mencoba-coba menciptakan bola sepak. Lalu ketika ia berhasil, ia mencoba peruntungannya dengan menjajakan bola tersebut ke tentara-tentara Inggris.

Ternyata bola-bola buatan mereka itu cukup terpakai oleh para tentara Inggris. Sejak saat itu Sialkot pun mulai melebarkan sayapnya di dunia bisnis bola sepak. Menurut harian The Telegraph, kini lebih dari 200 pabrik dengan sekitar 2000 pusat penjahit ada di Sialkot.

Kemajuan bisnis negara Pakistan dikabarkan merupakan dampak dari keberhasilan bisnis ini. Harian Pakistan Today mengatakan, 99 persen dari produksi pabrik-pabrik (selain pabrik bola, ada juga pabrik pakaian dan alat olahraga lain) yang ada di kota Sialkot diekspor ke negara-negara di seluruh dunia. Miliaran dolar pun mengalir deras setiap tahunnya dari penjualan ini.

Hasilnya? Kini jalan-jalan di Pakistan telah diaspal, waralaba AS seperti McDonald mulai menjamur di beberapa kota. Padahal pada tahun 1965, daerah dekat Sialkot sempat mendapatkan serangan akibat konflik Pakistan dan India karena persengketaan wilayah Kashmir. Kota tersebut luluh lantah karena terjadi peperangan sengit selama enam tahun yang melibatkan tank-tank sehingga menghancurkan kota.

Pemilik-pemilik pabrik di kota Sialkot ini pun mulai ‘menampakkan diri’ dengan rumah-rumah mereka yang mewah bergaya Yunani bercat emas. Menurut The Far Post, beberapa rumah di sana bernilai lebih dari $2 juta, jauh lebih tinggi dari pendapatan per kapita Pakistan yang tak lebih dari $1,500 per tahun.

Namun, para pekerja di sana dikabarkan tak puas dengan bayaran yang mereka terima dari perusahaan. Pada 2010, The Telegraph mengatakan bahwa gaji yang diterima para pekerja Forward Sport tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka karena hanya mendapat $3,60 per hari.

Pada 2014, saat Forward Sport mendapatkan tender besar untuk membuat bola Brazuca, para pekerja pun dibayar dengan sangat rendah. Menurut Latin Post, para pekerja yang kebanyakan wanita ini hanya menerima 10.000 rupee atau sekitar $101 dalam satu bulan, lebih murah dari harga satu bola Brazuca yang harganya mencapai $139,9. Ya begitulah kejamnya dunia kapitalisme..

sumber. news.com.au

[ar]

Komentar