Antara Cristiano Ronaldo, Junk Food, dan ??Tanggung Jawab?? Sepakbola

Sains

by redaksi

Antara Cristiano Ronaldo, Junk Food, dan ‘Tanggung Jawab’ Sepakbola

Beberapa hari lalu di Jakarta, saya melintasi Jalan Gatot Soebroto dari arah Semanggi. Seperti biasa, jalanan padat pada jam pulang kantor sehingga perjalanan saya harus tersendat cukup lama. Pada tengah kemacetan seperti itu tidak banyak yang bisa saya lakukan. Dengan opsi yang terbatas, mendengarkan radio dan melihat keadaan sekitar jadi pilihan saya.

Di kanan dan kiri jalan itu memang hanya ada gedung-gedung perkantoran serta baliho-baliho di pinggir jalan. Dari sekian banyak baliho yang terpampang, terdapat satu yang menarik perhatian saya, yaitu tentang salah satu restoran cepat saji Amerika yang sudah sangat terkenal di Indonesia.

Sebenarnya sangat wajar restoran ini menampilkan iklannya dimana-mana. Namun menjadi satu hal yang luar biasa, buat saya, ketika Cristiano Ronaldo yang menjadi bintang iklannya.

Saya bukan fans Cristiano Ronaldo atau klub tempat pemain ini bermain, Real Madrid. Namun saya sangat hormat dengan sang pemain terbaik dunia ini. Bertahun-tahun saya mengikuti perkembangan karir pemain ini, dan banyak kisah-kisah menarik yang membuat saya beranggapan bahwa pemain ini adalah pemain yang luar biasa.

Misalnya saja latihan super keras dengan diet super ketat sehingga dirinya dapat menunjukkan permainan di level tertinggi secara konsisten selama 10 tahun terakhir. Atau tentang kegiatannya di luar lapangan, yang membuat Ronaldo sangat cocok menjadi role model bagi mereka yang ingin menjadi atlet.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Ronaldo sangat disiplin mengatur dirinya. Ia disiplin dalam mengatur jam tidur yang tidak terlalu larut dan bangun di pagi hari. Ia datang latihan paling awal dan pulang paling akhir serta mengambil porsi latihan lebih banyak dari yang lain. Belum lagi masalah pola makan Ronaldo yang sangat-sangat baik, membuatnya memiliki tubuh yang ideal bagi seorang pemain sepakbola.

Kegiatan-kegiatannya di luar lapangan, dalam membantu orang-orang kurang beruntung di berbagai penjuru dunia, juga membuat saya semakin hormat pada pemain asal Portugal ini.

Hal inilah yang membuat saya kemudian sedikit heran ketika Ronaldo bersedia untuk menjadi bintang iklan perusahaan restoran cepat saji tersebut. Buat saya, Ronaldo adalah atlet sepakbola paling ideal saat ini: memiliki skill tinggi, disiplin, cerdas, fisik prima, ambisius, dan perilaku positif di luar lapangan.

Namun saya terpaksa berpikir ulang tentang citra positif Ronaldo, ketika ia menjadi bintang iklan produk makanan cepat saji ini. Bagaimana mungkin seorang atlet yang sangat disiplin pada dirinya sendiri dan berambisi tinggi untuk membuat dirinya menjadi jauh lebih baik dengan berlatih, tapi mengajak orang lain untuk hidup tidak sehat?

Mungkin beberapa dari Anda akan tidak setuju dengan pendapat saya dan menganggap isu ini berlebihan. Kita toh sedang berbicara tentang makanan, bukan? Tapi mari kita telaah lagi isu ini lebih lanjut.

Untuk seorang atlet dengan tingkat prestasi seperti Ronaldo, dapat dipastikan bahwa junk food adalah sesuatu yang tidak mungkin dia sentuh. Bahkan mungkin ia tak pernah mencium aroma makanan ini.

Di era sepakbola modern seperti ini, dengan pencapaian tingkat kebugaran yang selalu ditingkatkan, pengaturan pola makan tentu sudah menjadi keharusan bagi seorang pemain. Dulu mungkin masih sering terdengar tentang seorang atlet yang gemar minum alkohol, atau merokok serta memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat.

Namun, kini pola makan sudah jadi satu faktor penting bagi seorang atlet profesional. Semua atlet akan menjalani pola latihan yang serupa, sehingga perbedaan pola makan bisa menentukan siapa yang lebih baik dari yang lain. Junk food, alkohol, dan rokok tentu jadi sesuatu yang dilarang.

Junk food mengandung lemak yang sangat tinggi dengan proses pembakaran menjadi energi akan sangat lama. Padahal, sepakbola adalah olahraga yang membutuhkan daya tahan tubuh yang tinggi. Karena itu setiap atlet harus memiliki energi siap pakai dengan cepat.

Lebih jauh lagi, lemak jenuh yang terdapat pada makanan junk food sulit untuk dimetabolisme oleh tubuh sehingga sangat mungkin untuk menumpuk di bagian tertentu tubuh. Dari sini, masalah kegemukan badan atau obesitas akan mengancam orang-orang yang gemar memakannya. Obesitas akan kemudian mengancam penyakit-penyakit lainnya seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi, hingga stroke dan kanker.

