Polemik Iklan Coca-Cola Mendompleng Kehidupan Sepakbola Rakyat Palestina

Football Culture

by redaksi

Polemik Iklan Coca-Cola Mendompleng Kehidupan Sepakbola Rakyat Palestina

Coca-Cola baru saja merilis sebuah iklan baru untuk mempromosikan Piala Dunia 2014 di Brasil. Dalam iklan tersebut menceritakan tentang dua gadis muda dari Ramallah, Palestina, bernama Ahlam Abueed dan Dalal Foqua.

Iklan berdurasi kurang lebih empat menit setengah ini menceritakan tentang Ahlam dan Dalal yang menentang budaya Palestina untuk menjadi pesepakbola wanita yang sukses. Kemudian Coca-Cola datang dan memberikan keduanya kesempatan untuk datang ke Brasil.

Namun, nyatanya iklan ini memunculkan perdebatan di Palestina. Di satu sisi iklan ini menampilkan sisi positif Palestina yang memiliki pesepakbola wanita hebat, namun di sisi lain, ada pesan tersirat dalam iklan tersebut yang menjadikannya sebuah masalah dan menimbulkan perdebatan.

Tony Seed, seorang jurnalis Kanada yang pernah bertugas di Palestina, memberikan pandangannya terkait iklan ini. Dalam iklan ini, Coca-Cola dinilai mengabaikan hal-hal lain yang membuat sepakbola sulit berkembang di Palestina. Coca-Cola lebih menitikberatkan pada budaya Palestina yang mengekang wanita-nya dan mengesampingkan sepak terjang militer Israel yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan di tanah Palestina.

“Bagaimana bisa mereka (Coca-Cola) mengesampingkan sebuah hal yang paling penting. Pesepakbola di sana kurang mendapat kebebasan dan bahaya selalu mengintai mereka setiap saat,” tulis Tony dalam kolom amateursport.com.

Israel pada kenyataannya sedikit banyak memang berpengaruh tentang kehidupan sepakbola di Palestina. Mahmoud Sarsark, mantan pemain tim nasional Palestina, ditangkap oleh pihak Israel ketika ia hendak sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan klub barunya. Kemudian ia disandera selama tiga tahun. Ia baru dibebaskan setelah melakukan mogok makan selama tiga bulan.

Kasus berbeda terjadi menimpa Adam Abd al-Raouf Halabya, 17, dan Jawhar Nasser Jawhar, 19. Setelah keduanya selesai melakukan latihan, tentara Israel menembak kaki keduanya. Keduanya akhirnya tak bisa bermain sepakbola lagi hingga saat ini.

Masih menurut Tony Seed, bermain sepakbola di bawah intaian tentara-tentara Israel bisa dibilang suatu hal yang mustahil. Stadion nasional Palestina yang terletak di Gaza, hancur dua kali sejak 2008. Pada 2013, rumput stadion telah berganti menjadi puing-puing bangunan bahkan pecahan peluru. Bahkan stadion ini benar-benar tak bisa diakses oleh rakyat Palestina.

Bagi Palestina, apa yang disajikan Coca-Cola hanya sedikit membeberkan kebenaran. Coca-Cola telah gagal menangkap pemahaman ini dan malah membingkai perjuangan sepakbola Palestina yang berakar dari masalah budaya.

Sebagai sebuah film –atau mungkin bisa dibilang film pendek, iklan Coca-Cola ini memang cukup memberikan nilai kehidupan, di mana sepakbola memiliki kekuatan untuk mengubah nasib seseorang. Tapi apa yang dikatakan Tony Seed pun cukup beralasan dan masuk di akal.

Masalah kesetaraan gender di Palestina mungkin memang benar adanya. Namun kita pun tak bisa menutup mata dengan apa yang sebenarnya terjadi di Palestina. Di mana Israel adalah tokoh antagonis yang mendekstruksi sepakbola Palestina bahkan kehidupan seluruh rakyat Palestina.

[youtube]

[/youtube]

foto: popsup.com

[Ar]

Komentar