Dengan tubuh yang saat ini, Cristiano Ronaldo memiliki masa lemak di dalam tubuh yang berada di bawah 10%. Sebagai perbandingan, rata-rata manusia biasa akan memiliki masa lemak dalam tubuh hingga 20%. Hal ini berarti mustahil bagi Ronaldo untuk mengkonsumsi junk food jika ingin tetap menjaga tubuhnya seperti sekarang.

Junk Food Sebagai Masalah Kronis

Ronaldo memang bukan satu-satunya atlet yang menjadi bintang iklan produk makanan yang tidak sehat. Lionel Messi, Fernando Torres, dan banyak pemain lainnya pun pernah menjadi bintang iklan minuman soda. Bahkan salah satu makanan cepat saji lainnya pun sempat jadi sponsor utama perhelatan PialaEropa 2012 lalu. Jadi, sebenarnya masalah iklan makanan dan minuman yang mengancam tubuh ini memang sudah sangat lazim berada di sepakbola. Bahkan iklan alkohol pun banyak menempel di baju klub-klub Eropa.

Pertanyaannya kemudian, adakah dampak buruk dari iklan-iklan ini terhadap masyarakat? Sepakbola adalah olahraga yang dapat menarik banyak perhatian. Maka mengiklankan produk melalui sepakbola tentu akan menjadi salah satu cara yang efektif.

Tidak terkecuali bagi produk-produk makanan dan minuman yang merusak tubuh ini. Menggunakan atlet yang memiliki tingkat kebugaran tubuh di atas rata-rata untuk mempromosikan produk-produk yang merusak kesehatan, tentu merupakan cara yang baik bagi produk terkait.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Centre of Behaviuoral Research in Cancer, Australia, menunjukan bahwa iklan junk food mempengaruhi perilaku kebiasaan anak-anak mengonsumsi makanan ini. Penelitian yang mengambil sampel sebanyak 898 anak berusia 10-11 tahun ini menerapkan 4 prilaku pada anak-anak tersebut.

Perilaku pertama anak-anak diberikan iklan-iklan junk food secara penuh. Perilaku kedua diberikan iklan junk food dan makanan sehat secara seimbang. Perilaku ketiga diberikan iklan makanan sehat 100% penuh. Dan yang terakhir tidak diberikan iklan makanan sama sekali.

Hasilnya anak yang diberikan iklan junk food lebih banyak akan cenderung memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan itu lebih tinggi dari yang lainnya. Dari sana terlihat bahwa iklan memang dapat mempengaruhi kebiasaan seorang anak.

Prihal pengaruh iklan junk food ini, seorang profesor kesehatan publik dari Universitas Yale, Kelly Brownell, pun berkata, “kita sering kesal dengan iklan-iklan rokok yang mudah dilihat oleh anak-anak, tapi kita hanya diam saja ketika perusahaan makanan melakukan hal yang sama. Padahal, boleh dikatakan bahwa perang dalam kesehatan publik saat ini bukan lagi melawan rokok, tapi pengaturan pola makan.”

Pada penelitian lainnya, dilihat seberapa efektif iklan yang menggunakan sepakbola sebagai media iklan tersebut. Hasilnya sepakbola merupakan salah satu media iklan terkuat yang ada.

Maka dapat kita bayangkan dampak apa yang akan terjadi ketika junk food mulai menggunakan media olahraga untuk mengiklankan produknya.

Masalah pola makan, kelebihan berat badan, dan obesitas memang jadi masalah yang menjamur hampir di seluruh dunia. Di Amerika, hampir separuh dari seluruh orang dewasa dikategorikan kelebihan berat badan, sementara lebih dari 40 juta orang obesitas. Sementara jumlah anak-anak yang tergolong obesitas pun tak kalah tingginya, yaitu 12 juta anak-anak.

Di Inggris, masalah serupa juga menjangkit. Lebih dari 64% orang dewasa di Inggris masuk pada kategori kelebihan berat badan atau obesitas. Demikian pula dengan Asia Tenggara. Meski tidak separah Amerika, Inggris, atau Australia, ada peningkatan melonjak persentase masyarakat yang dikategorikan berat badan, dari semula di bawah 10% pada 1980, menjadi lebih dari 20% pada 2008.

Menurut data WHO, tingkat obesitas di dunia bertambah 2 kali lipat pada tahun 1980. Jika kita lihat lebih dalam, pada tahun itulah restoran yang menyajikan makanan cepat saji ini mulai menjamur. WHO juga mencatatkan bahwa cardiovascular diseases atau penyakit jantung, yang bisa disebabkan karena penyumbatan, jadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia.

Dan kini, Cristiano Ronaldo, role model bagi siapapun yang mau menjadi atlet, merupakan bintang iklan dari makanan yang mengantarkan manusia menjadi tidak sehat.

Memang bukan sepenuhnya tanggung jawab sepakbola. Namun, bukankah katanya sepakbola adalah kehidupan kita. Coba ingat seberapa sering kita mengatakan ‘football is our life’. Lalu kalau ternyata sepakbola mendukung agar manusia terjangkit penyakit mematikan, apakah masih layak slogan itu dikumandangkan?

Komentar